"Ren, tante boleh masuk?"
Suara ketukan, beserta suara seseorang yang sangat renata kenali dari balik pintu membuyarkan lamunan gadis itu seketika.
"Gak dikunci," jawabnya pelan.
Pintu terbuka menampakkan salma dan devan menghampiri.
Dapat mereka lihat seorang gadis terduduk diatas ranjang dengan pandangan kosong, muka yang lusuh tak bersemangat, menatapnya tanpa ekspresi.
"Om sama tante ngapain kesini." pernyataan barusan, membuat kedua orang itu bertukar pandang heran Tidak biasanya.
"Emangnya kami gaboleh kesini?" devan angkat bicara.
Tidak ada jawaban, melainkan gadis itu mengalihkan pandangannya.
Salma menatap lekat-lekat sang ponakan.. Sudah tak ada lagi senyum disana, tubuhnya pun terlihat mengurus, beserta kantung mata sedikit menghitam, membuat siapapun yang melihatnya akan merasakan iba.
"Kamu istirahat dengan teratur gasih?" pertanyaan devan, lagi-lagi mewakilkan salma yang hendak membuka suara.
Jujur renata sangat merindukan mereka, namun entahlah ia merasa sangat malu saat ini. Pasti wajahnya terlihat buruk sekali, hingga devan yang bernotaben sebagi omnya menyadari itu.
"Maafin tante," ucap salma parau langsung berhambur memeluknya erat.
"Rere mau ikut tante pulang.." renata ikut terisak disana.
"Kenapa? Apa mereka masih bersikap gak baik sama kamu?" tanya devan serius.
Renata melepas pelukannya, entah mengapa ia merasa akhir-akhir ini lebih membutuhkan mereka. Pasalnya baru berberapa hari tidak tinggal bersama, perasaan tidak enak selalu menghantuinya.
"Boleh ya, tante?" mohonnya, sedangkan salma menatap sang suami.
Gimana mas? Seakan mengetahui kode salma, devan menghela nafasnya berat.
"Renata, setidaknya beri kesempatan kepada keluarga kamu. Untuk merasakan lengkapnya bagian dari kebersamaan keluarga, bukannya om gak ngebolehin kamu tinggal dirumah om lagi. Cuma sebagai orang tua, kami pasti sangat sedih jika ada diposisi mereka." nasihat devan, "Tolong mengerti nak."
Diam tak bergeming, renata masih terisak tanpa suara "Udah ah jangan nangis, percaya sama tante semua akan baik-baik aja renata."
"Rere takut," cicitnya.
"Apa yang harus kamu takutin renata? Ada kami disini."
"Papi nyuruh rere buat berobat ke singapur, pokoknya rere gamau pergi!" renata menggeleng tegas.
Seperti dugaan mereka anak itu pasti akan menolak, sebetulnya kehadiran salma dan devan kesini juga sudah membicarakan hal tersebut dari beberapa jam yang lalu pada keluarganya renata. Mereka meminta agar membujuknya sebisa mungkin, karna tidak ada pilihan lain.
"Renata, mereka melakukan ini juga demi kesembuhan kamu. Coba kamu bayangin, orang tua mana yang gamau anaknya sembuh hm? Papi kamu nyari kesana-kemari rumah sakit terbaik cuma buat siapa? Ya kamu nak."
"Iya sayang, omdev benar. Tante mohon sama kamu, mau ya??"
"Tolong jangan paksa renata, renata udah capek tan. Mau digimanain juga kalo renata tetep gabisa sembuh, buat apa?" ucap gadis itu pasrah.
"Rere mau tetep disini sama tante, rere gamau jauh dari kalian. Pliss rere mohon, jangan paksa rere buat pergi! Tante sayangkan sama renata?" dengan air mata yang terus mengalir, renata memberanikan diri untuk menatap salma lekat-lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENATA (completed)✔
Fiksi Remaja'Perempuan tangguh' -dia berkata. Sikap dingin yang selalu terpancar dalam dirinya, membuat semua orang berfikir bahwa ia adalah gadis angkuh berdarah biru. PADAHAL pada kenyataannya sangat berbanding tebalik, masalah-masalah dalam hidupnya selalu...