Begitu turun dari mobil, Mirae mengenakan kembali kacamatanya dan melangkah cepat menyusul Jeno dan Renjun, berjalan di belakang mereka berdua.
Sesampainya di ruang latihan, seluruh yang ada di ruangan menatap mereka seketika, para member, manager Nam, sampai koreografer yang ada disana menghentikan penjelasan tatkala mereka bertiga masuk ke dalam ruangan.
Manager Nam yang sedari tadi menunggu beranjak dan menghampiri Jeno, Renjun, Mirae yang masih berdiri di dekat pintu. Manager pria yang satu itu mengangkat kedua alisnya menatap mereka bertiga bergantian, "Darimana kalian?"
Mirae membenarkan letak kacamatanya. Ia tak pernah melihat raut wajah manager Nam yang serius seperti ini. Biasanya kan dia seorang saja yang menemani para member latihan. Pada akhirnya gadis itu menjawab, "Tadi ada sesuatu, jadi kami telat."
"Choi Mirae, kau tidak bisa memainkan tanggung jawab seperti ini." Manager Nam menghela napas, "Tadi saja kau tidak menjemput mereka kan? Malah Renjun yang mendatangimu."
Mirae melirik ke arah Renjun dan Jeno sembari membenarkan letak kacamatanya, "Kalian latihan saja, aku akan bicara diluar dengan manager Nam." Ia melirik kembali kepada manager Nam, "Jangan ganggu latihan mereka," ucapnya kemudian berbalik dan menghilang dari balik pintu ruang latihan.
Manager Nam mengangkat kedua alisnya menatap Jeno dan Renjun bergantian, "Ada masalah?"
Renjun mengusap tengkuknya dan mengangguk kecil menatap managernya itu ragu-ragu, "Sedikit."
Manager Nam tidak mengerti apa yang terjadi, dia pun tidak penasaran lebih jauh. Lantas ia pun berbalik keluar dari ruangan menghampiri Mirae yang betulan menunggu di depan.
"Lee Jeno, Hwang Renjun, cepat kemari."
Jeno dan Renjun mengangguk bersamaan begitu koreografer yang masih berdiri di sana memanggil mereka. Jeno dan Renjun langsung segera melemparkan mantel tipis mereka ke lantai dan mendekat ke arah teman-temannya untuk memulai latihan.
"Hyung, aku boleh keluar sebentar?" Jaemin mengangkat kedua alisnya menatap koreografernya itu, membuat semua member ikut menatapnya. Jaemin melemparkan pandangannya ke sekeliling, "Kurasa kita tidak punya air minum, biar kubawakan."
Koreografernya mengangguk mengiyakan, "Baiklah, jangan lama."
"Aku pergi," ucap Jaemin begitu saja kemudian langsung berbalik lekas pergi keluar dari ruang latihan tersebut. Begitu ia kembali menutup pintu ruangan tersebut, matanya langsung menemukan Mirae yang masih berbicara dengan manager Nam. Jaemin menyilangkan tangan di depan dada sembari menyenderkan tubuh pada sisi pintu ruangan yang baru saja ia masuki, memperhatikan Mirae dan manager Nam dari sana.
Begitu manager Nam pergi, Jaemin langsung segera menghampiri gadis itu dan mengangkat kedua alisnya, "Ada apa?"
"Kau mau kemana?" Mirae membenarkan letak kacamatanya tanpa menghiraukan pertanyaan Jaemin barusan.
Jaemin menghela napas panjang menatap Mirae di hadapannya dengan wajah yang tidak seperti biasa, bukan dia tidak sadar tentang apa yang terjadi dengan Mirae, Jaemin terlalu sering memperhatikan Mirae sehingga tidak mungkin rasanya tidak menyadari sesuatu yang berbeda pada gadis itu. "Aku mau membeli minuman."
Mirae kembali membenarkan letak kacamatanya, "Kok malah kesini?"
Jaemin menatap heran namun segera membuang tatapan itu dengan menggeleng pelan, "Kau ada disini, jadi kuhampiri," ucapnya yang kemudian di balas anggukan kecil dari Mirae.
"Selasaikan latihanmu." Mirae menepuk bahu Jaemin sekilas sembari tersenyum tipis dan berjalan melewatinya.
Jaemin berbalik menatap heran punggung Mirae yang perlahan menjauh, serius, Mirae berbeda sekali itu seperti bukan Mirae yang waktu pertama kali ia temui dan memperkenalkan diri sebagai manager pengganti. Jaemin mengusap tengkuknya kemudian memilih menyingkirkan dulu apa yang ada di otaknya dan segera melangkahkan kakinya pergi dari sana, dia bisa kena omel kalau kembali terlalu lama.
Jaemin menghentikan langkahnya untuk masuk ke lift tatkala melihat sosok Mirae yang berdiri di dekat tangga darurat. Mirae tidak sendiri, ia melihat seorang wanita paruh baya yang terlihat jelas berdiri di hadapannya. Wajah serius Mirae dengan wanita berambut pirang dengan wajah sangat asing yang tidak Jaemin kenali itu cukup untuk membuat rasa penasaran dalam diri Jaemin meuncul.
Jaemin berjalan mendekat, tidak, tidak begitu dekat. Dia berdiri di dekat tangga, tidak terlihat oleh mereka namun Jaemin masih melihat kedua wanita itu dengan jelas dan suara mereka juga masih terdengar jelas. Wajah wanita di hadapan Mirae itu tidak seperti wajah orang Asia, kalau kau perhatikan dengan jelas, matanya seperti milik Ellen.
Tidak biasanya Jaemin penasaran seperti ini. Karena Mirae terlibat, susah rasanya untuk tidak penasaran ataupun berpura-pura tidak melihatnya.
"Je hoeft niet zomaar weg te gaan. Ja vader kan voor alles zorgen."
Jaemin menautkan kedua alisnya tatkala wanita berambut pirang di hadapan Mirae itu kembali berbicara. Ia mengusap tengkuknya dan bergumam pelan, "Bahasa aneh apa itu?"
Ia kembali menatap ke arah dua orang itu ketika Mirae membalas, "Wat voor? Ik heb niets gedaan."
Jaemin berdecak, tidak ada gunanya. Dia bahkan tidak mengerti dengan apa yang dikatakan kedua orang itu. "Dia ngomong apa sih?" gerutunya.
"Untuk apa? Aku tidak melakukan apapun."
Jaemin terdiam begitu mendengar suara seseorang dari belakangnya, namun iya tidak berniat untuk menoleh hingga akhirnya suara seseorang di belakangnya itu kembali terdengar, "Itu yang dia katakan."
"Aaah, begitu." Jaemin mengangguk paham dan kembali memperhatikan Mirae dan wanita di hadapannya.
Wanita di hadapan Mirae itu menghela, "Zo niet, waarom ben je hier gekomen?"
"Kalau tidak, kenapa kau datang kesini?" Seseorang di belakang Jaemin kembali bersuara, membuat Jaemin paham apa yang dibicarakan Mirae dengan wanita di hadapannya.
"Vertrow jij mij ook niet?" Jaemin melihat Mirae membenarkan letak kacamatanya dan membuang pandangan, "Ik kwam hier vanwege moeder en vader."
Suara dari belakang Jaemin kembali terdengar, "Apa ibu tidak percaya padaku juga? Aku kesini justru karena ibu dan ayah."
"Wat is jouw probleem?" Wanita di hadapan Mirae itu memegang kedua pundak Mirae, "Ik vind het niet erg als je Charlotte Aloin echt van de top van het gebouw laat vallen."
"Aku tidak mempermasalahkan jika kau memang sengaja membuat Charlotte Aloin jatuh dari atas gedung." Jaemin mengerjap, terdengar suara helaan napas dari belakangnya, "Tinggal bilang membunuh."
Mendengar itu Jaemin sontak langsung membalikkan tubuhnya ke belakang, "Apa maksudnya?" Jaemin menatap seseorang yang dari tadi menerjemahkan percakapan Mirae.
Wanita bertopi di hadapannya itu kemudian memiringkan kepalanya dan menyunggingkan senyum miring sembari mengangkat kedua alisnya menatap Jaemin, "Hai, Na Jaemin?"
.
.
.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Manager || NCT Dream ✔✔
FanfictionMenjadi manager? Choi Mirae bahkan masih berfikir, apa itu sebuah berkah atau cobaan. Completed✔