"Sebaiknya jangan keluar dorm. Selagi masih bisa tidur jam sebelas malam, jangan disia-siakan. Ada masanya nanti kalian baru bisa tidur pukul tiga pagi lagi." Para member yang hendak turun dari mobil seketika mengurungkan niatnya tatkala Mirae menolehkan kepala ke belakang, membenarkan letak kacamata sebelum akhirnya kembali berucap, "Kalian dengar aku kan?"
"Noona, kami lelah. Memang apalagi yang bisa kami lakukan?" Chenle yang duduk di samping Mirae menyahut dengan helaan napasnya.
Sementara yang lain langsung turun dari mobil, mata Mirae mengarah kepada Jeno dan Renjun yang duduk pada jok paling belakang, membenarkan letak kacamata –menatap keduanya hingga mereka tidak jadi beranjak turun sebelum akhirnya kembali bersuara, "Kalian jadi pergi?"
Renjun diam sejenak dan menggeleng pelan dengan hembusan napas pasrah. Dia baru saja dapat pesan kalau malam ini tidak jadi bertemu dan sama sekali tidak ada waktu untuk bertemu. Renjun juga tidak dapat memaksa.
Mirae tersenyum kecil, baguslah Min Eli menurutinya untuk sekarang ini jika tidak mau namanya berada di berita besok pagi. Gadis itu kemudian beralih menatap ke arah Jeno yang sudah duluan menatapnya kesal, "Kau menelfon Ah Reum 'kan?"
"Darimana kau tau?" Mirae menautkan kedua alisnya.
Jeno mendengus kesal, sepertinya pertanyaan itu tidak perlu dijawab sama sekali lantas ia langsung beranjak dari duduknya dan turun dari mobil itu. Menyisakan Mirae dan Renjun disana.
"Kau mau mengatakan sesuatu?" Mirae membenarkan letak kacamata beralih menatap ke arah Renjun, "Iya?"
Renjun buru-buru menggeleng dan ikut beranjak keluar menyusul Jeno dengan langkah lebarnya, menyisakan Mirae yang hanya menatap heran. Gadis itu membenarkan posisi duduknya, memegang setir dan menolehkan kepalanya kembali ke arah anak-anak itu yang bahkan sudah menghilang dari pandangannya lantas menghela pelan. Tumben mereka langsung pergi.
Biasanya, kalau Mirae mengantar pulang malam seperti ini, setidaknya mereka semua ada saja yang sekedar mengucapkan selamat malam, atau hati-hati di jalan. Menyalakan kembali mesin mobil, dan menginjak pedal gas, Mirae langsung membawa mobilnya keluar dari areal dorm mereka. Mungkin mereka semua sedang lelah, pikirnya.
Membenarkan letak kacamata, fokusnya kembali ke arah jalan Kota Seoul yang masih terlihat ramai walaupun sudah hampir tengah malam. Ah, aneh rasanya menyetir dengan kecepatan normal seperti ini. Biasanya dia menyetir seperti hendak memenangkan pertandingan.
Setelah memakan waktu beberapa menit di jalanan, Mirae memutar setirnya, masuk ke areal perumahan. Memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah tingkat dua yang halamannya dipenuhi oleh bunga-bunga. Mematikan mesin mobil, membuka seatbelt, lantas ia langsung turun dari mobilnya dan menutup kembali pintu mobil tersebut sebelum akhirnya melangkahkan kaki masuk ke halaman rumah itu.
Matanya memandang ke sekeliling halaman, menghela dan bergumam, "Apa yang Ellen sukai dari bunga-bunga ini?" Ia menggeleng pelan. Kakaknya itu memang suka sekali dengan bunga sejak dulu. Bahkan ingin membuka toko bunganya sendiri kendati ia tidak pandai berbisnis.
Mirae melanjutkan langkahnya, menaiki beberapa tangga sebelum akhirnya menginjakkan kaki di teras, tepat di depan sebuah pintu kayu berwarna coklat polos di hadapannya. Membenarkan letak kacamata, melirik ke arah bel yang terletak di sebelah kanan pintu tersebut lantas langsung menekannya.
Butuh beberapa detik setelah menekan bel tersebut sebelum mendengar suara kunci yang diputar dan pintu di hadapannya yang terbuka, mendapati sosok Choi Ellen yang berambut pirang dengan mata tajamnya berdiri di hadapan Mirae, menatap keheranan, mungkin tidak menyangka juga kenapa adiknya bisa tiba-tiba muncul di depan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manager || NCT Dream ✔✔
FanficMenjadi manager? Choi Mirae bahkan masih berfikir, apa itu sebuah berkah atau cobaan. Completed✔