Suasana pagi hari ditempat kediaman riyan tampak seperti biasanya, detingan sendok beserta garpu yang sedang bergulat diatas meja menyelimuti keheningan.
Ting..
Pergerakan riyan terhenti, melihat ponselnya berkedip ada satu pesan masuk disana entah dari siapa.
From: Salma
Kamar lavender lt.5 Rs. Harapan kitaJantung riyan mencelos, sisa makanan yang masih berada didalam mulut seakan susah dicerna dengan baik, bahkan makanan dihadapannya mendadak tak menggiurkan lagi.
Menyadari perubahan raut wajah sang suami, sandra bertanya "Kenapa pi?"
"Pesan dari salma" riyan menyodorkan isi pesannya.
Sandra mengernyit heran "Siapa yang dirawat?"
Riyan tak menjawab, melainkan memencet tombol panggilan. Perasaan tak karuan mulai menjalar "Mck! Gadiangkat lagi." decaknya kesal.
"Papi nelpon siapa?" kini gantian haikal yang bertanya.
"Salma, tapi gadiangkat"
"Yauda kalo gitu kita langsung kerumah sakit aja, biar jelas sebenernya ada apa sama mereka." lerai sandra menengahi.
"Iya ayo." angguk riyan setuju.
.
.
Riyan, sandra dan haikal tampak berjalan terburu-buru dikoridor rumah sakit mencari ruangan yang sama persis seperti dipesan masuk tadi."Pi, disini kamarnya." langkah haikal terhenti, tepat didepan pintu yang bertulisan kamar lavender.
Krieeet
Pintu terbuka setengah, pandangan mereka langsung tertuju pada gadis yang sedang terduduk diatas branker rumah sakit.Buru-buru renata melemparkan tatapannya keluar jendela.
Devan beserta salma mengulas senyum seakan menyambutnya lalu berkata, "Masuk kak."
Ketiganya masih mematung ditempat, detak jantung mereka berpacu sangat cepat. Dalam benaknya terus bertanya-tanya mengenai apa yang terjadi pada gadis itu.
"Kalo kesini cuma mau minta maaf, udah renata maafin! Permasalahan selesai" ucap renata sangat dingin tanpa menoleh.
Tentu pernyataan singkat yang keluar dari mulut gadis itu barusan, sangat tertohok bagi siapa saja pendengarnya.
"Ka.. Kami perlu bicara dengan kalian, bisa ikut kami sebentar?"
"Kal, tolong titip renata ya" sambung salma bangkit mengekori sang suami.
Seketika ruangan menjadi hening, hembusan nafas berat sesekali terdengar dari haikal maupun renata secara bergantian.
Berhasil mengesampingkan egonya, haikal memantapkan diri untuk terlebih dahulu memecah keheningan disana.
"Maaf soal kemarin, abang gabisa ngendaliin emosi."
"Gaperlu dibahas, udah rare lupain." jawab renata masih dalam posisi tetap, menatap keluar jendela.
Disisi lain riyan beserta sandra tampak terkejut, setelah mendengar pernyataan yang devan berikan mengenai penyakit renata.
"Punya hak apa kalian menyembunyikan soal ini dari kami?" tanya riyan dengan rahang mengeras, beserta sorot mata yang sangat tajam menatap keduanya.
"Maaf ka, kami terpaksa mengikuti kemauan renata."
"Bagaimanapun juga kami tetap orang tuanya renata! Dan kami berhak tau masalah apa yang sedang anak itu hadapi, segitu gaberartinya kami dimata kalian?" perkataan riyan terus memojokkan, rasa kecewa sekaligus tak percaya berhambur menjadi satu dalam benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENATA (completed)✔
Fiksi Remaja'Perempuan tangguh' -dia berkata. Sikap dingin yang selalu terpancar dalam dirinya, membuat semua orang berfikir bahwa ia adalah gadis angkuh berdarah biru. PADAHAL pada kenyataannya sangat berbanding tebalik, masalah-masalah dalam hidupnya selalu...