56-Rule

6.2K 842 37
                                    

Membuka perlahan pintu ruangan yang digunakan sebagai tempat pemotretan, pandangannya mengedar ke seluruh ruangan yang tadinya kosong dan sekarang telah dirubah sedemikian rupa sesuai dengan konsep yang mereka gunakan.

Mirae menutup perlahan pintu ruangan tersebut, membenarkan letak kacamata, dapat ditemukannya beberapa staff di dalam ruangan itu, manager Nam dan Choi Jiseok di sudut ruangan yang masih setia berbincang, juga stylist yang sibuk membenarkan penampilan member. Pandangan mata Mirae tentu saja berhenti di para member. Membenarkan letak kacamata dan bergumam dalam hati. Tampan juga, ya.

Beberapa kali ia mendengar suara kamera. Serius, yang dia lihat sekarang bukanlah yang biasanya dia lihat. Alias, kenapa mereka bisa jadi sangat berbeda seperti itu ketika di depan kamera? Sekarang rasanya Mirae tidak heran kalau para penggemar bisa sesuka itu dengan mereka.

Disandarkannya dirinya pada tembok dan menyilangkan kedua lengan di depan dada. Matanya sekarang beralih kepada Jisung. Sekarang dia tidak mau percaya kalau Jisung tujuh belas tahun. Tapi bagaimana, ya. Iya dia dalam mode manly sekarang, tapi wajah imutnya juga tidak bisa disembunyikan.

Begitu selesai, mereka lantas bubar dari posisinya. Renjun membuka topi yang ia kenakan. Bergantian membungkuk 45 derajat kepada para staff mengucapkan terima kasih. Mirae tersenyum tipis melihatnya. Anak-anak baik.

"Eh? Mirae noona." Renjun yang menyadari keberadaan Mirae di samping pintu langsung melambaikan tangannya ke arah gadis itu. Melangkahkan kakinya mendekati Mirae sembari mengenakan kembali topi berwarna hitam di tangannya, "Kupikir kau tidak kesini lagi, karena sudah ada Jiseok hyung."

Mirae membenarkan letak kacamatanya, "Dia kesini hanya sebentar kok. Sekedar mengurus beberapa keperluan. Kenapa? Kau tidak mau aku pergi ya?" Ia menaikkan kedua alisnya.

"Tidak kok." Renjun mengidikkan bahu membalas, "Pergi saja kalau mau."

Mengecewakan. Wah, padahal Mirae berfikir kalau anak ini tidak akan mengizinkannya pergi. Ia berdecak dan kembali berucap, "Kalau aku pergi betulan baru tau."

"Hey, Hwang Renjun! Kau yang duluan."

Renjun menoleh ke arah Jeno yang meneriakinya, "Iya," balasnya sembari berbalik meninggalkan Mirae yang masih berdiri di samping pintu.

"Kau masih jadi manager?"

Mirae menoleh, Na Jaemin sudah di samping berdiri menghadapnya, menyodorkan sebuah ponsel.

Mirae mengambil ponsel itu dari Jaemin, "Masih kok ─eh." Alis Mirae tertaut. Tangannya terangkat meraih beberapa helai bagian tengah rambut Jaemin yang menutupi jidatnya, "Sejak kapan ada blueberry ini disini?"

"Aku mewarnainya kemarin, mungkin kau tidak menyadarinya semalam."

"Iya, baru kulihat." Tangannya masih memilah-milah rambut Jaemin yang ia sebut blueberry di tengah-tengah itu, "Jadi Jaemin rasa blueberry." Katanya sebelum menyingkirkan tangannya dari rambut Jaemin.

Jaemin tertawa kecil dengan perkataan Mirae barusan, "Lain kali pas comeback kayaknya semua rambutku akan kujadikan blueberry."

"Ide bagus!" Mirae malah mengacungkan ibu jarinya ke arah Jaemin, nampak sangat bersemangat dengan ide Jaemin soal warna rambut barusan, "Kalau cuman di tengah begitu 'kan kurang. Tapi mungkin penggemarmu bakalan suka."

"Heh! Jam kerja ini. Jangan pacaran terus!"

Sontak keduanya menoleh ke arah Haechan yang tengah menyandarkan dirinya pada sisi lain ruangan, beberapa jarak di dekat mereka. Matanya melirik ke arah Jisung dan Chenle sekilas yang sedang bermain sendiri, "Liat tuh ada anak kecil, jangan bikin tontonan yang aneh-aneh deh."

Mirae berdecak menatap malas ke arah Haechan, "Vreemd kind."

Jaemin tertawa kecil mendengar itu. Walau tidak tau artinya, dia paham Mirae sedang mengatai temannya yang satu itu. Jaemin kemudian meninggalkan Mirae yang masih berdiri pada tempatnya, sekarang gilirannya untuk pemotretan itu.

"Rachel,"

Mirae menoleh, pamannya, Choi Jiseok sudah berdiri di hadapannya memberikan isyarat dengan mata yang melirik ke arah pintu, meminta Mirae mengikutinya keluar. Ia mengangguk dan mengikuti pamannya keluar dari ruangan tersebut.

Berdiri berhadapan dengan keponakannya di depan ruangan, Choi Jiseok menghela napas menatap Mirae, "Kau masih ingat apa yang kukatakan padamu sebelum mengizinkanmu menjadi manager sementara?"

"Jangan sampai suka, jangan menaruh perasaan, jangan terlalu dekat, jangan membuat mereka menaruh perasaan, atau kau akan ada dalam masalah." Mirae membenarkan letak kacamata, menaikkan alis menatap Choi Jiseok, "Ada lagi?"

"Kau masih mengingatnya. Kuharap jangan dilanggar, makanya aku pernah bilang kan? Jadi staff perempuan untuk mereka yang masih muda itu tidak gampang."

"Iya, iya aku paham." Mirae menghela, "Tapi opsi terakhir itu, mana bisa kuatur? Kan itu tergantung dari mereka. Mana bisa aku mencegah. Paman gimana sih?"

"Kau tidak pacaran dengan Jaemin 'kan?" Choi Jiseok menatap Mirae curiga. Tidak menanggapi apa yang dikatakan oleh Mirae barusan.

Mendengar pertanyaan pamannya membuat gadis itu menghela pelan, "Paman, ayolah. Kenapa semua orang begini?"

"Atau kau malah pacaran dengan Taeyong?"

Taeyong? Mirae membulatkan mata menatap pamannya itu, wah apa dia tidak berfikir sebelum mengatakan yang satu ini? "Ntah dimana otakku kalau pacaran dengan lelaki satu itu."

Choi Jiseok malah menoyor kepala Mirae membuat gadis itu sempat oleng namun juga berhasil mengendalikannya, "Justru kau tidak punya otak kalau tidak suka dengan anak-anak seperti mereka."

"Paman gimana sih?" Mirae mengerjap beberapa kali mendengar perkataan pamannya itu yang benar saja, "Paman kan sudah bilang kalau tidak boleh suka, tidak boleh menaruh perasaan."

"Oke, anak pintar. Ternyata kau masih taat aturan." Sedetik kemudian Choi Jiseok menarik kedua sudut bibirnya, tatapan mengintimidasinya hilang seketika, "Jangan menyusahkan diri sendiri."

Mirae lagi-lagi menghela, menyusahkan iya menyusahkan memang. Apalagi kalau seperti Jeno dan Kim Ah Reum, itu sangat menyusahkan bukan?

Bukan, bukan keduanya yang menyusahkan tapi orang ketiga. Penggemar yang terbutakan oleh obsesinya, menyusahkan sekali.

Mirae membenarkan letak kacamata, kembali menatap pamannya mengubah topik ini, "Jadi sampai kapan aku disini?"

"Sampai persiapan comeback ini selesai."

"Apa aku memang harus pulang?" Mirae menunduk memandang lantai yang dipijaknya. Dia pergi bukan untuk kembali masalahnya. Dia pergi untuk lari.

"Sebagai pamanmu, aku berkali-kali memberi nasehat. Jangan lari dari masalah."




.
.
.
tbc


Manager || NCT Dream ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang