BAB 30

1K 118 46
                                    

Hi Wellcome Back!

Hope you enjoy my story🖤

🖤HAPPY READING🖤
--------------------------------------------------------

Aku berdiri di depan sebuah pintu dengan cat rumah berwarna kuning. Beberapa kali aku mengetuk pintu, masih belum ada yang membukakannya. Ketukanku hanya di respon dengan teriakan dari dalam 'Iya, tunggu sebentar!'

Beberapa kali anak kecil dari dalam rumah secara bergantian membuka pintu, membuat celah kecil dan mengitip dari dalam. Setelah itu, mereka hanya akan kembali menutup pintunya.

"Kakak cantik!"

Aku menoleh ke pemilik suara itu. Tidak jauh dari tempatku berdiri, ada seorang anak laki-laki yang sedang duduk di jungkat-jungkit, dan dia tengah menatapku.

"Kenapa kakak tidak langsung masuk saja? Kalau kakak menunggu Ibu Friska yang membukakan pintu, akan sangat lama."

"Tidak sopan jika masuk tanpa dipersilahkan pemilik rumah, bocah kecil. Ingat itu ya."

Kalimat yang menurutku itu biasa saja, disalah pahami oleh anak laki-laki itu. "Aku hanya memberi kakak saran, kenapa kakak cantik begitu galak?" Anak laki-laki itu melipat kedua tangannya, mengerutkan wajahnya dan mendengus kesal. "Pantas saja kakak datang sendirian."

Aku memincingkan mata menatapnya tajam. "Kalau kamu kencing saja belum lurus, lebih baik jangan campuri urusan orang dewasa, bocah!"

Anak laki-laki itu menjulurkan lidahnya, lalu lari dan pergi berbaur bersama teman-temannya.

Aku menghela napas. Beberapa kali aku bilang pada diriku sendiri, Mereka hanya bocah dan aku tidak pernah berkelahi dengan bocah.

Tidak lama pintu rumah terbuka. "Chessy!"

Seorang wanita paruh baya langsung memelukku. Walau usianya sudah berkepala lima, kerutan mulai terlihat dan rambut yang mulai berubah warna. Tetap saja semua itu tidak bisa menutupi kencantikannya.

"Bunda," panggilku dan langsung membalas pelukannya.

Bunda Friska melepaskan pelukannya. "Kamu datang naik apa?"

"Aku membawa mobilku sendiri." Mataku mengarah pada sebuah mobil sport yang terparkir di pinggir jalan.

"Bunda takut garasi kita muat untuk mobilmu." Bunda tampak kebingungan.

"Tidak masalah, Bunda. Aku bisa menitipkannya di tempat parkir umum dekat sini."

"Yasudah, ayo masuk dulu." Bunda tersenyum menggodaku. "Bunda yakin kamu punya banyak cerita yang mau kamu ceritakan pada bunda."

Aku mengikuti bunda masuk ke dalam, banyak anak kecil yang tidak melepaskan pandangannya dariku dan beberapa di antara mereka bersembunyi di balik dinding dan mengintip ke arahku. Mereka bukan adikku dan tentu saja amat sangat tidak mungkin aku punya adik hampir sebanyak 57 orang.

Setelah Ayah meninggal, Bunda mendirikan panti asuhan yang cukup besar dan kami ikut tinggal di dalamnya.

"Bunda," bisikku. "Kenapa mereka menatapku seperti itu? Apa ada yang aneh dengan wajahku?"

Mendengar pertanyaanku, Bunda Friska tertawa. "Wajahmu baik-baik saja. Anak gadis bunda sangat cantik."

"Aku wanita dewasa, Bunda. Bukan gadis kecil lagi," protesku cepat.

Bunda tertawa mendengar nada bicaraku yang lebih terdengar seperti rengekan di telinganya. "Coba beritahu bunda, sudah berapa banyak pria yang datang dan ingin menjadi pacarmu."

Perfect Villains✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang