"Lho? Yuta hyung?"
Yuta membuka lebar pintu apartmen Mirae, membiarkan lelaki itu, Na Jaemin, masuk ke dalam sebelum menutup rapat kembali pintunya.
Ia menatap Na Jaemin dari atas ke bawah, kaos hitam dengan jeans dan sepatu serta rambutnya yang sudah menjadi blonde, kemudian menggeleng kecil sembari berdecak, "Kau ini pergi tanpa manager seperti ini. Mau bikin masalah apa?"
"Choi Mirae mana?" Mengabaikan apa yang dikatakan Yuta barusan, lelaki itu malah mengedarkan pandangannya ke dalam tempat tinggal Mirae, tidak menemukan apapun disana lantas kembali menatap Yuta, "Hyung ngapain disini?"
"Tapi untung kau datang." Yuta menghela lega, "Aku ada jadwal rekaman sekarang, kau tidak masalah temani anak itu 'kan? Aku tidak bisa meninggalkan dia sendiri sekarang."
Jaemin menaikkan sebelah alis dengan maksud bertanya, Namun Yuta hanya sekedar menepuk bahu kanannya dan berucap, "Temani saja, jangan tanya apapun padanya." dan langsung pergi meninggalkannya menghilang dari balik pintu apartmen Mirae.
Jaemin menatap pintu yang baru saja tertutup itu sembari mengusap tengkuknya. Yuta hyung aneh sekali, pikirnya. Ia kemudian beralih masuk perlahan ke dalam ruang tengah apartment Mirae itu.
Mengedarkan pandangannya sembari mengangkat kedua alis, "Choi Mirae?" Ia berjalan mendekat ke arah sofa. Mendapati gadis itu tengah duduk di bawah sembari memeluk kedua kakinya dan dengan wajah yang ia benamkan di lututnya. Jaemin menghela pelan. Jadi ini yang dimaksud Yuta hyung. Dia benar-benar baru paham.
Jaemin mendekat dan langsung mendudukkan dirinya di samping Mirae. Menatap dari samping rambut yang sepenuhnya menutupi wajah gadis itu. Ia memiringkan kepala masih berusaha mencoba mengamati Mirae, sesekali ia melihat bahu Mirae yang naik turun. Ah, dia tahu. Apa ini karena yang tadi siang?
"Choi Mirae," panggil Jaemin lagi.
Mirae mengangkat kepalanya perlahan, mengusap wajahnya dan langsung menoleh ke arah Jaemin dengan alis yang terangkat, "Kenapa disini? Kau bisa kena marah manager Nam nanti."
Jaemin menatap gadis di hadapannya tak percaya. Walaupun Mirae sering seperti ini, tetap saja dia masih heran. Sejak pertama kali bertemu, Mirae bisa dengan mudah mengubah ekspresinya. Jaemin mengerjap, dia bahkan masih berpikir, dia melihat di drama kalau cewek lagi nangis, dia hanya diam dan meracau tidak jelas.
Ketika gadis itu mengangkat kepala, mengusap air matanya dan menatap Jaemin, tidak seperti seseorang yang habis menangis. Seakan dia hanya melamun begitu saja.
Jaemin akhirnya hanya memilih untuk menghela dan menyenderkan tubuhnya pada sofa di belakangnya dan dengan kaki yang ia selonjorkan melewati bawah meja yang terdapat di hadapan mereka, "Kau 'kan juga managerku."
"Ah, aku lapar."
Jaemin langsung menoleh, mendapati gadis di sampingnya tengah memegangi perut. Serius, benar-benar tidak seperti habis menangis, harusnya Yuta tidak perlu mewanti-wanti tadi. Jaemin mengangkat sebelah alisnya, "Mau keluar?"
Mirae menoleh, menatap lelaki itu lama. Mulai dari rambut hingga kakinya kemudian menghela, "Payah sekali kau keluar dengan penampilan mencolok begitu. Bodoh."
Lelaki itu mengerjap, gadis ini bahkan masih bisa mengumpat merutuki Jaemin. Mirae memang beda. Akhirnya lelaki itu hanya terkekeh. Lagipula, apartment Mirae itu kawasan yang pengawasannya terjamin.
Mirae beridiri dari duduknya dan melirik Jaemin sekilas, "Tunggu sebentar," ucapnya kemudian melangkahkan kaki melewati Na Jaemin dan masuk ke dalam kamarnya.
Jaemin hanya mengangguk singkat menanggapi, kemudian merebahkan kepalanya pada sofa yang menjadi senderan tubuhnya di belakang. Padahal dia mau minta maaf karena tadi siang, tapi gadis itu malah bersikap seolah tidak terjadi apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manager || NCT Dream ✔✔
FanfictionMenjadi manager? Choi Mirae bahkan masih berfikir, apa itu sebuah berkah atau cobaan. Completed✔