Mirae kembali ke rumah sakit untuk menjenguk Kim Ah Reum malamnya. Ia menyusuri koridor rumah sakit hingga sampai ke ruang rawat Ah Reum. Sambil kepalanya yang masih memutar-mutar apa yang dikatakan Renjun siang tadi. Sedikit tidak bisa diterima pikiran Mirae, tapi Renjun membuat semuanya masuk akal. Apa Jeno tahu?
Begitu masuk, matanya langsung menemukan Kim Ah Reum yang duduk di atas ranjang pasien dan seorang lelaki yang duduk di sampingnya. Seperti bukan kakaknya, dari belakang lelaki itu tampak lebih kurus.
"Hey, Mirae?" ucap Ah Reum begitu menyadari kehadiran Mirae di sana. Mirae menyunggingkan senyum tipisnya sedikit heran. Ah Reum itu baru ditangani di ruang operasi tadi siang, kenapa jadi kelihatan sangat baik-baik saja saat sadar.
Mirae berjalan mendekat sembari memperhatikan lelaki yang duduk di kursi samping ranjang pasien itu. Lelaki itu juga balik menatap Mirae.
Mirae menautkan kedua alisnya. Wajah yang sangat familiar dan dia sepertinya memang pernah ketemu orang ini. Temannya Jaemin, Jeno, dan yang lain juga kan?
Lelaki itu menghela napas menatap pasrah, "Pasti dia lupa namaku lagi."
Ah Reum terkekeh melihat ekspresinya dan kemudian balik menatap Mirae, "Dia Mark Lee, kau pasti sering melihatnya di kantor agensi itu. Kemarin kalian juga ketemu waktu dia sama aku kok."
"Ah iya, Mark Lee!" seru Mirae terlalu bersemangat sampai-sampai Mark menatap ngeri. Parahsi.
Mark mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya menghela napas dan beralih menatap Ah Reum, "Kamu yang kecelakaan, dia yang hilang ingatan."
"Namanya juga lupa," kata Mirae sembari membenarkan letak kacamatanya dan meraih sebuah apel merah yang berada di atas nakas, langsung menggigitnya begitu saja.
"Hey, aku membawakannya untuk Kim Ah Reum." Mark menatap Mirae tidak terima, "Ah Reum yang sakit, kau yang makan."
Mirae mengidikkan bahunya tidak peduli dengan perkataan Mark, "Aku lapar."
"Mana bisa gitu," gerutu Mark yang masih tidak terima, "Kan untuk Ah Reum."
Mendengar Mark yang terus menggerutu membuat Mirae berhenti mengunyah dan merotasikan matanya lalu menatap Kim Ah Reum, "Kenapa cowok yang suka denganmu mengesalkan semua sih?"
"Siapa?" Kini Mark mengangkat kedua alisnya kepada Mirae, merasa dirinya yang dibicarakan gadis itu, "Siapa yang suka Kim Ah Reum?"
Mirae membuang muka dan kembali menggigit apel di tangannya tersebut. Di sisi lain, Mirae mengejek Mark dalam hatinya. Haha, Mark pikir Mirae tidak tahu?
Dia sedang malas berdebat dengan manusia untuk saat ini.Tak lama suara pintu ruangan yang terbuka mengalihkan mereka. Seseorang memunculkan kepalanya dari balik pintu itu. "Mark,"
"Sebentar, hyung." balas Mark seusai lelaki di pintu itu memanggilnya. Mendengar balasan Mark, lelaki tersebut kembali menutup pintu itu dan menghilang dari baliknya.
Mark mengeluarkan maskernya yang ia simpan di saku jaket dan meraih topinya di atas nakas lalu tersenyum menatap Kim Ah Reum, "Kalau pulang kabarin aku."
"Memang Ah Reum siapamu? Kau siapa Ah Reum? Mau banget dikabari." Mirae menatap tak suka. Kadang Mirae memang menjengkelkan lebih dari Huang Renjun dan Na Jaemin.
Mark berdecak, "Urus Taeyong hyung saja sana," katanya sembari berdiri dari duduknya dan menatap Ah Reum, "Sampai jumpa," ucapnya sekilas dan langsung berbalik melangkahkan kakinya pergi.
"Ya! Mark Lee! Apa maksudmu dengan Lee Taeyong ha!??" Mirae meneriaki Mark yang sudah menghilang dari balik pintu. Percuma, Mark mungkin tidak mendengar. Walaupun mendengar dia tidak akan peduli dengan itu.
Kim Ah Reum yang sedari tadi menyaksikan perdebatan Mirae dan Mark hanya menggeleng heran sambil tersenyum tipis. Senyum tipis Ah Reum itu memang tidak pernah hilang sih. Ia menatap Mirae, "Langsung jadi macan kalau sama Mark, dan kawan-kawannya."
"Mengesalkan semua." Mirae melemparkan sisa apelnya ke dalam tempat sampah di sudut ruangan
—Tepat sasaran. Ia kemudian menatap Ah Reum sembari membenarkan letak kacamatanya, "Ibumu sudah datang? Kakakmu kemana?""Aku memaksa mereka berdua makan malam di luar karena Mark bilang dia mau kesini, Jeno juga barusan bilang mau kesini." jawab Ah Reum.
"Memang kenapa sampai disuruh keluar segala?" Mirae menautkan alisnya tidak paham.
Mendengar pertanyaan Mirae membuat Ah Reum menghela pelan, "Ibu selalu mengatai Mark pacarku, aku bosan. Dan kemudian dia bilang Jeno selingkuhanku. Bagaimana coba?"
Setelah mendapat jawaban dari Ah Reum, Mirae malah menertawakannya, "Cuman karena itu kau tidak mau mereka ketemu?"
Ah Reum mengangguk pelan, "Apalagi kakakku itu terlalu sarkastik kalau sama Jeno."
"Sebentar," Mirae menyela. Namun pandangan mereka berdua lagi-lagi teralihkan kepada pintu ruangan yang terbuka membuat Mirae tidak melanjutkan kalimatnya.
Mereka menatap lelaki yang baru masuk itu melangkah mendekat sembari menurunkan masker miliknya.
Mirae membenarkan letak kacamatanya kemudian menatap serius lelaki itu —Lee Jeno. "Siapa yang menyuruhmu keluar sendirian?"
"Berisik." Jeno berdecak dan tidak memperdulikan Mirae yang masih menatapnya.
"Lee Jeno,"
Jeno menghela napasnya lalu kemudian menatap Mirae dan menaikkan kedua alisnya, "Apa?"
"Kenapa kau keluar sendirian?" Mirae mengulangi pertanyaannya.
"Tanya dulu kakakmu kenapa dia membuat Ah Reum masuk rumah sakit."
Mirae terdiam seketika menatap tak percaya. Ah Reum pun ikut menatap Jeno dengan tatapan tak yakin.
Mirae bahkan tidak pernah terfikir Jeno akan mengeluarkan kalimat seperti itu padanya.
"Memang apa yang kau tau?"
Mendengar pertanyaan Mirae lagi membuat Jeno malah menatap dengan tatapan menantangnya, "Choi Ellen kakakmu, dan dia yang membuat Ah Reum masuk rumah sakit kan?"
Mirae menarik napasnya sebelum akhirnya menjawab, "Kau tau sendiri itu kecelakaan."
"Kecelakaan." Jeno menyunggingkan senyum miringnya seolah mengatai kebodohan Mirae. Pura-pura bodoh? Ntahlah, kecelakaan apa yang terjadi berulang di tempat yang sama dengan korban yang sama.
.
.
.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Manager || NCT Dream ✔✔
FanfictionMenjadi manager? Choi Mirae bahkan masih berfikir, apa itu sebuah berkah atau cobaan. Completed✔