Mirae dan para member serta pemandu wanita yang menyetir di dalam mobil tersebut sekarang pergi meninggalkan rumah makan tersebut tanpa manager Nam dan manager Yoo.
Setelah manager Nam bilang kalau mereka bisa ke museum SM yang di Jakarta sekarang, mereka lantas pergi ke sana didampingi Mirae dengan pemandu tersebut.
"Apa di sana banyak penggemar?" Jeno bertanya tiba-tiba memecah keheningan yang sedari tadi melanda mobil yang tengah berjalan tersebut.
"Iya," jawab Mirae, "Manager Yoo bilang penggemar kalian tau kalian pasti ke sana. Makanya Manager Yoo dan Manager Nam lebih dulu ke sana untuk mengamankan keadaan."
"Dan Manager Choi menemani kami untuk ke sana."
Mendengar perkataan Renjun barusan membuat Mirae diam seketika dan kemudian menyunggingkan senyum miring setelahnya sesaat setelah kata-kata Renjun berhasil dicerna oleh otaknya.
"Boleh aku tau namamu?" Mirae kemudian beralih kepada pemandu wanita yang tengah menyetir tersebut, "Biar lebih enak ngobrolnya. Aku canggung banget memakai bahasa terlalu formal seperti kemarin."
Wanita tersebut tersenyum tipis sebelum akhirnya menjawab, "Nama saya Elisa."
"Elisa," Mirae mengejakan kembali nama itu kemudian mengangguk paham, "Berapa usiamu?"
"20 tahun," jawab Elisa.
"Wah, usia 20 di sini sudah bisa jadi tour guide, ya?"
Elisa mengangguk, "Walaupun diusia muda, semua pekerjaan bisa didapat asal punya kemampuan."
Mendengar jawaban Elisa membuat Mirae mengangguk paham. Sepenuhnya benar. Umur bukan penghalang disaat kau memiliki kemampuan. Oleh karena itu, kemampuan harus terus diasah.
"Ngomong-ngomong, aku tidak pernah melihatmu memakai tanda pengenal? Atau pemandu wisata di sini memang tidak memakainya?" Mirae menaikkan kedua alisnya menatap Elisa yang masih fokus menyetir.
"Kau ini banyak tanya sekali, sih?" Sebelum Elisa menjawab pertanyaan Mirae, sudah terdengar suara sahutan dari Na Jaemin di belakang sana.
Mirae kemudian menoleh ke belakang agar bisa langsung menglihat wajah Jaemin, "Diam saja atau kau kusuruh turun di sini."
"Heol," Jaemin menatap tak percaya sampai Mirae kembali membenarkan posisi duduknya. Ancaman seperti apa barusan?
Elisa tersenyum lucu dengan interaksi Mirae dan Jaemin. "Ada kok, hanya saja aku tidak pernah pakai. Ada di situ." Ia menunjuk dasbor dengan matanya.
Lantas Mirae langsung mengarahkan tangannya ke atas dasbor. Mengambil benda yang barusan mereka bicarakan. Tanda pengenal dengan badge yang berwarna biru.
"Tidak sopan sekali, Choi Mirae." Lagi-lagi Na Jaemin menyahut dari belakang.
"Kami seumuran, tidak masalah. Yang lebih muda tolong diam," jawab Mirae kemudian mengabaikan Jaemin dan para member di belakang yang tengah bermain game online di ponsel mereka masing-masing.
Mirae menatap tanda pengenal merk Elisa yang hanya berisikan, foto dan nama lengkapnya serta nama perusahaan travel yang mengirimkan dia sebagai tour guide untuk mereka selama di sini.
"Elisa Amanda." Mirae mengejakan nama lengkap Elisa yang tertera di sana, "Kupikir nama orang Indonesia bakalan susah."
"Ada yang gampang, ada juga yang susah kalau di lidah orang Korea," balas Elisa menanggapi, "Nah, sudah sampai."
Elisa kemudian memberhentikan mobilnya di tempat parkir depan gedung museum SM berada dan melepaskan seatbelt nya. Diikuti Mirae dan juga para member yang ikut turun dari mobil satu persatu.
Mirae memberikan tanda pengenal Elisa kepada pemiliknya, "Pakai. Agar orang-orang di dalam bisa mengenalimu."
***
Elisa mengisyaratkan Mirae dan para member untuk masuk ke dalam gedung tersebut.
"Tunggu sebentar," celetuk Renjun tiba-tiba. Renjun kembali membuka pintu mobil Elisa kemudian menggeledah tas ranselnya yang berada di dalam sana, "Kau bahkan belum mengunci mobilnya," kata Renjun kemudian menutup kembali pintu mobil tersebut.
"Oh iya," sahut Elisa. Baru ingat akan hal itu. Untung saja Renjun mengingatkan.
Renjun memberikan sesuatu kepada Elisa. Benda yang tadi di ambilnya dari dalam tas.
Elisa menatap benda di tangan Renjun itu bergantian dengan menatap si pemilik tangan dengan tatapan herannya kepada Renjun.
"Pakai ini, percayalah kau akan menyesal kalau tidak pakai," kata Renjun masih menyodorkan benda itu kepada Elisa, "Masih baru kok. Liat, masih ada plastiknya."
Elisa mengambil saja benda itu dari Renjun. Topi dan masker yang barusan di berikan Renjun. Sebetulnya tidak perlu. Elisa sudah sering menemani para artis tanpa pelindung wajah.
Elisa hanya memakai topinya, masker yang tadi di berikan Renjun hanya dipegang di tangannya, kemudian ia langsung melangkahkan kakinya duluan diikuti para member dan Mirae menyusul dari belakang.
Benar saja, banyak penggemar berkumpul di sana. Tapi, manager Nam dan manager Yoo serta penjaga sudah membantu untuk mengatur mereka semua.
Agar tidak bar-bar seperti di bandara, kata Mirae.
Walaupun begitu, mereka semua histeris tatkala mata mereka menemukan sosok para member. Yeah, siapa yang tidak histeris bertemu lelaki setampan member Dream?
Tapi setidaknya tidak rusuh, dorong-dorongan seperti di bandara.
Para member tersenyum di sepanjang mata mereka bertemu dengan penggemar mereka.
Sampai akhirnya mereka masuk ke ruangan dimana di dalamnya ada koleksi dari album dan foto-foto artis SM.
"IRENE EONNI!"
Mendengar suara salah satu penggemar di sana membuat mereka saling menatap. Kemudian Jeno beralih menatap manager Nam di belakangnya, "Irene noona di sini?"
"Tidak," Manager Nam menggeleng, "Hanya kalian yang ada di Indonesia."
Mirae yang ada di sana kemudian menoleh ke arah para penggemar NCT di sana.
"Irene eonni!"
Beberapa gadis di sana malah melambai ke arah Mirae.
Mirae kemudian berbalik kembali ke arah para member dengan wajah herannya. Tapi, ini seperti kejadian di bandara.
"Mereka mengira Mirae noona itu Irene noona."
.
.
.
tbcPermisi,
Kalian menggambarkan sosok Choi Mirae itu gimana coba?
KAMU SEDANG MEMBACA
Manager || NCT Dream ✔✔
FanfictionMenjadi manager? Choi Mirae bahkan masih berfikir, apa itu sebuah berkah atau cobaan. Completed✔