Chapter 18 : Setitik Masa Lalu

1K 87 288
                                    

Now Playing : I'm Mess - Bebe Rexha

Happy Reading!

•••

Mila mematung melihat Lina yang tersungkur di aspal karena mendorong dirinya agar tidak tertabrak oleh mobil, tetepi memyerempet Lina yang mengakinatkan tangan kiri Lina bengkak seketika dan mobil tersebut kabur, tidak mau berhenti untuk tanggungjawab.

"Kamu nggak apa kan?" tanya Lina membuat Mila terdiam.

Dengan jarak yang tidak jauh, Mila bisa melihat Mamanya berusaha untuk bangkit, lalu menghampirinya. Mila melihat wajah Lina yang menahan kesakitan.

"Nggak ada yang luka kan?" tanya Lina lagi, sedangkan Mila hanya diam menatap tangan kiri Mamanya yang sepertinya cidera parah.

"Mama nggak apa, sayang," lanjut Lina tersenyum lalu ingin mengelus kepala anaknya tetapi Mila sudah menahan.

Lina terkejut dengan perubahan anaknya yang begitu cepat.

"Pulang, Mila bisa sekolah sendiri," balas Mila sembari menatap Mamanya.

"Enggak sayang, Mama nggak mau kamu di bully sama temen sekolah kamu lagi."

"Pulang!"

Mila menatap tajam ke arah Lina. Sejujurnya, ia juga tidak ingin seperti ini, tetapi melihat Mamanya celaka membuat Mila sadar kalau benar adanya, ia adalah anak pembawa sial.

"Anak nggak tau diri! Mamanya celaka malah di bentak!" ucap seorang ibu-ibu yang tak jauh dari mereka yang bersama anaknya, seperti ingin mengantarkan anaknya ke sekolah.

"Buang aja anaknya," tambah wanita yang lain yang tengah menatap ke arah mereka.

"Anak pembawa sial aja masih di rawat," timpal tukang sayur yang sedang mangkal di pinggir jalan yang melihat bagaimana Lina mendorong tubuh Mila agar menjauh dari jalanan saat menyebrang.

"Anak saya bukan pembawa sial!" balas Lina dengan emosi menatap semua orang yang tengah mengatai Mila.

Rasanya Mila ingin menyentuh Lina agar tetap diam, mengabaikan omongan para tetangga, tetapi ia tidak ingin Mamanya semakin terkena sial olehnya.

"Lina!" seru Tomy melihat Lina dan Mila yang tak jauh dari luar komplek.

Saat Tomy sudah berada di dekat Lina, betapa terkejutnya pria itu melihat tangan sang istri yang cidera parah dengan wajah Lina yang terus menahan kesakitan.

Tanpa ba-bi-bu, Tomy langsung merangkul Lina membawa sang istri pergi dari kumpulan orang di jalan.

"Pa, Mila harus sekolah, aku harus anterin Mila," ucap Lina yang enggan pergi bersama sang suami.

"Dengan kondisi kamu kayak gini? Kamu mau celakain diri sendiri?!"

"Tapi Mi-"

"Nggak usah peduliin anak sialan itu!"

Lina membulatkan matanya tidak percaya dengan omongan Tomy. Rasanya Lina ingin menampar pipi Tomy karena sudah berkata seperti itu di tengah jalan seperti ini, tetapi dia tidak bisa melakukannya karena rasa sakit ditangan kirinya yang begitu kuat. Lina hanya bisa menangis menatap sang suami yang begitu kejam.

MILANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang