31-Real

8.9K 1.1K 5
                                    

"Rachel?"

Mirae menolehkan wajahnya ke belakang. Melihat sosok yang sudah berdiri di belakangnya. Wanita paruh baya dengan rambut pirang dan kulit putihnya. Sontak gadis itu langsung berdiri dari duduknya, dengan mata yang membulat sempurna.

Mirae menelan ludah sembari membenarkan letak kacamatanya.

Pria dan wanita paruh baya di hadapannya itu masih menatap Mirae dengan tatapan terkejut yang tidak bisa mereka sembunyikan. Mirae juga tak kalah terkejutnya.

Tubuh gadis itu seakan kaku, dia hanya bisa terdiam di sana. Saling menatap dengan tatapan terkejut mereka masing-masing.

Wanita di hadapan Mirae mengangkat tangannya hendak meraih pergelangan tangan Mirae. Sepersekon kemudian gadis itu mundur menjauh, membuat dua orang di hadapannya tambah menatap heran.

Bahkan Chenle dan Jisung menghentikan aktivitas mereka berdua dan menatap keheranan.

"Choi Ra ─"

"Chenle, Jisung, ayo pulang."

"Hah?" Chenle dan juga Jisung menoleh bersamaan menatap Mirae seusai mendengar kata-kata gadis itu barusan.

"Cepat keluar," kata Mirae sekilas kemudian langsung pergi meninggalkan semua orang di sana, keluar dari restaurant tersebut.

"Is she Rachel?" wanita paruh baya itu menatap pria di sampingnya yang merupakan suaminya. Pria paruh baya itu menatap tak yakin. Wanita itu memilih meninggalkan suaminya dan melangkah cepat menyusul Mirae ke arah pintu keluar, "Choi Rachel!"

Chenle dan Jisung saling menatap heran sejenak sebelum sedetik kemudian memutuskan untuk ikut juga menyusul Mirae keluar restaurant.

"Choi Rachel!"

Langkah Mirae terhenti seketika beberapa jarak di belakang mobil yang tadi diparkirkannya di parkiran.

Mirae membenarkan letak kacamata sembari menelan ludahnya. Wanita paruh baya itu lantas melangkah mendekat ke arah Mirae.

"Choi Rachel,"

Mirae mengangkat kepalanya, mencoba menoleh dan menatap wanita paruh baya yang sekarang berada di hadapannya.

Gadis itu hanya bisa berdiri kaku di hadapan wanita paruh baya tersebut.

"Rachel," kata wanita itu lagi ntah yang keberapa kalinya ia sudah menyebutkan nama itu kepada Mirae.

Tidak, lidah Mirae rasanya kelu, mulutnya tiba-tiba tidak bisa terbuka untuk mengatakan kalau dia adalah Choi Mirae, bukan Choi Rachel seperti apa yang dilakukannya kepada Ellen di kantor agensi.

"Anakku sudah terlalu banyak berubah."


***


"Itu Mirae noona." Jisung menunjuk ke arah parkiran dimana Mirae sedang berdiri berhadapan dengan wanita pirang yang baru saja mengganggu acara makan mereka. Menurut Jisung sih kejadian ini mengganggu acara makan mereka. Mana baru makan sedikit, tiba-tiba Mirae menyuruh pulang, "Ayo samperin." Chenle mengangguk setuju.

"Tetap disini."

Langkah Jisung dan juga Chenle terhenti seketika tatkala mendengar suara pria paruh baya yang tadi bersama mereka. Kini pria itu berada tepat di belakang mereka berdua.

Kedua anak itu menoleh bersamaan mengangkat kedua alisnya heran menatap pria itu.

"Tolong biarkan mereka bicara sebentar."

Chenle dan juga Jisung lagi-lagi saling tatap mendengar perkataan pria tersebut.

"Kumohon, sebentar saja. Kalian tunggu disini sebentar," kata Pria itu lagi.

Kedua anak itu pada akhirnya sepakat untuk mengangguk dan tetap menunggu disana, memperhatikan Mirae dan wanita pirang itu dari tempat mereka berdiri sekarang. Orang-orang mengajarkan mereka untuk menuruti perkataan orang tua. Karena mereka berdua ingin menjadi anak baik, jadi Jisung dan Chenle menurutinya.

Chenle menarik Jisung agak menjauh dari pria tadi kemudian sedikit berjinjit hendak membisikkan sesuatu pada Jisung.

Baru hendak mengucapkan apa yang ingin dikatakannya, Chenle berdecak kemudian kembali ke posisi berdiri semula.

"Kau bisa pengertian sedikit tidak sih?"

Jisung sontak kebingungan dengan Chenle yang mengomel tiba-tiba. Jisung menautkan kedua alisnya, "Apa lagi?"

"Aku mau memberitahu sesuatu, kenapa kau lebih tinggi dariku?"

Mendengar perkataan Chenle membuat Jisung menatap tak percaya. Hanya itu?

Oh Tuhan, Jisung ingin tertawa dan menggoda Chenle. Tapi saat seperti ini bukan waktu yang tepat. Jisung menghela napasnya, padahal tinggi badannya tidak terlalu jauh dari tinggi bada milik Chenle.

Jisung mengisyaratkan Chenle untuk mengikutinya. Chenle mengiyakan dan mengikuti Jisung ke tempat yang lebih jauh dari tempat dimana pria paruh baya yang tadi bersama mereka berdiri.

Kedua anak itu kembali ke depan pintu masuk restaurant. "Aku tau kok kau mau bicara apa?" kata Jisung kemudian.

"Apa?" Chenle menaikkan kedua alisnya.

"Tuh 'kan ngomong apa beneran."

Chenle lantas mengerjapkan matanya beberapa-kali, otaknya berusaha menerima apa yang dikatakan Jisung katakan. Lelucon bodoh tidak tahu tempat!

"Aku tidak mengajakmu bercanda, Park Jisung."

"Ouh." Air wajah Jisung seketika beruba melihat raut ekspresi serius tiba-tiba milik Chenle, "Oke."

"Kalau Mirae noona ketahuan bagaimana?" Chenle langsung kembali kepada pertanyaan yang hendak diajukannya tadi, "Aku kira dia sudah ketahuan."

Jisung mengalihkan pandangannya ke arah parkiran. Mirae masih terlihat jelas dari pintu masuk restaurant ini.

"Harusnya tadi kita bantu Mirae noona," kata Jisung kemudian tatkala ia melihat Choi Mirae sekarang tanpa kacamata. Kacamata yang sering digunakan Mirae sudah berada di tangan wanita pirang yang hampir empat puluhan di hadapan Mirae itu.

"Yang tau tentang Mirae noona cuman kita." Chenle kembali menatap ke arah Jisung, "Ayo, kita kesana saja deh. Aku nggak mau Mirae noona pergi."

Jisung mengerjap. Kurang yakin dengan apa yang dikatakan oleh Chenle.

Iya, Chenle benar, mereka berdua bisa membantu Mirae mengelak dari semua hal. Dari semua orang yang ada, cuman Chenle dan Jisung yang tau tentang Mirae dan seluk beluknya selain Kim Ah Reum dan Yuta.

Tapi Yuta yang sudah mengenal Mirae dari lama saja tidak tahu segala hal yang bisa membantu.

"Tapi, bukannya kurang ajar kalau anak-anak kayak kita ikut campur urusan masalah keluarga orang?"

.
.
.
tbc








Manager || NCT Dream ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang