47-Whacky

7.3K 939 18
                                    

Kim Ah Reum sibuk membuat minuman di dapur rumahnya selagi Mirae dan Renjun ia suruh duduk terlebih dahulu di ruang tamu dan Jeno yang malah mengikutinya di dapur. Berdiri bersandar di samping kulkas tanpa ada berniat membantu sedikitpun.

"Kim Ah Reum," panggil Jeno. Suaranya yang menyebut nama Ah Reum itu bisa membuat napas gadis itu tersekat seketika. Ia menghentikan aktivitasnya dan menoleh kepada Jeno dengan wajah datar.

Jeno menghela napasnya, "Choi Mirae kenapa sih?"

Ah Reum diam sesaat kemudian mengembalikan fokus pada aktivitasnya membuat minuman tanpa menjawab pertanyaan Jeno.

Jeno menghela napasnya pasrah. Menghampiri Ah Reum dan meraih nampan berisi beberapa gelas minuman di atasnya dan segera melangkahkan kaki keluar dari dapur dengan nampan itu meninghalkan Ah Reum yang menatap heran.

Gadis itu lantas langsung mengikuti Jeno keluar dari dapur dan menghampiri Mirae dan Renjun di ruang tamu.

Jeno meletakkan nampan itu di atas meja dan menjatuhkan dirinya di atas sofa sebelah Renjun. Renjun menoleh ke arahnya, "Kukira kau pemilik rumah."

Mendengar perkataan Renjun membuat Jeno menatapnya tak percaya, "Bisa-bisanya kau sempat bercanda di tengah kebingungan ini?"

Renjun hendak membalas perkataan Jeno barusan, namun ia urungkan tatkala menyadari suara dentingan ponsel yang berada di saku celananya.

"Mirae," panggil Ah Reum dengan segelas minuman di tangannya yang ia sodorkan ke arah gadis itu.

Mirae yang menutup wajahnya mengangkat kepala perlahan dan menatap Ah Reum. Mengerti maksud Kim Ah Reum, lantas ia langsung meraih gelas di tangan gadis itu dan meneguknya. Semua orang selalu memberikan segelas air untuk membuat tenang.

"Manager Nam dan yang lain menunggu kita di tempat latihan," ujar Renjun sembari memasukkan kembali ponsel ke dalam saku celananya dan meraih segelas minuman yang berada di atas meja.

Jeno sontak menepuk dahinya sendiri, "Kita tidak ada yang bilang kalau mau pergi. Kau tau kan bagaimana ketatnya manager Nam kalau masalah latihan?"

Mirae menghela napas, mengeluarkan kunci mobil dari dalam tasnya dan meletakkan itu di meja sebelum sesaat kemudian merebahkan dirinya pada sandaran sofa dengan jari tangan kanan yang memijit kepala.

Renjun menaikkan kedua alisnya paham dengan maksud Mirae, "Kami belum punya sim, noona."

"Jangankan SIM, menyetir saja tidak bisa." Jeno langsung membenarkan posisi duduknya.

Ah Reum menatap mereka bertiga bergantian. Sepertinya dia tahu apa yang harus dilakukan. Lantas ia pun mengambil kunci mobil Mirae dari atas meja dan berdiri dari duduknya.

Jeno dan Renjun menatap keheranan. "Kau mau ngapain?" tanya Jeno.

"Mengantar kalian. Mirae sedang tidak bisa menyetir, biar aku yang antar."

Mirae yang mendengar itu langsung membuka matanya menatap Kim Ah Reum, "Kau bisa menyetir?"

Gadis itu malah menaikkan alis sembari menarik salah satu sudut bibirnya, "Apa yang aku tidak bisa?"



***





Gadis dengan surai panjang bernama Kim Ah Reum itu benar-benar mengemudi menyusuri jalan kota Seoul dari rumahnya menuju ke kantor agensi mengantar Jeno dan Renjun.

"Sejak kapan kau bisa nyetir?" tanya Jeno yang duduk tepat di samping Ah Reum sementara Mirae dan Renjun duduk di jok belakang.

