Kupandangi kacamata yang ada di atas meja rias, bergantian memandang pantulan wajahku dari cermin. Mengangkat tangan untuk meraba beberapa bagian, lingkar mata, hidung, bibir. Aku juga tidak menyangka akan melakukan hal lain pada wajahku waktu datang kesini. Hanya untuk menghindar.
Setelah melepaskan ikat rambut sedikit kurapikan rambutku yang sekarang sudah tergerai. Sedikit menghela, mungkin memang sudah tidak bisa menjadi Choi Rachel yang dulu. Kupikir hanya akan sedikit perubahan yang mengalihkan, tapi rupanya tidak sekecil itu dan tentu saja sia-sia. Jika tidak, tiket pesawat menuju Amsterdam itu tidak akan ada di atas nakas samping tempat tidurku. Alih-alih kembali kesana, aku akan menghabiskan hidup sebagai Choi Mirae di Seoul atau tetap Rachel di tempat lain.
Aku kemudian bangkit dari dudukku, melangkahkan kaki mendekat ke arah ranjang dan meraih ponsel yang tergeletak di atas sana. Membuka layarnya sekaligus membuka aplikasi chat setelah melihat ada beberapa notifikasi disana. Dari grup chat ku bersama Dreamies dan manager lain berada di paling atas, aku tidak akan membukanya. Mungkin aku harus segera out dari ruang obrolan itu karena sudah tidak berkepentingan lagi semenjak hari ini.
Mereka harus berterima kasih padaku, 'kan? Aku lah yang mengatur semua jadwal promosi mereka dan juga jadwal lain bahkan disaat aku hendak mengundurkan diri. Wah, aku bangga.
Oke, beralih ke chat yang lain. Sedikit mengulas senyum kecil melihat para member masing-masing mengirimkan chat mereka padaku.
Jisung
Noona, siapa yang menjemput kami?Renjun
Kau terlambat sekaliJeno
Mirae, kau niat kerja atau tidak?Chenle
Noona kemana?Jaemin
Mirae, kau sakit?Haechan
Jangan mencariku hari iniMaaf, sepertinya aku tidak akan membalas chat dari kalian. Harusnya pamanku yang menemani mereka, tapi lelaki tua itu kenapa membuat mereka menunggu? Yang benar saja, sepertinya aku lebih baik dari pamanku. Aku bahkan membantu para member membersihkan dorm dan mencuci piring. Dengan berat hati sih. Tapi tetap saja.
Tapi aku ingin membalas satu deh. Lantas membuka chat dari Jaemin dan mengirimkan balasan singkat kepada lelaki itu. Jaemin memang yang sangat peduli padaku. Apa aku harus memberi penghargaan?
Sebentar, aku mendengar sesuatu. Sepertinya suara bel. Langsung kulemparkan ponselku ke atas kasur dan melangkahkan kaki keluar kamar. Menuju ke arah pintu apartment untuk mengecek siapa pelaku yang menekan bel.
Kubuka pintu apartmentku perlahan, sontak mengerjap tatkala melihat Kim Ah Reum di depan bersama dengan enam orang —ah, aku tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari mereka adalah para member. Pandanganku kembali kepada Kim Ah Reum, "Kalian ngapain?"
"Salam perpisahan." Ah Reum menyawab dengan seulas senyum andalannya.
Aku tidak butuh —dari pada protes, aku membuka lebar pintu dan membiarkan mereka semua masuk. Tidak benar membiarkan sekumpulan artis berdiri di depan pintu apartmentku. Mereka kemudian mengikutiku hingga ke ruang tamu, lantas langsung mendudukkan diri di atas sofa dan melepaskan topi serta masker yang mereka kenakan. Pasti tidak nyaman selalu tertutup seperti itu saat sedang kemana-mana.
"Kenapa tidak bilang apapun?" Renjun langsung menghujaniku dengan suara dan tatapan penuh tekanannya.
Aku menatap mereka satu persatu sebelum menghela dan akhirnya menjawab, "Bukannya aku sudah bilang, pamanku sudah ada, jadi aku harus mengakhiri tugasku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Manager || NCT Dream ✔✔
Fiksi PenggemarMenjadi manager? Choi Mirae bahkan masih berfikir, apa itu sebuah berkah atau cobaan. Completed✔