Mirae membenarkan letak kacamatanya, menyilangkan kedua lengan di depan dada mengamati hasil pemotretan yang diambil hari ini bersama dengan Renjun dan Jisung dan salah satu staff disana, juga ada manager Nam. Mirae mengangguk kecil dan bergumam pelan, "Kalian keren juga, ya."
"Noona kok baru sadar sih." Jisung melirik sekilas ke arah Mirae membuat gadis itu tertawa kecil. Ah, lucunya.
Pemotretan mereka dari tadi pagi berlangsung sampai tengah hari. Yang lain bahkan sudah mengganti pakaiannya. Ia melirik ke arah Jisung dan Renjun bergantian, "Kalian tidak akan menemui produser dengan pakaian seperti itu kan?"
Kedua lelaki itu memandangi dirinya sendiri secara bersamaan. Benar, masih outfit yang mereka gunakan untuk pemotretan. Renjun lantas segera menarik Jisung untuk menyingkir darisana.
Mirae melirik keduanya sampai mereka benar-benar menjauh untuk mengganti pakaian sebelum akhirnya menoleh ke arah manager Nam yang sudah berdiri tepat di sampingnya, menaikkan kedua alis dan bertanya, "Apa aku yang menemani mereka?"
"Biasanya juga kau yang menemani."
Mirae mengangguk paham mendengar jawaban manager Nam. Iya juga sih. Mirae sedikit tersentak ketika ada yang bergetar di tangan kanannya. Oh, dia bahkan tidak sadar kalau ponsel Jaemin masih dia yang pegang. Membenarkan letak kacamata, melihat layar yang menampilkan panggilan masuk disana.
Lantas ia langsung berbalik hendak mencari si pemilik ponsel tersebut. Tadi Jaemin sempat bilang kalau dia akan mengambil tasnya di ruang latihan. Akhir-akhir ini Mirae selalu ke ruangan itu rasanya.
Langkahnya terhenti seketika, sedikit tersentak begitu seorang lelaki tiba-tiba saja berhenti di depannya. Membenarkan letak kacamata menatap siapa yang berdiri di hadapannya sekarang ini, "Aah, kau. Tunggu sebentar, aku mau panggil Na Jaemin." Ucapnya pada Lee Jeno kemudian hendak lanjut melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.
Lagi-lagi langkahnya terhenti tatkala Jeno meraih pergelangan tangan Mirae, menariknya berdiri ke tempat semula di hadapannya lantas membuat Mirae menautkan kedua alis menatap anak itu heran.
"Aku mau bertanya sesuatu."
Mirae menautkan alisnya heran. Jeno sedang dalam mode aneh sekarang. Melirik ponsel Jaemin yang ada di tangannya sekilas, lantas menatap lagi ke arah Jeno. Mungkin cuman pertanyaan singkat, "Apa?"
"Gimana ya, ngomongnya." Jeno malah mengacak rambutnya sendiri sedetik kemudian menghela kasar, "Nanti aja, deh. Selesai kerja," katanya kemudian dan langsung melangkah begitu saja melewati Mirae.
Mirae menoleh kebelakang sekilas. Benar kan, Jeno sedang dalam mode aneh. Mengidikkan bahu tidak peduli dan memilih melanjutkan langkahnya untuk ke ruang latihan sembari bergumam, "Ngapain dia di ruang latihan lama begini."
Sampai di depan pintu ruang latihan, dibukanya pintu itu secara perlahan. Ada suara musik yang terdengar begitu ia membuka pintu tersebut. Tidak mungkin kan Jaemin lanjut latihan sementara dia punya jadwal lain. Membuka lebar pintu ruangan tersebut dan masuk ke dalamnya. Tunggu, tidak salah tempat kan?
Beberapa orang yang berada di dalam sana otomatis berhenti dan menoleh ke belakang secara bersamaan ketika melihat pantulan diri Mirae dari kaca ruang latihan tersebut.
Benar, salah ruangan. Yang dia kenali wajahnya hanya Taeyong dan Yuta dan yang satu, yang pakai kacamata, Mirae lupa namanya, dua sisanya sepertinya mereka tidak saling kenal. Ia membenarkan letak kacamatanya, "Maaf, aku tidak sengaja masuk." ucapnya gugup hendak cepat-cepat pergi darisana.
"Sassaeng?"
Mirae yang hendak berbalik menghentikan langkahnya dan menatap salah satu dari lima orang disana yang baru saja bersuara.
"Dia manager Dreamis, hyung." Yuta menyahut dan kemudian berbalik menatap Mirae lagi dengan kedua alis yang terangkat.
Ah, Mirae paham maksudnya. Dia diusir. Mendengus pelan sebelum akhirnya memilih berbalik dan langsung menghilang dari balik pintu ruangan tersebut.
"Choi Mirae, kau ngapain?"
Mirae menoleh, Na Jaemin tengah berjalan mendekat ke arahnya. Ia menghela pelan setelahnya, "Aku mencarimu."
"Ruangan ini kan dipakai."
"Kupikir kau di dalam." Ia membenarkan letak kacamatanya lagi sebelum menyodorkan ponsel di tangannya ke hadapan Jaemin, "Tadi ibumu menelfon, makanya aku mencarimu."
"Oh," Jaemin langsung membuka layar ponselnya begitu mengambil benda tersebut dari Mirae, "Kupikir kau tidak bisa kehilanganku —haha."
"Ya, kalau aku kehilanganmu gajiku juga hilang." Mirae membenarkan letak kacamatanya, "Cepat hubungi balik ibumu, kau harus kembali bekerja." Ucapnya dan langsung melangkahkan kaki berbalik meninggalkan Jaemin yang masih berdiri di depan ruang latihan tersebut.
Jaemin menyingkap rambut mengalihkan perhatian ke arah ponselnya, berniat menghubungi kembali ibunya yang barusan mengirim panggilan.
"Na Jaemin,"
Sontak Jaemin teralihkan begitu mendengar namanya dipanggil, mendongak dan langsung berbalik ke belakang. Menaikkan kedua alis menatap siapa yang ada di hadapannya, "Ellen noona?"
***
Mirae menghentikan langkahnya ketika matanya mengarah kepada seorang gadis bertopi yang tengah berjalan searah dengan dia tepat di depannya. Ah, bahkan dari belakang saja Mirae sudah merasakan hawa-hawa berbeda.
Melangkah lagi kemudian meraih pergelangan tangan gadis itu, menariknya cukup kuat sampai membuat gadis di hadapannya itu langsung berbalik menghadap ke arahnya dengan wajah terkejut yang tidak bisa disembunyikan. "Apa kau tidak punya kerjaan lain selain menguntit?"
Min Eli, gadis itu memiringkan kepala menyeringai tipis dengan pandangan jengahnya ke arah Mirae, "Lalu apa?"
"Dari sekian sassaengfan Jeno dan yang lain. Hanya kau yang kurang ajar begini." Diraihnya kembali pergelangan tangan gadis itu, menariknya sampai mau tidak mau Min Eli mengikuti langkahnya. Dia pikir Mirae tidak akan bertindak sampai sejauh ini.
Dibawanya gadis itu masuk ke dalam ruangan yang digunakan untuk pemotretan tadi. Beberapa staff tengah membereskan ruangan itu, Mirae membawanya ke sudut ruangan dimana ada manager Nam disana. Mau tidak mau dia harus mengurus ini di depan staff agensi yang lainnya.
Manager Nam menautkan alisnya menatap Mirae dan gadis itu secara bergantian. Mirae melirik ke arah Min Eli, lantas membuat manager Nam ikut memusatkan pandangannya kepada gadis yang tengah mendengus jengah itu.
Min Eli menatap malas ke arah Mirae, "Setidaknya selesaikan masalahmu disana sebelum membuatku dalam masalah."
"Apa pedulimu tentangku dan Charlotte?" Mirae membalas tatapan gadis itu, "Kerjaanmu dari dulu bahkan hanya menguntit, Caroline."
"Ah, nona." Manager Nam menyahut menatap gadis di samping Mirae itu, "Kau harus ikut aku mengurus ini. Jangan mencoba kabur."
Manager Nam melangkah melewati kedua gadis itu. Min Eli berdecak, membenarkan topinya sebelum akhirnya berbalik mengikuti manager Nam sembari menggerutu, mengumpat dalam hati. Seharusnya dia juga memperhitungkan kemungkinan ini.
Mirae membenarkan letak kacamata menatap kedua orang yang baru menghilang dari balik pintu tersebut, ia menghela napas. Mulai paham dengan keadaan kenapa Caroline Aloin mengganggunya sampai sejauh ini.
.
.
.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Manager || NCT Dream ✔✔
Fiksi PenggemarMenjadi manager? Choi Mirae bahkan masih berfikir, apa itu sebuah berkah atau cobaan. Completed✔