"Mirae bisa memarahimu kalau tau kau kesini malam-malam begini." Meletakkan segelas air di atas meja, Kim Ah Reum langsung duduk di bawah sana, di atas karpet alih-alih di atas sofa yang terdapat di ruang tamu rumahnya itu. "Aku malas membuat minuman, jadi kukasih air mineral saja. Atau kau mau yogurt?" Dia mengangkat alis mendongak menatap Jeno yang duduk di atas sofa.
"Lebih baik tidak usah ada apapun." Jeno menghela dan turun ri sofa, ikut duduk di bawah bersama Kim Ah Reum, "Ada sofa kau malah duduk dilantai."
"Kau juga ikutan duduk di lantai tuh." Ah Reum meletakkan dagunya di atas telapak tangan yang bertumpu pada meja dengan sikunya sembari meniup pelan poninya.
Jeno melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Ah Reum dan tersenyum kecil menatap gadis itu.
Ah Reum mengerjap beberapa kali. Karena sering bertemu Jeno akibat ulah Mirae, akhir-akhir ini ia mencoba bersikap biasa di hadapan Jeno, sama seperti kalau dia ke Mark.
Ah Reum mengubah posisi duduknya menjadi tegak dan mengalihkan pandangannya dari Jeno. Sialnya, lelaki itu benar-benar tidak paham kondisi ya. Sesekali ia melirik ke arah mata Jeno yang berbentuk bulan sabit ketika lelaki itu tersenyum. Ah, lucu.
Oke, orang-orang akan menganggap ini berlebihan, tapi Ah Reum juga cewek normal yang akan salah tingkah jika berhadapan dengan orang yang dia suka. Tapi gadis itu sangat pintar menyimpan reaksinya.
Tak beberapa lama, fokus mereka teralihkan kepada suara bel. Lantas bersamaan menengok ke arah pintu. Ah Reum membulatkan mata dan kembali menatap Jeno, "Pasti kakakku, cepat naiklah ke kamarku."
"Tapi –"
"Ish, aku tidak mau kakakku menyudutkanmu lagi. Cepat sana naik ke kamarku." Mengabaikan Jeno, gadis itu langsung berdiri dari duduknya dan melangkahkan kaki menuju ke arah pintu sesekali menoleh ke arah Jeno mengisyaratkan lelaki itu untuk segera pergi darisana.
Jeno berdecak. Apa harus seperti ini? Pikirnya. Pada akhirnya dia juga berdiri dari duduknya, melangkahkan kaki menuju tangga, sesegera menaiki anak tangga itu satu persatu dan masuk ke dalam kamar Ah Reum kemudian menutup rapat pintunya.
Ia menghela napas, matanya kembali mengedar ke seluruh isi kamar milik gadis itu. Matanya kemudian tertuju kepada sebuah rak di sudut kamar Ah Reum, di sebelah komputer lebih tepatnya. Merasa melihat sesuatu disana, lelaki itu kemudian melangkahkan kaki mendekat ke arah rak tersebut.
Matanya mengamati isi rak, sesaat kemudian bergumam, "Wah, anak itu mengoleksi albumku ternyata."
Ia kemudian kembali menatap ke sekeliling kamar. Tidak seperti pertama kali dia kesini, Ah Reum pasti menata ulang kamarnya. Jeno melepaskan topi yang ia kenakan, meletakkannya di atas meja komputer dan menyingkap rambutnya yang sudah diwarnai hampir mirip dengan warna rambut milik Jaemin.
Mendengar suara dentingan disusul layar ponsel yang menyala di atas meja komputer Ah Reum, lantas membuat perhatiannya teralihkan ke arah ponsel itu. Melangkahkan kaki mendekat dan menautkan alis membaca sepotong pesan yang ditampilkan oleh notifikasi layar kunci ponsel milik Kim Ah Reum.
Mirae
Lari dari masalah keahliankuMenatap heran dengan pesan itu. Hendak membuka, tapi rasanya tidak sopan. Terlalu lancang membuka pesan orang begitu saja hingga kemudian ia menoleh ke arah pintu setelah mendengar pintu kamar tersebut terbuka menampilkan presensi Kim Ah Reum yang muncul dari sana.
Gadis yang rambutnya di kucir satu dengan poni menutupi dahinya itu lantas menutup kembali pintu kamar terebut, melangkah mendekat ke arah Jeno dan mendesah pelan, "Sepertinya kakakku akan beberapa saat disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Manager || NCT Dream ✔✔
FanfictionMenjadi manager? Choi Mirae bahkan masih berfikir, apa itu sebuah berkah atau cobaan. Completed✔