"Yuta- ya, ke ruang latihan sekarang!" Mirae dan Yuta lantas menoleh ke arah sumber suara. Taeyong sudah berdiri di depan lift sambil berteriak.
Mirae berdecak, apa dia tidak bisa datang dan memberitahu baik-baik dibanding berteriak dari ujung ke ujung begitu. Tidak sopan sekali, ya.
"Berisik! Kau tidak lihat orang-orang terganggu!?" Mirae membalas Taeyong.
"Suaramu lebih berisik, payah!" Taeyong balik membalas. Mereka berdua sama saja sih sebenarnya.
Yuta hanya menggeleng pelan melihat kedua orang itu. Orang aneh mana yang melakukan percakapan dengan cara seperti itu? Pikir Yuta.
Menyadari para staff tengah memperhatikan mereka dengan tatapan heran, Taeyong akhirnya menunduk sopan dan meminta maaf. Lelaki itu akhirnya melangkahkan kaki mendekat ke arah Mirae dan Yuta.
"Kau yang berisik. Aku yang minta maaf." Taeyong berdecih kepada Mirae.
Lantas Mirar menatap Taeyong membulatkan matanya tidak terima, "Kau yang duluan teriak-teriak, bodoh."
"Shut." Yuta dengan cepat memotong keduanya sebelum berlanjut lagi kepada perdebatan tidak penting yang akan membuat semua orang gila. Yuta menatap ke arah Taeyong, "Ayo ke ruang latihan. Jangan melawan anak kecil. Kau sudah dewasa," katanya.
"Anak kecil!?" Lagi-lagi Mirae tidak terima. Bagaimana bisa Yuta mengatai dia anak kecil? Mirae membenarkan letak kacamatanya kemudian menatap Yuta dengan tatapan kesalnya, "Siapa yang kau bilang anak kecil?"
"Choi Mirae," Yuta menghela napasnya menatap Mirae. Dia menengahi perdebatan Mirae dengan Taeyong. Jangan sampai dia juga terlibat dengan perdebatan Mirae.
Mendengar Yuta mengucapkan namanya seperti itu, Mirae kemudian menghela napas pasrah.
Gadis itu memilih untuk melewati kedua lelaki tersebut. Ah, dia harus menemukan anak-anaknya sekarang.
***
Tadinya Yuta hendak menjauhkan Taeyong dan Mirae. Tapi naasnya, mereka bertiga kembali berkumpul di dalam lift.
Telinga Yuta seakan mau lepas mendengar perdebatan tidak penting kedua manusia itu.
Sampai akhirnya pintu lift terbuka kembali, Yuta langsung melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Mirae dan Taeyong.
"Hey, Yuta. Tunggu!" Taeyong langsung bergegas menyusul Yuta yang sudah menjauh meninggalkan Mirae yang menggerutu kesal sambil merutuki Taeyong.
Mirae membenarkan letak kacamatanya, "Yang benar saja aku akan ketemu orang itu terus."
"Noona!"
"Astaga!" Mirae tersentak kaget tatkala Renjun tiba-tiba berada di sampingnya tanpa ia sadari langsung memanggil dengan cara yang tidak santai.
"Heheh, hai." Renjun malah tersenyum cengengesan melihat Mirae yang sukses terkejut karena ulahnya.
Mirae menatap Renjun sejenak sebelum akhirnya memukul pelan pundak Renjun sembari menggerutu kesal, "Kau ini!"
"Mian," Renjun malah tersenyum manis di hadapan Mirae yang tengah kesal. Tadi Taeyong, sekarang Renjun.
Pada akhirnya Mirae hanya menghela napasnya pasrah. Sekarang kekesalannya mudah hilang dengan Renjun. Kalau Taeyong? Sepertinya memang tidak ada ampun untuk anak itu.
"Kau darimana?" Mirae menaikkan kedua alisnya menatap Renjun.
"Daritadi."
Mirae mengerjapkan matanya beberapa kali mendengar jawaban Renjun yang pada akhirnya membuat gadis itu kembali menghela napasnya, mencoba sabar ntah untuk yang keberapa kalinya, "Serius, Huang Renjun."
"Tiga rius derajat." Renjun malah mengangkat tiga jarinya di hadapan Mirae, "Aku daritadi di sana," katanya sembari menunjuk sudut di sisi kiri dekat dengan jendela kaca.
Mirae ikut melirik sekilas kemudian mengangguk paham. "Ayo, ke ruang latihan," Gadis itu kemudian menurunkan tangan Renjun dengan tiga jarinya itu dan langsung menarik lengan anak itu ke ruang latihan seperti katanya.
Begitu Mirae membuka pintu ruangan sesampainya di tempat latihan, semua orang yang ada di dalam menatapnya tanpa terkecuali.
Mirae yang tengah ditatap itu lantas merasa bingung. Salah apa lagi dia?
"Apa? Kenapa begitu lihatnya?" Renjun yang berada di belakang Mirae gelagapan sendiri melihat ekspresi orang-orang yang tengah menatap mereka berdua.
"Manager Choi belum ada satu bulan lho di sini." Jeno yang masih menatap mereka berdua kini mengeluarkan suaranya.
"Kupikir bakal ada hubungan sama Na Jaemin." Giliran Lucas yang menyahut mereka.
"Aku ngiranya bakal kepincut sama Taeyong hyung." Mark ikut menyahut.
"Apa!?" Mirae tiba-tiba saja meninggikan suaranya tatkala Mark menyebut nama Taeyong.
"Kukira dia pacar Yuta," sambung Winwin.
"Ternyata malah gandengan sama Renjun hyung."
Sehabis mendengar sahutan Jisung, Mirae sontak langsung melirik tangannya yang memang masing menggenggam tangan Renjun sehabis menarik anak itu untuk ke ruang latihan ini tadi.
Mirae menghela napasnya sembari melepaskan genggaman tangannya di pergelangan tangan Renjun sembari menepuk jidatnya sendiri, "Renjun bahkan sudah kuanggap adikku sendiri."
"Apa? Adik?" Renjun yang mendengar gumaman Mirae barusan menatap Mirae sembari mengangkat kedua alisnya, "Kupanggil noona saja marah-marah."
"Itu 'kan dulu." Mirae berdecak, "Waktu baru pertama kali ketemu kalian," katanya sembari membenarkan letak kacamatanya.
"Sampai sekarang juga kau selalu marah-marah."
Mirae melirik Taeyong yang baru saja mengeluarkan suara, "Kubunuh kau, Lee Taeyong!"
"Tuhkan." Taeyong membulatkan matanya menunjuk ke arah Mirae, "Coba, apa kesan pertama kalian ketemu orang ini?"
"Galak, heheh."
.
.
.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Manager || NCT Dream ✔✔
FanfictionMenjadi manager? Choi Mirae bahkan masih berfikir, apa itu sebuah berkah atau cobaan. Completed✔