Now Playing : Ashes - Stellar
Happy Reading!
•••
Pagi ini Mila memasuki gedung sekolah setelah tiga hari tidak masuk. Sebenarnya ia sudah diperbolehkan masuk saat orang tua Andra ke rumahnya dan kepala sekolah menelpon orang tuanya untuk dirinya bersekolah, tetapi Mila tidak ingin, karena tidak ingin terlihat kalau ia sudah berbaikan dengan Andra.
Selama tiga hari juga, Andra tidak membalas pesannya, ia sudah mengirimkan aturan main pacaran palsu mereka, tetapi tidak ada balasan bahkan laki-laki itu tidak membaca pesannya, benar-benar menyebalkan.
"Masih punya muka juga ya, habis celakain anak orang eh masuk lagi," sindir Putri yang melihat Mila memasuki gedung sekolah.
"Anak pembawa sial mah nggak pantes buat sekolah lagi!" timpal Dona.
Mila diam saja tidak ingin menanggapi perkataan Putri dan Dona, ia memilih untuk terus berjalan.
Tiba-tiba saja ada yang menghalangi jalannya, siapa lagi kalau bukan Fitri. Mila hanya diam saja menatap perempuan itu, lalu tanpa diduga Fitri menumpahkan minuman berwarna ke seragam, membuat seragam Mila basah terlebih lagi dibagian dada.
Mila langsung menutup bagian dadanya dan menatap Fitri dengan kesal.
Plak!
Suara tamparan keras membuat Mila tertegun, ia menoleh ke arah samping, terdapat Anya sembari menatap Fitri dengan marah.
"Bangsat!" maki Fitri melihat ke arah Anya yang baru saja datang lalu menamparnya.
Ketika Fitri ingin melayangkan tamparan ke arah Anya tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang menghentikan aksi Fitri.
Semua orang yang berada di koridor terkejut melihat hal itu, pasalnya Daffa menolong Anya ketika Anya ingin disakiti oleh Fitri. Padahal keduanya sudah menjadi mantan, tetapi tak heran jika keduanya saling melindungi satu sama lain. Sementara Dona melihat hal itu, semakin pupus harapannya untuk mendapatkan hati Daffa.
"Hobi banget sih lo bikin keributan," ucap Daffa lalu menghempaskan tangan Fitri secara kasar.
"Dia yang mulai, bukan gue!" balas Fitri tak terima disalahkan.
"Gue nggak akan tampar lo kalau lo nggak ganggu temen gue!" tegas Anya.
"Fit, lebih baik lo cabut," usir Daffa membuat Fitri kesal lalu pergi bersama dayangnya.
"Mil, lo nggak apa?" tanya Anya dengan khawatir.
Tanpa menjawab apapun, Mila langsung berbalik arah untuk keluar dari gedung sekolah, menuju taman belakang, karena hanya taman belakang sekolah yang sepi, ia tidak mungkin masuk kelas dalam keadaan seperti ini.
Mila menghela napasnya melihat seragamnya yang basah, ia pun mengalihkan pandangannya untuk memikirkan caranya agar seragamnya kering. Tidak mungkin ia menjemur seragamnya lalu nanti ia akan pakai apa? Fitri memang benar-benar sudah gila, terlalu menyukai Andra sampai berbuat seperti ini.
"Pakai ini," ucap seseorang membuat Mila menoleh, ia terkejut melihat Andra yang berdiri tak jauh dari ia duduk, sembari memandang ke arah lain dengan tangannya mengulurkan hoodie berwarna hitam.
Dengan sigap Mila menutupi dadanya menggunakan tas, lalu menatap Andra dengan tajam.
"Gue nggak liat," lanjut Andra jujur, karena dia baru saja tiba di sekolah dan langsung disuguhkan pemandangannya yang luar biasa, lalu mengikuti kemana Mila pergi dengan menjaga pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILANDRA
Roman pour AdolescentsJANGAN PLAGIAT CERITA ATAU COVER, KARNA INI AKU IDE SENDIRI. ••• (PROSES REVISI) Mila Eliana Zahara, perempuan yang selalu disebut sebagai "Pembawa Sial" dan selalu disudutkan dalam berbagai hal. Termasuk Pem-bully-an yang sudah menjadi makanan Mila...