Chapter 2 : Pembawa Sial

2.5K 192 377
                                    

Now Playing : Dear Society - Madison Beer

Happy Reading!

•••

Hari pertama masuk sekolah membuat Andra malas berada di dalam kelas, apalagi drama segerombolan anak perempuan di kelas yang mem-bully Mila habis-habisan. Para perempuan itu hanya berani jika bersama teman, namun ciut jika sendiri.

Andra kesal dengan semua murid di sekolah yang menatapnya seperti dewa, padahal dia mempunyai kekurangan, Andra bukan manusia utusan Tuhan, manusia sempurna yang tidak mempunyai salah, dirinya hanya manusia biasa. Lalu Andra menatap Mila yang hanya diam saja memainkan ponsel dengan wajah datar perempuan itu. Bahkan Mila tidak bereaksi apapun.

Tak lama guru yang mengajar masuk dan segerombolan perempuan tadi bubar, kembali ke tempat masing-masing.

Guru yang sedang memperkenalkan diri di depan kelas, tidak menarik bagi Andra. Dirinya menatap Mila yang sedang diam, sepertinya sedang tidak mendengarkan guru tersebut. Andra yakin kalau Mila masih memikirkan ucapan para perempuan di kelasnya yang menyindir Mila. Andra tau masalahnya saat kejadian tidak sengaja menabrak dirinya, namun, Andra tidak tau kejadian selanjutnya yang Andra tau, Mila adalah orang yang selalu di sudutkan dalam keadaan apapun, seperti Mila sebagai public enemy di sekolahnya.

"Gimana rasanya di hukum bareng Mila?" tanya Bagas Milio Chandra berbisik yang berada di sebelah Andra.

"Diem banget," jawab Andra.

"Lo deketin?" tanya Daffa Khairan Pramaditya yang mendengar obrolan antara Bagas dan Andra di depannya.

Andra mengganggukkan kepala sebagai jawaban, Bagas dan Daffa tidak percaya dengan laki-laki itu.

"Lo gila ya, dia kan anak pembawa sial di sekolah kita," ucap Bagas yang tidak suka dengan sikap Andra.

"Itu kan cuma rumor doang."

"Kalau lo kena sial juga gimana?"

"Nggak mungkin, gue nggak percaya gituan."

"Ndra, cewek yang demen sama lo itu banyak, kenapa nggak lo tunjuk dari salah satu mereka aja," sekarang Daffa yang ikut mengomelinya.

"Bukan tipe gue."

"Dan tipe lo, Mila si pebawa sial itu?"

"Gue deket sebagai teman, apa salahnya?"

"Banyak di sekolah kita anak perempuan yang mau jadi temen lo, bahkan lebih," ungkap Bagas yang tidak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya itu.

Andra menghela nafasnya kasar, teman-temannya percaya akan rumor yang di berikan oleh anak perempuan di sekolah yang mengatakan Mila adalah anak pembawa sial, padahal belum ada bukti yang konkrit yang menyatakan kalau Mila pembawa sial.

"Kalian bertiga yang di pojok, lagi ngomongin apa sih? Seru banget kayaknya," ujar guru tersebut yang mengetahui ketiga laki-laki itu sedang mengobrol.

"Enggak kok, Bu,"jawab Bagas dengan tersenyum.

"Masa? Tadi serius banget mukanya pas lagi ngobrol."

"Kita serius lagi ngederin Ibu ngomong tadi."

"Karna ini hari pertama sekolah, Ibu nggak mau marah-marah, jadi kalian bertiga diam atau saya akan suruh kalian bertiga keluar dan tidak usah ikuti mata pelajaran saya setahun."

Ketiga laki-laki itu hanya diam, menelan ludah susah payah. Bagas tidak mengerti kenapa banyak guru killer yang mengajar di kelasnya.

•••

MILANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang