Now Playing : Daisies - Katy Perry
Happy Reading!
•••
Dengan penuh keyakinan, Mila memasuki rumah. Sekarang sudah jam sembilan malam, pasti Papanya sudah berada di rumah, ini salahnya yang terlalu jauh berkeliling sampai terjebak macet dan pulang malam.
Mila membuka pintu rumah yang langsung disambut oleh Mama dan Papanya.
"Dari mana saja Mila? Jam segini baru pulang?" tanya Lina Zahara-ibu kandung Mila, langsung berdiri menghampiri anak tunggalnya itu.
"Ada urusan," jawab Mila dengan sopan, walaupun ia menjauhi kedua orangtuanya, tetapi Mila tidak boleh songong.
"Capek banget ya, kamu mandi dulu, Mama angetin lagi makan malam kita," ujar Lina dengan lemah lembut.
"Nggak usah, makasih," balas Mila.
"Ayo Mila makan bareng, Mila emangnya nggak kangen makan bareng lagi? Papa nungguin kamu pulang dulu, baru mau makan."
Mila mengalihkan pandangannya pada Tomy Zahara-ayah kandung Mila, yang sedang memperhatikan Mila. Ia selalu merasa canggung jika berhadapan dengan Papanya.
"Jaketnya kotor banget, abis jatuh?" tanya Tomy, sekarang Papanya menghampiri Mila.
"Enggak, cuma jaketnya aja yang jatuh," jawab Mila sebisa mungkin dengan normal.
Masalalu Mila dengan Tomy agak tidak akur karna kejadian dulu, Papanya marah besar, Mila sampai tidak diajak berbicara hingga satu bulan dan Papanya tidak menganggap dirinya ada.
"Mandi dulu ya, sayang," ujar Lina lalu ingin mengusap kepala Mila namun dengan cepat Mila menghindar dan pergi ke atas untuk masuk kamar.
"Mama sama Papa tunggu ya," teriak Lina.
Lina menghela napasnya dengan gusar, dia ingin sekali mengusap, memeluk ataupun bercerita seperti dulu lagi, Mila anak yang manis, manja seketika berubah akan kejadian yang lalu menimpa anaknya itu saat Mila berumur lima tahun. Masa kecil Mila tidak bahagia, anaknya selalu mendapat cemooh dari para tetangga, walaupun sudah pindah rumah, agar Mila tetap baik-baik saja mental, namun cemooh para tetangga terus hingga sekarang. Lina berharap Mila berubah seperti dulu lagi, anak yang periang, hangat dan manis.
Sementara Tomy memperhatikan wajah istrinya yang selalu melamun sejak dua belas tahun terakhir. Ini juga salahnya membuat sang istri marah kepadanya, tetapi Lina masih mau memaafkannya tidak dengan Mila yang masih kaku ketika berbicara dengannya.
"Mila cantik ya, kayak kamu," goda Tomy membuat sang istri tertawa.
"Gombal aja nih bapak-bapak," balas Lina lalu pergi ke dapur.
"Aku serius, aku yakin nih di sekolah, Mila pasti banyak yang suka, kayak kamu primadona sekolah."
Tomy mengikuti Lina hingga dapur, mungkin ini cara Tomy agar sang istri tidak terus memikirkan Mila yang berubah. Jujur saja, Tomy juga merindukan Mila yang dulu, tetapi dia juga tidak bisa paksakan Mila, kejadian dulu benar-benar membuat anaknya berubah drastis, dia tidak bisa menutup omongan para tetangga yang dia bisa lakukan hanya membantu menutup telinga putri tunggalnya, tetapi sepertinya Mila ikut benci akan kehadirannya, setelah kejadian dulu dia berperilaku keras pada putri tunggalnya.
Disisi lain, Mila melempar tasnya ke sembarang arah, ia menangis dalam diam. Kenapa orangtuanya tidak pernah mau mengerti apa kemauan Mila. Ia hanya ingin dijauhi, agar tidak ada korban lagi, tetapi orangtuanya masih melingunginya, seharusnya taruh saja ia dijalan saat masih kecil dulu lalu mengadopsi anak yang lebih baik, pasti orangtuanya akan baik-baik saja, hidup bahagia, menjadi keluarga yang harmonis.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILANDRA
Teen FictionJANGAN PLAGIAT CERITA ATAU COVER, KARNA INI AKU IDE SENDIRI. ••• (PROSES REVISI) Mila Eliana Zahara, perempuan yang selalu disebut sebagai "Pembawa Sial" dan selalu disudutkan dalam berbagai hal. Termasuk Pem-bully-an yang sudah menjadi makanan Mila...