Mirae menggigit bibir bawahnya khawatir, dengan tangan yang terus memetik gelisah di atas pangkuannya. Walaupun Ellen sudah memberitahunya untuk tenang, dan hanya memberi keterangan, Mirae pun tetap tidak bisa tenang semudah itu. Mendapati dirinya di kantor polisi, duduk berhadapan dengan detektif penyidik memberikan ketakutan tersendiri baginya. Mengkhawatirkan hal-hal yang sebetulnya tidak mungkin terjadi.
"Bersyukurlah kamu tidak menjadi tahanan karena orang tuamu."
Mendengar perkataan polisi tersebut membuat gadis dengan rambut yang dikucir satu itu mendongak dan menatap, "Saya 'kan tidak berbuat apapun, kenapa tahanan?"
"Tidak, kamu boleh pergi sekarang."
Mirae mengangguk singkat, lantas langsung berdiri dari duduknya, berbalik dan melangkahkan kaki pergi meninggalkan kantor polisi tersebut. Matanya mengedar ke sekeliling, sampai menemukan sebuah sedan putih yang baru saja berhenti di pinggir jalan.
Mengenali betul pemilik mobil tersebut, Mirae langsung melangkah cepat menghampirinya dan masuk ke dalam begitu saja.
"Sudah selesai?"
Ia langsung dapat mendengar suara Ellen begitu masuk dan menutup kembali pintu mobil. Memasang seatbelt sembari mengangguk sebelum menyandarkan dirinya dan menoleh, "Kenapa menjemput? Kau tidak sibuk memang?"
"Tidak terlalu karena aku baru kembali," jawab Ellen dan langsung kembali menjalankan mobil tersebut, "Hanya ada pertemuan saja tadi."
Mirae mengangguk paham, kemudian mengeluarkan ponsel yang ia simpan pada saku celananya. Alisnya terangkat sebelah tatkala membuka layar ponsel tersebut dan melihat salah satu notifikasi yang muncul di sana.
Renjun
Tolong balas pesankuLantas Mirae pun langsung membuka pesan tersebut dan mengetikkan balasan kepada si pengirim.
Beberapa detik setelah ia mengirim balasannya, kini kedua alisnya terangkat bersamaan ketika ponsel di tangannya itu berdering menampilkan nama Jaemin disana dengan tampilan video call yang masuk.
"Wah, mereka menghubungiku," gumam Mirae masih menatap ponselnya yang masih menampilkan nama Jaemin di sana.
Ellen melirik Mirae sekilas sebelum mengembalikan fokusnya ke arah jalanan sebelum menyahut, "Hanya kau pandangi seperti itu?"
"Oh? Iya." Dengan segera ia menggerakkan jari telunjuknya menjawab panggilan tersebut, lantas memposisikan ponselnya itu tepat di hadapan wajah.
Butuh beberapa detik sambungan sebelum benar-benar terhubung sampai Mirae dapat melihat dengan jelas wajah Jaemin dan Renjun di layar ponselnya. Mengulas senyum tipis, lantas membuka mulut menyapa ragu, "Hai?"
Ketiganya diam, beberapa detik sebelum suara tawa Renjun terdengar dari seberang sana, "Astaga, kenapa noona canggung begitu?"
"Iya?" Mirae bergumam, mengerucutkan bibir ke samping dan melanjutkan, "Mungkin karena lama tidak bertemu."
"Yang benar saja," ucap Jaemin terkekeh mendengar apa yang dikatakan oleh Mirae, "Waktu pertama kali ketemu kami saja kau tidak ada canggung-canggungnya."
"Iya, sih ya." Mirae menjawab sembari mengangguk, melihat tembok yang ada di belakang Jaemin dan Renjun, sepertinya mereka sedang berada di ruang latihan. Lantas Mirae menaikkan alis, "Kalian tidak sibuk?"
"Tidak." Renjun menggeleng cepat.
"Kok bisa?" Kedua alis Mirae tertaut mendengar jawaban lelaki itu dari seberang sana, "Aku yang menyusun jadwal kalian kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Manager || NCT Dream ✔✔
FanfictionMenjadi manager? Choi Mirae bahkan masih berfikir, apa itu sebuah berkah atau cobaan. Completed✔