"Astaga, noona." Renjun berdiri di depan pintu apartmen Mirae. Menatap gadis itu tak percaya sembara menggeleng kecil, "Kau berantakan sekali." Matanya masih memndangi Mirae yang menatapnya tanpa arti dengan penampilan yang kacau sekali pagi ini.
Mirae membenarkan letak kacamatanya, "Masuklah," katanya pada Renjun sebelum akhirnya berbalik masuk ke dalam.
Renjun masuk mengikuti Mirae sembari matanya yang menatap setiap sudut tempat tinggal Mirae sembari mengangguk kecil, "Tempat tinggal noona bagus juga, ya."
Mirae membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Renjun, "Kau tidak kerja?"
Bukannya menjawab, Renjun malah balik menatap Mirae dengan kedua alisnya yang terangkat ke atas, "Noona nggak kerja?" ucapnya mengulangi pertanyaan Mirae barusan.
Mirae menghela napasnya melihat pertanyaannya yang tidak diperdulikan oleh Renjun, "Kau sudah bilang mau kesini?"
"Noona sudah bilang kalau hari ini meliburkan diri?" Lagi-lagi Renjun balik bertanya, alih-alih menjawab apa yang ditanyakan Mirae kepadanya.
Mirae kembali berbalik dan menjatuhkan dirinya di atas sofa lalu menatap renjun dari balik kacamatanya, "Kau ngapain sih?"
Bukannya menjawab, Renjun melangkahkan kakinya mendekat ke arah Mirae, mengulurkan tangannya dan menarik Mirae tanpa aba-aba. Sontak Mirae langsung berdiri dari duduknya dengan ekspresi wajah terkejut. Siapa sangka Renjun sekuat itu. Mirae mengerjap menatap Renjun sembari memegangi tangan kanannya yang tadi ditarik oleh Renjun.
"Eh?" Melihat hal itu membuat Renjun membulatkan sedikit matanya dan menatap Mirae khawatir, "Sakit ya?"
Mirae berdecak dan mendengus kesal. Sama sekali tidak paham dengan Renjun hari ini yang tiba-tiba datang ke tempat tinggalnya. "Masalahmu apa sih? Huang Renjun?"
"Masalahku karena noona tidak datang ke dorm hari ini," balas Renjun, "Yang datang malah manager Nam."
Mirae hanya diam setelah mendengar jawaban dari Renjun. Wah, masalah macam apa itu. Tak lama Renjun kembali meraih lengan Mirae, membuat Mirae menatapnya kebingungan. "Apalagi sekarang?"
Lelaki itu menarik lengan Mirae tanpa memperdulikannya membawa gadis itu hingga sampai ke depan pintu kamar Mirae, "Ini pasti kamar noona," katanya dan melepaskan tangannya dari lengan Mirae.
Mirae hanya menatapnya heran, ntah apa yang ada di pikiran Renjun sekarang. Ia meraih gagang pintu kamar Mirae dan membukanya.
Mirae menautkan alisnya tengah Renjun langsung mendorong Mirae pelan sampai masuk ke dalam kamarnya itu sementara ia masih berdiri di ambang pintu.
Mirae membenarkan letak kacamatanya dan menatap Renjun dengan sangat heran, "Kau kenapa sih?"
Renjun kembali meraih gagang pintu kamar Mirae, "Sekarang noona siap-siap. Kutunggu," ucapnya sekilas dan langsung menutup pintu kamar tersebut dari luar tanpa mendengar lagi apa yang dikatakan Mirae. Dari luar dia berteriak, "Cepat saja! Jangan protes!"
Renjun tertawa kecil setelah menjalankan aksinya. Dia lantas langsung melangkahkan lakinya pergi dari depan pintu kamar Mirae dan menuju ke arah dapur, "Mari kita menghabiskan isi kulkas manager Choi."
Begitu masuk ke dapur, Renjun benar-benar langsung menuju ke arah kulkas dan membuka pintu kulkas tersebut. Matanya mengamati seluruh isi kulkas, "Ya Tuhan, apa yang bisa dihabiskan disini?" Alisnya tertaut menatap tak percaya, "Air putih dingin?"
Ia kemudian berdecak dan menutup kembali pintu kulkas tersebut. Selanjutnya ia beralih ke rak yang ada disana dan membuka rak tersebut, menatap isinya dan menggeleng pelan, "Tempat penyimpanan ini tidak berguna," katanya sembari menutup kembali rak tersebut.
