"Oh? Hai, Rachel." Di dalam ruang rawat Kim Ah Reum ternyata sudah ada ibunya yang tengah mengupas buah dan langsung menyapa Mirae begitu melihatnya masuk ke dalam. Wanita paruh baya itu kemudian melirik ke arah Jeno, "Lho? Jeno? Kau datang juga? Hai, sayang."
Jeno dan Mirae tersenyum kecil mengangguk membalas sapaan ibunya Kim Ah Reum. Ah Reum menyenggol lengan ibunya, "Kenapa begitu sih nyapanya??"
"Kenapa?" Wanita paruh baya itu menaikkan alis menatap balik putrinya, "Cemburu ya?"
Ah Reum berdecak dan menghela napas, meladeni hanya kan membuat ibunya terus-terusan menggoda, Ah Reum balik menatap Mirae dan Jeno secara bergantian. "Hai, nggak sama Mark?"
Mendengar pertanyaan Ah Reum membuat Mirae menghela napas menatap gadis di hadapannya itu, "Kau lihat sendiri kan kami cuman berdua?"
"Aish, kepalanya itu kan habis terbentur." Ibunya Ah Reum menyela dengan nada khas wanita paruh baya yang mengelakkan anaknya. Ah Reum cukup menghela napas menanggapi ibunya itu.
Wanita paruh baya tersebut kemudian membersihkan tangannya yang habis digunakan mengupas buah dan melangkahkan kakinya menuju sofa. Mengambil cardigan dan tas miliknya lalu menatap Mirae, Ah Reum, dan Jeno secara bergantian, "Aku ada urusan. Tolong jaga Ah Reum sebentar, ya."
"Aman." Mirae tersenyum menjawab wanita itu.
Ibunya Ah Reum tersenyum ke arah Mirae, "Terima kasih," ucapnya singkat dan langsung pergi meninggalkan ruangan tersebut, mereka memperhatikan sampai ibu Ah Reum menghilang dari balik pintu.
"Ibumu masih cantik, ya," kata Mirae mengembalikan pandangannya kepada Ah Reum. Gadis itu hanya mengidikkan bahunya sebagai respon sebelum akhirnya Mirae melanjutkan perkataannya, "Tapi sepertinya, kecantikannya tidak menurun padamu." Mirae menyipitkan matanya berucap dengan nada bercanda membuat Ah Reum mendengus dan memalingkan matanya.
"Sepertinya kaca matamu perlu dibersihkan." Jeno yang sedari tadi diam kini bersuara sembari melangkahkan kakinya menjauh dan menjatuhkan dirinya di sofa. Langsung berhadapan dengan ponselnya.
Mirae menatap heran anak itu, "Kau mengajakku kesini cuman untuk malas-malasan?"
"Lalu aku harus ngapain?" Jeno membalas tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. Membuat Mirae terdiam. Benar juga. Tapi tunggu, kalau begitu untuk apa dia mau ikut kesini? Ah sudahlah, Mirae akan berusaha menghindari perdebatan dengan mulut tajam seorang Lee Jeno.
Kim Ah Reum melirik ke arah kantung plastik putih yang ada di tangan Mirae, "Apa yang kau bawa? Tumben sekali kesini bawa sesuatu."
"Ah ini." Mirae tersadar dan meletakkan kantung plastik itu di atas nakas, "Jeno yang beli. Tapi dia malah menyuruhku membawanya. Seakan dia itu tidak punya tangan." Mirae mengomel sembari melirik ke arah Jeno.
Mereka tadi sempat singgah ke sebuah minimarket di pinggir jalan. Jeno memaksa singgah untuk membelikan Ah Reum beberapa cemilan dan yogurt. Seingat Jeno, Ah Reum suka yogurt dan tidak bisa hidup tanpa cemilan. Mirae sempat protes. Mana ada pasien rumah sakit makan makanan ringan? Tapi Jeno memaksa, dia bilang Ah Reum itu beda.
Jeno balik melirik Mirae dengan tatapan intimidasinya tanpa berniat memulai perdebatan dengan managernya itu kemudian kembali fokus kepada ponselnya.
Ah Reum tertawa kecil mendengar itu, diraihnya kantung plastik di atas nakas tersebut. Benar, isinya beberapa makanan ringan dan, yah, Ah Reum mengambil yogurt dari dalam plastik tersebut. Menancapkan sedotan di sana dan menyeruputnya.
Mirae membenarkan letak kacamatanya dan menarik kursi yang ada di samping ranjang Ah Reum. "Tadi ada yang mendatangiku."
Ah Reum menautkan kedua alisnya menunggu Mirae melanjutkan.
"Wajahnya tidak asing, tapi aku seperti pernah lihat. Mungkin karena dilapisi riasan." Mirae kembali membenarkan letak kacamatanya, "Dia kenal aku dengan Rachel Choi, dia juga mengenalimu katanya, dan dia kenal dengan -" Ia menghentikan kalimatnya.
"Dengan?" Ah Reum menaikkan kedua alisnya menatap Mirae penasaran.
"Charlotte," kata Mirae pelan kemudian menghela dalam dan mengulang kalimatnya, "Charlotte Aloin."
Sontak Ah Reum mengerjap beberapa kali dengan apa yang dikatakan Mirae, ia menghentikan aktivitas meminum yogurtnya dan menatap serius, "Siapa dia?"
"Aku tidak ingat." Mirae menggeleng pelan, "Wajahnya orang Korea, bagaimana mungkin dia kenal Charlotte."
Ah Reum memalingkan pandangannya sekilas kemudian kembali menatap Mirae, "Kau baik-baik saja?"
"Tidak tau." Mirae menghela napas pasrah. Bagaimana bisa baik, kalau bayang-bayangan itu mengikutinya kembali cuman karena gadis aneh di gedung agensi tadi. "Lupakan itu dulu," Mirae kembali menatap Ah Reum, "Kau kenal Elisa?"
Ah Reum menautkan alisnya kemudian menggeleng pelan.
"Min Eli?"
Mendengar nama itu membuat Ah Reum kembali mengerjapkan matanya, "Kau kenal?" katanya pada Mirae. Namun Mirae hanya diam. Ah Reum menghela napasnya kemudian melirik sekilas ke arah Jeno yang sekarang posisinya berubah menjadi berbaring di atas sofa. Serasa rumah sendiri memang. "Dia juga kenal."
"Kau tidak merasa kalau dia melakukan hal yang dulu dia lakukan sekarang?"
Ah Reum diam sejenak menatap Mirae tidak paham, "Kau tau darimana, Mirae?" Ia menaikkan kedua alisnya heran. Namun lagi-lagi Mirae hanya diam. Ah Reum menghela napas, ia paham Mirae memintanya bercerita. "Aku tidak kepikiran begitu. Soalnya dia sudah lama menghilang, tidak pernah muncul lagi semenjak kejadian itu, semenjak dia lolos dari tuntutan karena uang jaminan."
"Kau sering lihat dia?"
Lagi-lagi Ah Reum menghela napasnya, "Dia sassaeng Jeno tapi juga mengikutiku kalau aku habis jalan atau berdua dengan Jeo, kadang dia meneror juga."
Mirae membenarkan letak kacamata dan menautkan kedua alisnya, "Kau tidak melapor?"
"Itu sudah biasa untukku. Dari semenjak para fans fanatik mantan pacarku dulu, lalu saat aku baru-baru saja berteman dekat dengan Mark, dan yang ketiga saat Jeno sering mengajakku bertemu dulu."
Mirae menghela napasnya menatap Ah Reum, "Begitu ya kalau dikelilingi artis."
.
.
.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Manager || NCT Dream ✔✔
FanfictionMenjadi manager? Choi Mirae bahkan masih berfikir, apa itu sebuah berkah atau cobaan. Completed✔