Hi Wellcome Back!
Hope you enjoy my story🖤
🖤HAPPY READING🖤
--------------------------------------------------------Beberapa batang pohon besar saja tidak cukup sebagai tempat berteduh dari teriknya matahari. Aku cukup menikmati pemandangan dari belakang sini, duduk bersandar pada batang pohon. Lagipula ada sedikit hiburan untukku beberapa meter di depan sana. Melihat bahu Lia yang ikut bergindik seiring dengan bunyi tembakan terdengar, membuatku ingin mengulang kembali ucapan sombongnya sewaktu memamerkan kemampuan fisiknya.
"Chessy." Aku mengenal suara itu. Elphizo datang membawa segelas minuman dingin di tangannya. "Aku habis dari dalam, dan aku pikir kamu akan mau satu."
Dia memberikan segelas jus jeruk dingin padaku. "Terima kasih," kataku sewaktu menerima gelas itu darinya.
Begitu aku mau meneguk jus itu, tiba-tiba Elphizo mengusap pelipis kiriku dengan handuknya. "Keringatmu hampir mengenai matamu," katanya menggantung. "Kamu tidak punya handuk."
"Ah, aku lupa membawanya tadi," jawabku canggung.
"Kalau begitu ini, aku menyimpan satu untuk―"
"Chessy." Suara Axele yang terdengar dekat, membuat ucapan Elphizo tertahan. "Kamu melupakan handukmu."
Aku mengerutkan dahi kebingungan. "Bukankah itu handukmu?"
"Lalu? Apa itu masalah?"
Menaikkan salah satu alisku, menatapnya tidak percaya. "Kamu mau aku menggunakan handuk bekas keringatmu?" Sekali lagi aku memperjelas kalau yang Axele tawarkan bukanlah handuk baru.
"Aku tidak ada penyakit kulit. Kamu aman."
Mata dan telingaku terbuka lebar mendengar perkataannya. Pria yang pertama kali aku temui sangat benci untuk disentuh, sangat bersih dengan barang-barangnya. Sekarang pria itu tengah menawarkanku sebuah handuk untuk dipakai bersama.
Kuambil handuk yang Axele tawarkan, lalu mengalungkan handuk itu di lehernya. "Aku lebih suka menggunakan handuk baru. Keringatmu bau." Aku mengambil handuk yang sempat Elphizo tawarkan.
Aku mengusap wajahku dengan handuk itu. Lalu, secara tiba-tiba Axele merampas handuk di tanganku. Dia melipat handuk itu rapi, dan menepuk-nepuk dahiku pelan. "Apa kamu seorang wanita? Bagaimana bisa kamu mengusap wajah dengan begitu kasar?"
"A-aku bisa melakukannya sendiri."
"Jelas kamu tidak bisa. Sehabis olahraga pori-pori kita terbuka, tidak baik untuk kulitmu kalau mengusapnya dengan kasar." Suaranya begitu tenang dan bergema di telingaku. "Lagipula tidak baik minum air dingin setelah berolahraga, apalagi cuaca sedang terik."
Ucapannya membuatku tertegun untuk waktu yang cukup lama. Dia tidak seperti Axele yang biasanya. Aku hanya bisa menatapnya yang tengah memperhatikan wajahku begitu teliti. Baru sadar kalau sekarang kita menjadi pusat perhatian, aku mendorongnya pelan. "Banyak orang yang melihat kita."
"Biarkan. Jadi aku tidak perlu membuang tenaga untuk beritahu setiap orang kalau kamu hanya milikku."
"Aku masih marah denganmu. Kamu lupa?"
"Bukankah kemarin aku sudah minta maaf?"
"Kalau kamu terus cemburu dan membuat kekacauan, untuk apa aku memaafkanmu?"
"Kalau aku tidak cemburu bukankah justru aneh?"
"Aku tidak suka kamu terus menuduhku yang tidak-tidak, Axele."
"Dan aku tidak suka kamu dekat-dekat dengan dia." Axele menatap tajam ke arah Elphizo yang dari tadi menyaksikan pertengkaran kecil kita.
"Aku menyukai Chessy. Mendekatinya adalah hal wajar," jawab Elphizo santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Villains✅
RomancePublished : 02/02/2020 ✖ DON'T COPY MY STORY‼✖ Axele Archiller, dia tidak lebih dari seorang pria yang punya masalah dengan EQ tingkat rendah dan untungnya dia terlahir kaya dan tampan. Hanya saja nasibnya kurang beruntung karena harus menikahi seor...