BAB 17

1.2K 136 4
                                    

Hi Wellcome Back!
Hope you enjoy my story🖤

🖤HAPPY READING🖤
--------------------------------------------------------

"Kamu benar-benar harus pergi?" Kurapihkan kemeja Axele dan membantunya memasangkan dasi.

Dia mengecup keningku lembut. "Hanya tiga hari, Kayle."

Sebenarnya aku berharap lebih dari itu. "Saat pulang, jangan lupa bawakan aku sesuatu, Ok?"

Dia sedikit menaikkan sudut bibirnya. "Kamu ingin apa?"

"Entahlah... bawakan saja sesuatu yang unik." Aku tersenyum lebar menatapnya.

"Selama aku pergi, tetaplah di rumah." Dia menepuk pelan puncak kepalaku. "Paham?"

"Kamu tahu aku tidak mungkin bisa berdiam di rumah untuk selama itu kan, Axele?" Aku selesai memasang dasi padanya. Kutatap dia dengan wajah memohon, sedangkan Axele hanya menatapku datar.

"Hanya tiga hari. Sepulangnya aku kemari, akan kuantar kemanapun kamu mau." Axele menatap mencoba meyakinkanku. "Deal?"

Aku menatapnya dengan dahi berkerut, sementara Axele tampak tidak goyah dengan perkataannya. Aku menghela napas malas. "Alright, I got it."

"Oh, dan aku ada hadiah untukmu." Axele menggandeng tanganku, pergi keluar dari kamar. Dia menuntunku ke depan mansion. Di depan sana sudah terparkir sebuah mobil sport berwarna biru.

 Di depan sana sudah terparkir sebuah mobil sport berwarna biru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Axele, maksudmu—" Axele mengangguk sembari tersenyum tipis. Jawabannya membuatku langsung melompat ke dalam pelukannya. "Terima kasih."

"Kamu menyukainya?"

"Iya!" Aku mendekati mobil itu dan melihatnya lebih dekat. "Dia sangat cantik, Xel."

Axele menatap blazer yang kukenakan. "Kamu tidak kepanasan?"

"Aku justru kedinginan, Axele." Aku menyilangkan tanganku dan menggosok lenganku. Axele menempelkan tangannya di dahiku. Sadar apa yang coba dia periksa, membuatku aku tertawa kecil. "Aku baik-baik saja, Xel."

Axele tersenyum tipis. Dia menangkup wajahku dengan telapaknya yang lebar, dan menatapku hangat. "Kapan lagi aku bisa melihatmu tertawa seperti tadi?"

"Kamu bisa melihatnya kapanpun kamu mau."

Perlahan wajahnya mendekat, mengikis jarak di antara kita. Dia mengecup bibirku lembut, kemudian menatapku dengan hangat.

"Kamu benar-benar akan pergi?" Aku menatapnya dengan tatapan berharap.

"Jangan menatapku seperti itu, atau kamu bisa membuatku membatalkan semua jadwal hari ini." Dia tersenyum dan menarik hidungku.

"Senangkah kamu menarik-narik hidungku?" Aku memajukan bibirku kesal.

"Iya, mungkin ini akan menjadi hobiku."

Perfect Villains✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang