Hi Wellcome Back!
Hope you enjoy my story🖤
🖤HAPPY READING🖤
--------------------------------------------------------
Axele POV.
Sejak Chessy pergi ke lantai atas, beberapa orang dari musuh terus berdatangan. Tiga orang tidak akan cukup kalau mereka terus mengirim tentara ke sini.
Ini tidak akan ada habisnya.
Serangan beruntun dari musuh membuat Axele dan Max bersembunyi di balik dinding. Mereka saling melempar pandangan, berusaha mencari cara agar bisa menghancurkan mereka semua dalam sekali serangan.
Axele menunjukkan isyarat tangan yang membuat Max terkejut.
"Are you sure about this?" tanya Max tanpa suara.
Axele mengangguk. Saat itu juga ledakan terdengar dekat dan membuat dinding yang mereka sandari bergetar. Sepersekian detik setelah ledakan terdengar, Axele langsung menerobos gumpalan asap pekat yang tercipta akibat ledakan itu. Max lari mengikuti Axele dari belakang. Dia menjaga tubuh Axele dari serangan yang datang, selagi sedang melakukan aksi nekatnya.
Axele menerobos semua yang ada di depannya secara brutal. Dia mendekati salah satu musuh hingga tidak ada lagi jarak di antara mereka. Dengan cepat, dia menarik cincin dari sebuah benda yang ada di genggaman musuhnya. Berkat itu, Axele mendapat tiga tembakan di lengan bagian atasnya.
Setelah ini gilirannya Max. Dia harus mengulur waktu, membiarkan Axele kembali membuat jarak antara dia dan musuh. Max menembak secara membabi buta ke arah bawah lawan. Max mengincar kaki mereka. Semua tentara VSA jatuh ke lantai, dan saat itu juga Axele bisa mundur dengan aman. Meski rencana berjalan lancar, ada sesuatu terjadi di luar kendali. Meski dalam posisi kaki terluka dan kesulitan berdiri, mereka masih bisa memegang senjata, dan tetap fokus membidik Axele dengan posisi tiarap.
Memang tidak bisa diremehkan. Hanya tentara terlatih yang bisa melakukan itu.
Axele yang saat itu berjarak kurang dari tiga meter dari tempat musuh, memutar-mutarkan jari telunjuknya yang dilingkari sebuah cincin besar, itu adalah pin granat yang berhasil Axele tarik tadi.
"Game over." Sedetik kemudian, ledakan terjadi. Puluhan tentara VSA terkena ledakan itu secara langsung. Axele terhempas jauh akibat jaraknya dengan ledakan yang masih terbilang sangat dekat.
"AXELE!" Max berlari menghampiri Axele yang terkapar di lantai. "Hei!" Max membalikkan tubuh Axele dan memposisikan tubuhnya terlentang.
"Dude, you're not dead, are you?" tanya Max khawatir karena Axele tidak juga membuka matanya.
Axele perlahan membuka matanya dan meringis kesakitan. "Almost," katanya sembari melihat tungkai kaki kanan bawahnya yang tampak kemerahan. Ledakan tadi persis mengenai area tulang keringnya, membentuk lingkaran yang cukup besar.
"Kamu bisa berdiri?"
"Ini bukan apa-apa." Dia keluarkan kain panjang berwarna putih yang dia simpan di sakunya, dan digunakannya untuk menutup luka.
"Kamu membawanya...." Max tersenyum lebar tertegun dengan persiapan Axele. "It's not you, Dude."
"Chessy memaksaku membawa kain ini untuk berjaga-jaga."
"Like she knew it." Max menepuk pundak Axele dengan tatapan menggodanya.
"Ayo kita susul Chessy," kata Axele setelah selesai menutup
"Axele, Axele, Axele!" panggil Lia di seberang sana.
"Masuk," jawabnya.
"Akhirnya ada yang bisa dihubungi." Terdengar helaan napas lega di seberang sana. "Sejak tadi sinyalku terus diganggu. Tidak ada satupun dari kalian yang bisa kuhubungi. Apa Elphizo ada di dekat kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Villains✅
RomancePublished : 02/02/2020 ✖ DON'T COPY MY STORY‼✖ Axele Archiller, dia tidak lebih dari seorang pria yang punya masalah dengan EQ tingkat rendah dan untungnya dia terlahir kaya dan tampan. Hanya saja nasibnya kurang beruntung karena harus menikahi seor...