"Ternyata disini," suara tak asing menyapa seseorang, yang terlihat merenung disana.
"R-renata? Lo ngapain?" tanyanya mengernyit bingung.
"Gadisuruh duduk dulu?"
Buru-buru pria itu menggeser tempat, membiarkan sang gadis terduduk tepat disampingnya.
Keduanya saling menatap satu sama lain, tersirat kerinduan disana. Hingga akhirnya mereka tersadar, tawa hambar menggema.
"Ekhem.. Ren, ada yang mau gue omongin sama lo." ucap pria tersebut mulai serius.
"2 tahun, 9 bulan.. 132 minggu.. 924 hari.. 22.176 jam.. 1.330.560 menit.. 79.833.600 detik." jeda renata sebentar menoleh.
Terlihat jelas pria yang berada disampingnya, menatap dengan heran.
Renata tersenyum "Gue cuma lagi sedang mengira-ngira, berapa lama waktu bahagia yang gue dapet dari lo.." ujarnya, seakan tau apa yang akan pria itu tanyakan.
"Maksudnya?"
"Gue inget banget seberapa keras usaha lo dulu, buat ngerobohin dinding es yang gue bangun setinggi mungkin biar gada satupun orang bisa ngutak-ngatik hati gue seenaknya. Dan dimana hari itu, setiap gue ketemu lo.. Gue selalu ngerasa bahagia. Hingga akhirnya, lo juga orang paling percaya diri ngancurin kepercayaan yang gue kasih sepenuhnya buat lo."
"Gue ngerasa tuhan gaadil al, dengan secepat itu ngilangin lo dari hidup gue. Dimana gue harus memulai semuanya dari awal, membiasakan diri buat berenti berharap kalo kita bisa sama-sama lagi kaya dulu. Ckckck,"
"Bisa ren, semuanya belum terlambat. Lo fikir selama ini gue baik-baik aja, tanpa adanya lo disisi gue? Enggak ren. Sejak lo masuk kekehidupan gue, gue udah minta sama tuhan untuk terus jaga lo! Perempuan yang paling gue sayang setelah bunda." tukasnya meyakinkan.
"Gue sadar gaseharusnya ngomong kaya gini, gue akuin gue emang cowok paling brengsek buat lo. Dengan begitu mudahnya percaya sama orang yang udah jelas-jelas mau ngejatohin lo. Sampe sekarang gue juga gabisa maafin diri gue sendiri ren,"
Terlihat gadis itu mengukir senyum menatapnya, "Gue lega udah gada permasalahan diantara kita."
"Lo maukan ren, kasih gue satu kesempatan lagi? Kali ini gue bener-bener janji gaakan ngecewain lo." ucapnya seraya memohon.
"Sory al gue gabisa,"
"Demi apapun ren, gue gabisa hidup tanpa lo."
"Lo bisa membiasakan diri tanpa adanya gue al, biarin gue pergi dengan tenang."
"Lo ngomong apasi? Gue bilang gue gabisa! Stay sama gue ya ren? Plissss"
"Sinideh deketan, gue mau bilang sesuatu."
Dengan cepat pria itu mendekat, tidak menyisakan jarak sedikitpun antara dirinya dan renata.
"Makasih udah mewarnai hari-hari gue, makasih udah memberi begitu banyak kenangan, makasih udah mau bantu gue bangkit dari keterpurukan, makasih udah menjadi penghibur, dan makasih juga udah jadi best ever partner. Harus lo inget, gue selalu sayang lo hehe.." renata terkekeh pelan, sebelum melanjutkan.
"Kali ini gue bener-bener minta sama tuhan, semoga lo bisa dapet pengganti gue yang LEBIH.. LEBIH.. LEBIH dari gue, gue pamit al."
Tok.. Tok.. Tok..
Tok.. Tok.. Tok..
Suara ribut ketukan berasal dari pintu, mengagetkan pria yang masih setengah terlelap.
"ALDI BUKA PINTUNYA!!!"
"AL BUKA AL!"
Tok.. Tok.. Tok..
KAMU SEDANG MEMBACA
RENATA (completed)✔
Teen Fiction'Perempuan tangguh' -dia berkata. Sikap dingin yang selalu terpancar dalam dirinya, membuat semua orang berfikir bahwa ia adalah gadis angkuh berdarah biru. PADAHAL pada kenyataannya sangat berbanding tebalik, masalah-masalah dalam hidupnya selalu...