"Kelas dua SMA aku sudah belajar nyetir dengan kakakku." Ah Reum kemudian menjawab yang hanya dibalas dengan anggukan singkat Jeno.

Di tengah-tengah fokusnya menyetir, Ah Reum melirik sekilas ke arah Mirae yang menyenderkan kepalanya pada kaca mobil dan memandang kosong ke arah jalan. Membuat gadis itu menghela napas, padahal dia sudah menyuruh Mirae untuk tetap tinggal di rumahnya, tapi dia malah bersikeras untuk tetap melakukan pekerjaannya.

Ah Reum memberhentikan mobilnya di depan gedung. Tidak masuk ke basement parkir gedung agensi itu.

Jeno, Renjun, dan Mirae melepaskan seatbelt nya bersamaan. Mirae beralih ke arah Ah Reum, "Kau bawa saja dulu mobilnya."

Ah Reum mengangguk paham dan membalas, "Hubungi saja aku kalau kau butuh."

Jeno menoleh ke arah Ah Reum, "Kau langsung pulang?"

"Mau kemana lagi?" Gadis itu mengidikkan kedua bahunya sebelum akhirnya Jeno menaikkan masker yang ia kenakan, matanya menampilkan senyum singkat pada Ah Reum dan turun darisana.

Renjun juga berniat turun mengikuti Jeno, "Terima kasih, mujigae."

Mendengar perkataan Renjun sontak langsung membuat Ah Reum berbalik menatapnya sehingga Renjun mengurungkan niatnya untuk turun. "Tau darimana mujigae?"

"Tau dong," balas Renjun dengan percaya dirinya dan langsung turun begitu saja dari sana menyisakan Mirae dan Ah Reum yang sekarang saling menatap.

Kim Ah Reum menaikkan kedua alisnya, "Tidak jadi turun?"

"Kau pasti mau menanyakan banyak hal padaku, ya."

Kim Ah Reum tampak menimbang-nimbang sebelum akhirnya menjawab, "Iya. Tapi kusimpan dulu penasaranku. Kau bilang mau bekerja?"

"Kau masih baik padaku? Padahal kau paham apa yang dikatakan gadis itu?"

Melihat Mirae yang seperti itu membuat Kim Ah Reum menghela napasnya, "Choi Mirae, dengar, kita sudah kenal lama. Kau pikir aku akan mendengarkan cewek sinting itu tanpa mendengar penjelasanmu?"

"Tapi yang dikatakannya itu benar, Kim Areum." Mirae membenarkan posisi duduknya menatap gadis di kursi kemudi itu dengan raut wajah serius.

"Kalau benar kenapa kau berkali-kali menyangkal saat dia berbicara?" Ah Reum kembali menaikkan kedua alisnya. Membuat Mirae seketika terdiam dan mengalihkan pandangan. Ah Reum menghela pelan dan kembali melanjutkan, "Kalau aku benar-benar menganggapmu seperti itu, sama saja aku di pihak cewek sinting itu, Mirae. Jadi aku tunggu kau berbicara saja."

Mirae terdiam sesaat mendengar jawaban dari Kim Ah Reum barusan. Ah, dia tidak pernah mengira akan jadi seperti ini bahkan disaat jauh-jauh pergi ke Seoul, meninggalkan segala kerja kerasnya bertahun-tahun hanya untuk menghindar.

Kim Ah Reum mengambil sebuah kacamata di atas dasbor dan menyodorkannya kepada Mirae, "Punyamu."

Mirae menatapnya sesaat sebelum meraih dan mengenakannya kembali. "Tunggu saja di apartmenku," ujarnya dan langsung membuka pintu mobil dan turun dari sana.

Kim Ah Reum tersenyum tipis dan membenarkan posisi duduknya kembali menggenggam setir di hadapannya, "Min Eli itu memang sinting,  ya. Eh, Min Eli atau Caroline sih? Atau kupanggil cewek sinting aja seperti tadi?"





.
.
.
tbc


Manager || NCT Dream ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang