27-Incheon

9.3K 1.1K 22
                                    

Setelah meminta tolong pada petugas keamanan bandara Incheon, Mirae akhirnya dapat kembali ke dalam taksi yang tadi ditumpanginya dengan Ah Reum bersama dengan Jeno yang sekarang sudah bernapas lega.

Mirae melepas topi dan maskernya kemudian menghela napas, "Kenapa juga bisa ketinggalan sih?"

"Lho?" Jeno menautkan alis menatap ke arah kursi penumpang yang ada di samping supir taksi tersebut, mengabaikan gerutuan Mirae barusan. "Kim Ah Reum?"

Sontak Ah Reum langsung membulatkan matanya ketika sadar kalau Jeno barusan menyebut namanya, "Iya?"

"Ada di sini?"

"Iya," jawab Ah Reum pelan dengan pandangan mata yang tidak lepas dari jalan di depan yang di lewati mereka.

"Aku membawanya, kebetulan ada di sini," sahut Mirae sembari membenarkan letak lacamatanya dan menyenderkan tubuhnya.

"Kita langsung ke Seoul, ya?" Supir taksi di hadapan mereka kemudian bersuara namun masih dengan fokus pada kemudinya.

"Iya," jawab Mirae singkat.

"Pak, saya turun di depan saja," Ah Reum kemudian menyahut ke arah supir taksi tersebut. Membuat Mirae langsung duduk tegak.

"Lho?" Ia menautkan kedua alisnya, "Nggak ikut ke Seoul?"

Ah Reum menggeleng sementara supir taksi itu menepikan taksinya, "Aku ada urusan," jawab Ah Reum sembari membuka seatbelt yang dikenakannya kemudian menoleh ke belakang tepatnya ke arah Mirae, "Telfon saja aku kalau butuh."

Mirae mengangguk paham dengan perkataan Ah Reum, "Sampai jumpa."

"Hati-hati."

Ah Reum menoleh ke arah Jeno yang barusan mengeluarkan suara. Ah Reum tersenyum tipis ke arah lelaki itu sebelum akhirnya turun keluar dari taksi.

Taksi itu kembali berjalan setelah Ah Reum keluar.

"Manisnya,"

Mirae sontak menoleh ke arah Jeno yang baru saja bergumam. Ia menautkan kedua alisnya, "Apa yang manis?"

"Ha? Aku." Jeno tersontak gelagapan menoleh ke arah Mirae, "Aku yang manis."

Mirae menatap Jeno dengan tatapan aneh. Tatapan aneh yang menatap Jeno yang sedang aneh.

Jeno balik menatap Mirae, "Apa liat-liat? Nanti kau bisa overdosis karena ketampananku."

Mendengar perkataan Jeno barusan sontak membuat Mirae auto menepuk dahinya. Sejauh ini, dia pikir cuman Jeno yang kalem walaupun kadang kata-katanya menyebalkan.

Ternyata mereka semua sama.

Mirae menghela napas, balik menatap ke arah luar kaca mobil. Lebih baik dia mengabaikan Jeno yang aneh.

Suasana menjadi hening. Hanya ada suara deru mesin kendaraan dan klakson di jalan yang terdengar.

Suasana sepi seperti ini justru membuat Mirae kembali memikirkan hal yang dipikirkannya semenjak bertemu Kim Ah Reum lagi. Berharap saja orang tuanya tidak lama-lama di sini dan bahkan berharap kalau orang tuanya itu tidak lagi mengenalinya.

"Nak, kamu Lee Jeno, ya?" supir taksi itu melirik sekilas ke kaca mobil melihat wajah Jeno yang tenang dengam earphone di telinganya.

Jeno melepaskan salah satu earphone nya, "Iya, Lee Jeno. Ahjussi kenal saya?"

Mirae juga ikut menoleh menatap mereka berdua bergantian.

Supir taksi tersebut tersenyum kecil, "Gambar dan namamu terpajang lebar di kamar anakku. Dia penggemar beratmu."

"Wah? Benarkah?" Wajah Jeno langsung berubah jadi semangat, "Titip salam untuk anaknya ahjussi. Siapa namanya?"

Mirae menatap Jeno datar. Sebenarnya, dia agak heran dengan Jeno yang tiba-tiba bersemangat. Maksudnya, Jeno kan biasa punya banyak penggemar.

Supir taksi tersebut terkekeh dengan fokus mengemudi yang tidak lepas kemudian membalas kembali perkataan Jeno, "Ah, dia tidak di sini. Dia pindah bersama ibunya setelah bisnisku bangkrut. Namanya, Min Eli," kata supir taksi itu kemudian si supir taksi tersebut menghela napasnya, "Ternyata aku bisa bertemu dengan yang namanya Lee Jeno. Awalnya, waktu perusahaanku masih jaya-jayanya, aku sering mengomeli dia karena tidak habisnya menggunakan uangku untuk kalian. Sekarang aku tau, kau sangat tampan, baik dan ramah juga, pantas saja anakku dulu tergila-gila."

Mendengar penjelasan panjang lebar dari supir taksi tersebut membuat air wajah Jeno langsung berubah begitu saja, "Bisnis paman bukan bangkrut karena anak paman yang menghabiskan uang untukku kan? Siapa tadi? Min Eli?"

Supir taksi tersebut malah tertawa, "Haha. Bukan, kok. Karena faktor lain."

Jeno langsung bernapas lega setelah mendengar jawaban dari ahjussi supir taksi tersebut. Khawatir saja kalau yang membuat paman itu turun total karena anaknya yang menghabiskan uang hanya untuk seorang Lee Jeno. Syukurlah. Jeno pasti akan merasa bersalah.

"Hidup tidak bisa di tebak, ya, paman." Mirae tiba-tiba bersuara membuat Jeno menoleh ke arahnya dan supir taksi yang tengah menyetir itu menunggu Mirae melanjutkan kata-katanya. "Ada masa kita punya segalanya, tiba-tiba hilang begitu saja seperti mimpi belaka."

Supir taksi itu tertawa kemudian tersenyum mengangguk. Membenarkan sepenuhnya apa yang dikatakan Mirae. Memang sepenuhnya benar.

"Iya, bahkan anakku juga seperti mimpi. Dulu, aku terkadang mengabaikannya, dan sekarang, aku benar-benar tidak bisa melihatnya karena dia jauh sekali," kata supir taksi tersebut, "Ya begitu, kalau rindu hanya bisa ditahan. Aku sebenarnya tidak masalah kehilangan status atau jabatan. Tapi, dia jauh, itu masalah batin untukku."

"Apa semua orang tua merasa begitu kalau jauh dari anaknya?" sahut Jeno kembali bergabung dengan pembicaraan, "Aku dan orang tuaku jarang sekali ketemu soalnya."

"Namanya orang tua, nak." Supir taksi tersebut melirik Jeno melalui kaca, "Mereka pasti resah tentang bagaimana kamu kalau jauh. Khawatir. Makanya, kamu harus sering-sering kasih kabar atau mengunjungi sekali-kali. Selama masih bisa lihat mereka."

Jeno mengangguk paham. Untung dia kadang menelfon orang tuanya. Kalau punya waktu libur juga pulang ke rumah.

"Walaupun anaknya jauh, lalu mereka sibuk dengan pekerjaan, apa mereka juga begitu?" Mirae menaikkan kedua alisnya menatap paman supir taksi yang tengah fokus menyetir itu.

"Tidak ada yang tau," jawab supir taksi itu lagi, "Tapi, selama kamu masih sering dia perhatikaan disela-sela pekerjaan, dia pasti merasa khawatir kalau kamu tidak ada di depan matanya. Jangan membuat orang tuamu khawatir, nak."

Mirae terdiam. Menatap paman supir taksi itu dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Kenapa paman ini hebat sekali? Paman supir taksi itu seakan menjawab pertanyaan tidak langsung dari otak seorang Choi Mirae.

.
.
.
tbc

Manager || NCT Dream ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang