"Apa kau yakin dengan perkataanmu? Kau tidak sedang mabuk 'kan?"
Gadis di hadapan Jaemin itu menghela, membuang pandangannya sebelum sesaat kembali menatap kembali ke arah Jaemin, menaikkan alis menatap wajah dengan mata kebingungan dan menyimpan rasa penasaran itu, "Untuk apa kau menarikku sampa ke atap ini dan mengitrogasiku kalau akhirnya tidak percaya dengan apa yang kukatakan?"
"Wajah sepertimu memang tidak bisa dipercaya," ucap Jaemin dengan wajah polosnya, "Coba pikir bagaimana aku bisa percaya dengan orang yang diam-diam menyelinap ke gedung ini dan mengatakan kalau managerku pernah membunuh seseorang? Tidak masuk akal sekali."
"Terserah." Gadis itu membenarkan letak topi yang ia kenakan sembari menatap Jaemin malas dan kemudian berbalik pergi, "Ah, iya." Sesaat kemudian dia kembali menolehkan kepalanya dan menatap Jaemin yang masih terdiam berdiri di sana, "Kalau tidak percaya tanya saja pada Renjun, Jeno, atau langsung dengan yang bersangkutan, kurasa hanya kau yang tidak tau." Setelah mengatakan itu, ia kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Jaemin di atas rooftop gedung tersebut.
Jaemin mengusap tengkuknya dan membuang pandangan ke arah jalan dan gedung-gedung dari atas atap itu. Jauh-jauh dia membawa gadis aneh itu sampai kesini, dan yang didapatkannya hanyalah kalimat-kalimat tidak masuk akal yang Jaemin bahkan tidak percaya, tapi terus membuatnya memikirikan hal tersebut. Lagipula, kenapa ibunya Mirae bisa sampai kesini?
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepala Jaemin tentang Mirae sekarang malah bertambah kapasitasnya. Sebenarnya, jika Mirae adalah orang lain dia tidak akan memusingkan hal ini. Tapi bagaimana, ya. Akhirnya lelaki itu memilih meninggalkan atap gedung tersebut dan kembali ke ruang latihan. Ah, iya, dia sudah bilang akan kembali dengan beberapa minuman untuk teman-temannya.
.
.
.
Dengan otak yang tiada hentinya mengulang pikiran yang sama sedari tadi, lelaki itu kembali ke ruang latihan dengan satu kantung plastik putih di tangannya yang berisikan beberapa botol air. Begitu membuka pintu ruang latihan secara perlahan, ia bisa melihat teman-temannya yang sudah terbaring di sana kelelahan. Sepertinya Jaemin memang pergi terlalu lama. Ketika ia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan sembari menutup kembali pintunya, ia juga tidak melihat koreografernya. Berarti orang itu sudah pergi dan Jaemin selamat dari omelan, pikirnya.
Begitu melihat kehadiran Jaemin, Renjun merubah posisinya menjadi duduk dan menatap Jaemin yang sekarang meletakkan kantung plastik itu di lantai, "Kau darimana saja?"
Jeno, Chenle, dan Jisung langsung bangun menyerbu kantung plastik putih yang di bawa Jaemin dan mengambil air mineral dari sana. Hanya Renjun yang tidak haus setelah latihan sepertinya.
Tidak menghiraukan pertanyaan Renjun, Jaemin malah mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang latihan, "Apa Mirae tidak disini?"
"Mirae noona 'kan ada rapat hari ini dengan manager lain juga," jawab Chenle lalu kemudian meneguk minumannya.
Merasa diabaikan, Renjun berdecak menatap Jaemin kesal dengan wajah merajuk yang dibuat-buat, "Lihatlah, aku hanya angin disini."
"Angin tidak bisa dilihat, hyung." Jisung menyahut dengan tatapan herannya yang menuju ke arah Renjun, cukup membuat Renjun menghela napas. Dia terlalu lelah sekarang untuk mendebatkan hal tidak penting dengan bocah satu itu.
Jaemin menghela kemudian mendekat ke arah Renjun sembari melemparkan sebotol air mineral kepada lelaki itu dan duduk di dekatnya, "Ada sedikit urusan."
Renjun membuka tutup botol itu dan langsung meneguknya. Ah, salah menganggap dia tidak butuh air setelah latihan. Baginya, untuk sekedar mengambil air hanyalah buang-buang waktu. Setelah menutup kembali botol air yang ada di tangannya, Renjun kembali merebahkan dirinya dengan kepala yang menoleh ke arah Jaemin di sampingnya, "Jangan bilang dari tadi kau mencari Mirae noona?"
"Aku baru mencarinya pas masuk ruangan tadi kok."
Seketika mata mereka semua teralihkan ke arah suara pintu yang terbuka. Mirae muncul dari sana dan menutup kembali pintu itu perlahan dan menatap semua orang yang ada di sana secara bergantian seakan ini adalah kali pertamanya melihat mereka semua.
Mirae membenarkan letak kacamatanya sebelum berbicara, "Untuk sekarang, kalian bisa fokus dengan comeback. Project kemarin ditangguhkan sampai tahun depan."
Mata mereka semua membulat mendengar apa yang dikatakan Mirae barusan sampai Renjun mengembalikan dirinya ke posisi duduk dan menyeletuk, "Kok tahun depan?"
Sambil menghela Mirae menatap ke arah Renjun, "Akan ada perubahan konsep dulu," ucapnya sebelum sesaat kemudian melirik jam yang melingkar pada pergelangan tangannya lalu membenarkan letak kacamatanya menatap mereka semua lagi secara bergantian, "Satu jam lagi ada pertemuan dengan pelatih vokal."
Melihat semua member mengangguk seadanya, Mirae kembali membenarkan letak kacamatanya dan kemudian berbalik untuk keluar dari ruangan. Mereka kembali melanjutkan aktivitasnya masing-masing tatkala Mirae menghilag dari balik pintu ruang latihan itu.
Jaemin langsung berdiri dari duduknya dan ikut berlari ke luar dari ruangan itu. "Choi Mirae," panggilnya setelah menutup kembali ruang latihan.
Mirae menghentikan langkahnya dan berbalik, sembari membenarkan letak kacamatanya ia menatap Jaemin dengan alis yang terangkat.
Jaemin mengatur napas dan pikirannya terlebih dahulu, menatap Mirae cukup lama sebelum akhirnya dengan ragu ia mulai bersuara, "Kau kenal ...Min Eli?"
***
"Choi Ellen," Yuta meraih pergelangan tangan gadis berambut pendek itu yang hendak meninggalkannya di studio rekaman.
Ellen melepaskan tangan Yuta secara paksa dan menatap wajah Yuta yang agak tinggi darinya dengan tatapan kesal, "Kau tau dia itu Rachel, tapi kau malah menyembunyikannya dariku 'kan?"
"Ellen, dengar." Yuta menarik napas berusaha menarik bibir menatap gadis yang merupakan kekasihnya itu sembari kedua tangannya berada pada bahu Ellen, "Aku tidak tau apa masalah kalian, tapi kenapa kau marah denganku?"
Mendengar perkataan Yuta barusan membuat Ellen merotasikan bola matanya malas, "Karena kau menyembunyikan itu dariku, dan itu membuatku merasa kau membohongiku, bodoh."
"Tapi 'kan kau sudah tau kalau itu Rachel, jadi tidak ada yang bohong disini."
Ellen menatap Yuta dengan tatapan yang tak dapat diartikan, gadis itu kemudian menyingkirkan kedua tangan Yuta dari bahunya dan langsung berbalik pergi begitu saja meninggalkan Yuta di ruang rekaman tanpa menghiraukan kembali panggilan lelaki itu.
Yuta mengacak rambutnya frustasi melihat Ellen yang pergi begitu saja. Ellen tidak pernah marah, jadi dia tidak tahu harus seperti apa disaat berhadapan dengan situasi seperti ini. Ia meletakkan kedua tangannya di pinggang sembari mengedarkan pandangan, "Sebenarnya siapa yang bodoh disini sih?"
.
.
.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Manager || NCT Dream ✔✔
FanfictionMenjadi manager? Choi Mirae bahkan masih berfikir, apa itu sebuah berkah atau cobaan. Completed✔