BAB 2

2.9K 261 58
                                    

Hi Wellcome Back!
Hope you enjoy my story🖤

🖤HAPPY READING🖤
--------------------------------------------------------

Axele memberhentikan mobilnya di depan sebuah mansion megah bernuansa putih donker. "Sudah sampai."

Dia mematikan mesin dan keluar dari mobil. Axele memberikan kunci mobil itu pada pelayan untuk dibawa pergi. Sesaat sebelum Axele berjalan masuk ke dalam mansion, dia berbalik dan menatapku dengan sorot mata tajam. "Apa yang kamu tunggu, karpet merah? Cepat turun."

Aku terperanjat mendengar ucapannya, dan langsung keluar dari mobil menyusulinya. Begitu melewati pintu masuk mansion, mataku menjelajahi setiap inci ruangan. Rumah yang begitu besar dan mewah, namun terlihat sangat sepi.

"Kamu tinggal sendiri?" tanyaku tanpa melepaskan pandanganku pada setiap inci ruangan.

"Iya."

"Lalu, orang tuamu? Aku tidak melihat mereka sejak tadi."

"Mereka sudah tidak ada," jawabnya santai.

Aku terdiam, menatap Axele merasa bersalah. "Maaf, aku tidak bermaksud―"

"Itu sudah lama, santai saja." Axele berhenti di depan pintu kamar berwarna putih yang cukup besar. "Ini kamarmu."

"Iya," jawabku santai sebelum akhirnya kepalaku berhasil mencerna kata perkata yang barusan Axele ucapkan. "Tu-tunggu, kamarku? Maksudmu, kita...."

"Jangan salah paham, pernikahan ini hanya sebatas wasiat orang tuaku yang berhutang budi pada keluarga Dursley, tapi tenang. Aku akan tetap memperlakukanmu dengan baik." Dari sorot matanya terlihat seperti pria terhormat yang tidak mungkin mengambil kesempatan dalam kesempitan. "Jadi sekarang masuklah."

Sayangnya, semua ini salah. Jika akhirnya seperti ini, maka tujuanku menikah akan sia-sia. "Tunggu—" Aku menahan tangannya.

Tiba-tiba tanganku ditepis kasar olehnya. "Ingat ini baik-baik. Jangan pernah sembarang menyentuhku," ucapnya penuh penekanan sembari menunjukku dengan telunjuknya. Terlihat jelas dia sedang menahan amarah, namun matanya tetap bagaikan sebuah pisau yang siap membelah semua yang ada dihadapannya.

"Tapi bukankah kita sudah resmi? Maksudku, bagaimana dengan malam pertama kita?" Sesaat setelah menyadari ucapan yang terlontar dari mulutku. Aku menyipitkan mata dan memasang wajah masam.

Terkutuklah.

"Aku tidak tahu kalau ternyata pikiranmu cukup kotor." Dia menatapku rendah. "Maaf jika mengecewakanmu, there is no push and pull like a magnet do."

"Apa? Bukan, maksudku—"

"Sudah kukatakan, pernikahan ini hanya mengubah status. Aku bahkan baru mengenalmu dua hari. Hilangkan pikiran kotormu dan tidurlah." Aku hanya bisa tercengang menatap punggung pria itu. "Semoga kamu menyukai dekorasi pilihanku."

Saking geramnya, rasanya ingin sekali kugigit jari-jariku hingga putus. Aku membuang napas kasar dan memutuskan untuk masuk ke dalam kamar.

Kalian tidak akan percaya pada yang aku lihat, ternyata keparat satu itu memiliki sisi Hello kitty yang tidak akan pernah aku duga. Aku tersenyum geli membayangkan wajahnya saat berdiri di ruangan ini dan mendekorasi kamarku. Ingin sekali aku mendatanginya dan tertawa keras di depan wajahnya.

Yang benar saja, dia mendekorasi kamar dengan nuansa pink dan putih. Kasur model king size dengan bedcover putih bertulisan 'Queen is sleeping' dengan warna emas. Tidak hanya itu, perabotan kamar pun memiliki warna-warna yang lucu.

Perfect Villains✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang