Now Playing : Thinking out Loud - Ed Sheeran
Happu Reading!
•••
Bagas tengah mondar mandir di ruang keluarga rumah Andra, ia sangat panik karena temannya itu tiba-tiba saja sakit. Bagas tidak ingin kehilangan Andra, walaupun temannya yang stau itu meresahkan, tetapi Andra sudah menemaninya sejak kecil.
"Gue selengkat ya kaki lo!" ucap Daffa yang muak melihat Bagas sedari tadi mondar mandir.
"Gue panik, Dap, nanti kalau Andra sakitnya lama, tim basket kita nggak ada kapten," balas Bagas dengan lugunya lalu duduk disebelah Erick.
"Pikirin kesehatan Andra bukan basket, tolol," omel Erick sembari menatap Bagas dengan kesal.
"Abang baik kan ya? Nggak ada luka parah?" tanya Andin yang duduk ditengah antara Daffa dan Erick.
"Lo denger sendiri kan tadi, Andra baik-baik aja, Andra cuma butuh istirahat, kan kemarin kalian pergi habis kecelakaan itu," jawab Erick dengan tenang.
Terdengar suara pintu kamar yang terbuka, lalu keluar Dian dari kamar Andra dengan menangis membuat semua orang yang berada di ruang keluarga bangkit dan menghampiri Dian.
"Bunda, duduk dulu," ucap Erick sembari merangkul Dian untuk duduk di sofa.
"Bunda, jangan nangis," kata Andin yang ikut sedih karena Bundanya menangis.
"Bunda baru sehat, tapi Abang kamu malah sakit," ungkap Dian lalu menangis membuat Andin memeluk Dian.
"Kata dokter kan, Abang baik, Abang cuma butuh istirahat aja Bunda."
"Ini salah Bunda, seharusnya kemarin Bunda nggak paksa Abang ikut makan malam, seharusnya Bunda bisa ubah jadwal."
Andin melepaskan pelukannya lalu menggelengkan kepalanya, mengusap air mata Dian dengan lembut.
"Bukan salah Bunda, ini sudah takdir Tuhan," kata Andin sembari tersenyum.
"Tapi Andin, Abang kamu kemarin bilang dia nggak mau ikut tapi Bunda paksa," balas Dian dengan air mata yang terus keluar.
Sementara Daffa, Erick dan Bagas hanya bisa diam melihat Dian begitu sedih. Ketiganya tidak tahu perihal makan malam, apalagi tadi saat di sekolah Andra latihan terlihat baik-baik saja, tetapi saat pertengah tiba-tiba saja temannya itu pingsan.
Tak lama datang Mila bersama Anya dan Gita yang diajak oleh asisten rumah tangga untuk ke lantai dua.
Mila dapat merasakan kesedihan di ruangan ini, apalagi Dian menangis bersama Andin membuat hati Mila resah, ia tidak ingin kehilangan Andra, apapun caranya Mila akan lakukan termasuk mendonorkan organ tubuhnya untuk Andra, agar laki-laki itu dapat hidup dengan sehat bersama keluarganya.
"Siang, Tante," sapa Mila ketika tatapannya bertemu dengan Dian.
Dian tidak membalas sapaan Mila, hanya tersenyum saja. Mila yang melihat itu merasakan pilu dihatinya.
"Boleh ketemu Andra?" tanya Mila sedikit ragu.
"Boleh, Mil, sini," jawab Bagas lalu mengajak Mila untuk memasuki kamar Andra.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILANDRA
Teen FictionJANGAN PLAGIAT CERITA ATAU COVER, KARNA INI AKU IDE SENDIRI. ••• (PROSES REVISI) Mila Eliana Zahara, perempuan yang selalu disebut sebagai "Pembawa Sial" dan selalu disudutkan dalam berbagai hal. Termasuk Pem-bully-an yang sudah menjadi makanan Mila...