"Astaga," Renjun menggerutu sembari berkacak pinggang, "Apa dia tidak menyimpan satu pun makanan?"
"Apa tidak ada hal lain selain menggeledah dapur?"
Sontak Renjun tersontak kaget mendengar suara yang tiba-tiba terdengar. Matanya mengerjap sembari menoleh sudah mendapati Mirae yang tengah berdiri beberapa jarak darinya dengan kedua tangan yang disilangkan.
"Aish, noona bikin kaget saja."
"Ayo pergi," ucap Mirae sekilas kemudian berbalik meninggalkan Renjun yang masih berdiri di tempat menatapnya.
***
"Yang lain dimana?" tanya Mirae seraya memasang sestbelt nya dan memutar kunci.
"Kantor agensi."
Mirae mengangguk kecil mendengar jawaban Renjun. Lantas ia langsung menginjak pedal gas dan memutar setir keluar dari areal parkir apartmennya.
"Noona, aku lapar."
Mirae menghela napasnya. Cukup tau. Lantas ia mengalihkan setirnya untuk singgah ke restaurant yang kebetulan akan mereka lewati. Dia juga butuh makan sebenarnya.
Tidak jauh, Mirae segera memarkirkan mobilnya. Kembali memutar kunci dan langsung membuka seatbelt bersamaan dengan Renjun turun dari sana setelah lelaki itu memakai masker dan topinya.
"Asik." Renjun tersenyum senang berjalan bersama Mirae dan masuk ke dalam. Langsung mengambil tempat duduk yang kebetulan kosong.
Begitu duduk, Renjun melepaskan maskernya dan memasukkannya ke dalam saku jaket yang ia kenakan.
"Kenapa dilepas?" Mirae menatap Renjun.
"Noona," Renjun menghela napasnya balik menatap Mirae, "Tidak akan ada yang kenal aku disini."
Salah seorang pelayan datang menghampiri mereka. Renjun dan Mirae membuka buku menu bersamaan. Membacakan apa yang ingin mereka makan. Pelayan tersebut mengangguk paham, tersenyum sekilas, menyuruh menunggu dengan ramah, dan berbalik pergi meninggalkan mereka.
Mirae membenarkan letak kacamatanya, "Kenapa tiba-tiba datang?" tanyanya pada Renjun. Pasalnya, tidak mungkin Renjun tiba-tiba mendatanginya seperti ini. Walaupun Renjun terkadang memang kurang kerjaan, tapi dia bukan Na Jaemin. Masalahnya, ini jadwal mereka seharusnya di kantor agensi.
"Aku mau bertanya." Renjun menghela napasnya, "Kemarin aku tidak sempat nanya karena ada yang lain."
Mirae menangkat kedua alisnya, "Apa?"
"Kemarin noona ngapain dengan Min Eli?"
"Min Eli?" Mirae menatap heran dengan kedua alisnya yang tertaut. Ia membenarkan letak kacamatanya, "Kapan?"
"Kemarin. Di agensi waktu jadwal latihan. Di cafetaria," kata Renjun lagi, "Aku lihat noona sama dia kok."
"Maksudmu, gadis bertopi yang duduk denganku kemarin?" Mirae masih menatap heran dan memproses perkataan Renjun, "Itu Elisa?"
"Noona tidak mengenali itu Min Eli?"
Mirae menggeleng pelan. Min Eli? Ah sial. Bisa-bisanya Mirae gagal mengenali. "Aku rasa memang pernah melihatnya."
"Itu Min Eli, noona." Renjun berucap gemas kepada Mirae. Dia sering interaksi dengan gadis itu waktu gadis itu jadi tour guide mereka. Bisa-bisanya Mirae gagal mengenalinya. Kini Renjun menatap Mirae penasaran, "Dia bilang apa ke noona?"
Bukannya menjawab, Mirae menggeleng pelan dan menyingkap rambutnya kebelakang. Ia membenarkan letak kacamatanya dan kembali menatap Renjun, "Apa dia yang ngikutin Jeno kemarin?"
"Jeno?"
.
.
.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Manager || NCT Dream ✔✔
FanfictionMenjadi manager? Choi Mirae bahkan masih berfikir, apa itu sebuah berkah atau cobaan. Completed✔