BAB 20

1.2K 123 39
                                    

Hi Wellcome Back!
Hope you enjoy my story🖤

🖤HAPPY READING🖤
--------------------------------------------------------

Axele dan aku berjalan melewati sebuah lorong cokelat sempit, yang berbau seperti rawa-rawa. Di depan kita ada seorang petugas yang memandu jalan. Lorong kecil yang muat tiga orang ini cukup sepi dan sesekali dilewati orang-orang berseragam. Sepertinya ini adalah area khusus staff.

"Axele," bisikku, "kenapa kita ke kebun binatang?"

"Kamu ingin melihat peliharaanku, kan?"

Aku terbelalak kaget. Apa manusia ini kebingungan harus menyalurkan uangnya kemana?

"Tapi... kenapa harus di kebun binatang?"

"Lalu kamu menyarankanku menaruhnya dimana?"

Aku hanya bisa mengelengkan kepala, tidak habis pikir ada manusia seaneh dia.

"Kita sampai," kata petugas yang memandu jalan tadi.

Jika kalian membayangkan sebuah hutan buatan atau mungkin kolam rawa dengan banyak buaya, maka kalian salah. Di dalam sarang hanya ada satu buaya yang di rantai dan dua orang petugas kebun binatang. Sarang yang ku maksud juga di kelilingi keramik putih dengan kaca yang menutupi bagian depannya. Bagian depan adalah tempat dimana kami berdiri sekarang. Sedangkan bagian belakang terdapat sebuah pintu putih besar, yang mungkin jadi tempat para petugas itu keluar masuk kandang dan jalan keluar masuknya buaya. Dan semua ini benar-benar terlihat seolah seperti di dalam kamar mandi.

"Dimana buaya lainnya?"

"Tempat ini khusus dibangun berada di komplek yang berbeda dengan satwa kebun binatang. Hanya staff yang boleh masuk ke area sini dan itupun juga kalau tuan Archiller sedang menitipkan buaya miliknya di sini."

Aku menatap Axele lama, membuatnya tidak paham maksud dari tatapanku.

"Kenapa?"

"Baru kali ini aku dibuat iri dengan seekor buaya." Aku tersenyum miris.

"E... ada lagi yang perlu saya lakukan?" tanya petugas itu.

"Tidak, kamu bisa pergi sekarang. Terima kasih," jawab Axele santai, namun masih terdengar mengintimidasi.

Pandanganku tidak bisa lepas dari para petugas yang tengah membersihkan gigi buaya itu. "Apa buaya itu jinak?"

"Mungkin iya, mungkin tidak."

Aku menatapnya meminta penjelasan atas penyataan yang tidak jelas itu.

"Bagaimanapun dia itu predator, Kayle." Axele mulai memasang wajah sombongnya. "Dan dia hanya mengikuti perintah tuannya."

Aku kembali bertanya tanpa melepaskan pandanganku dari apa yang terjadi di balik kaca besar itu. "Tidakkah kamu merasa ini terlalu menghamburkan uang? Kenapa tidak menyalurkannya untuk amal sosial? Bahkan aku rasa kamu bisa membiayai negara dunia ketiga."

Axele menatapku dan menaikkan salah satu alisnya. Dia memutar daguku agar bisa berbicara menatapnya dan hanya fokus padanya. Kemudian, Axele berbicara dengan nada tenang tapi jelas, sangat jelas. "Dengar ini baik-baik, Mrs. Archiller. Setiap tahun XACRC memberikan 15% pendapatannya untuk amal sosial. 20% pendapatan ke pembangunan Negara. Dan ya, kami juga membantu negara dunia ketika sebanyak 10% dari pendapatan kami. Kau puas?"

Tanpa aku sadar mulutku terbuka dan tertegun menatapnya. Sedangkan Axele hanya menyungging senyum dan menjauhkan wajahnya kembali. Dia hampir mendonasikan 50% pendapatannya. Pegawai di XACRC sangat banyak, pelayannya juga tidak sedikit. Sekarang aku bertanya-tanya,

Perfect Villains✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang