BAB 10

1.5K 159 13
                                    

Hi Wellcome Back!
Hope you enjoy my story🖤

🖤HAPPY READING🖤
--------------------------------------------------------

Axele menekan stopwatch yang ada digenggamannya, saat aku berhasil menyelesaikan beberapa putaran. "Ok, cukup untuk hari ini." Dengan santai dia masukkan stopwatch itu ke dalam saku celana.

Napasku tersenggal-senggal, dan lututku langsung jatuh ke tanah. Hari ini, tepat setelah aku pulih, dia menambah beban olahragaku menjadi sepuluh putaran.

"Kamu mau membunuhku?" Axele menaikkan salah satu alisnya menatapku sembari meneguk air dari sebuah botol. "Ah, sudahlah. Aku akan pergi istirahat."

Sudah cukup tenagaku terkuras, aku tidak punya tenaga lagi untuk bisa berdebat dengan Axele. Dengan sisa tenaga yang ada, aku berdiri, jalan terhuyung-huyung masuk ke dalam rumah.

Aku kembali ke kamarku, pergi mandi dan istirahat. Namun seketika aku sadar, kata istirahat dalam rumah ini tidak pernah ada. Tidak ada istirahat. Axele, dia tidak pernah membiarkanku istirahat dengan tenang.

Sekeluarnya aku dari kamar mandi, kutemukan seorang pria yang tengah duduk di kasur dengan posisi menghadap ke arah ku. Dia duduk setengah bungkuk, menggunakan pahanya sebagai penopang siku. Dia asik memainkan ponselnya sampai tidak menyadari keberadaanku.

"Axele, apa yang kamu lakukan di kamarku?" Tanpa sadar suaraku sedikit meninggi.

Aku tidak terkejut karena dirinya, melainkan keberadaannya di kamarku. Berbagai macam pertanyaan langsung muncul di kepalaku seperti,

apa dia menemukan sesuatu yang mencurigakan?

Axele menatapku sebentar dan segera mengalihkan pandangannya ke arah lantai. "Cepatlah berpakaian, kamu membuatku gerah."

Perkataannya seketika menyentak kepalaku untuk berpikir keras. Aku baru sadar, kalau aku berdiri di depannya hanya berbalut bathrobe. "Ja-jawab aku dulu. Apa yang kamu lakukan di kamarku, dan bagaimana bisa kamu masuk tanpa seijinku?"

"Ini rumahku, dan kamu istriku. Aku bebas masuk ke ruangan manapun dan kapanpun aku mau."

"Seorang istri juga memiliki privasi, Axele!"

"Jika privasi yang kamu maksud adalah sesuatu yang ada di balik kain putih itu, aku mengerti," kata Axele tenang. "Lagipula aku tidak tertarik dengan apapun itu."

Entah mengapa perkataan Axele berhasil menyulut emosiku sampai ke ubun-ubun.

"Sudah selesai bicaranya, Tuan Archiller?" Axele hanya terdiam dan menatapku datar. "Jika tidak ada hal penting yang ingin anda katakan silahkan keluar. Aku harus berpakaian sekarang."

Axele yang masih berdiam diri di tempat, menatapku lekat-lekat, membuatku semakin kesal. "Oh, baiklah. Maaf, aku lupa. Ini rumahmu, dan aku tidak berhak mengusirmu. Lagipula kamu tidak tertarik dan tidak peduli pada apapun, bukan?"

Dengan satu tarikkan napas, aku menanggalkan bathrobeku di depannya. Di saat bersamaan Axele membuang wajahnya, menatap ke arah lain.

"Aku datang tadinya ingin mengajakmu ke XACRC, tapi sepertinya aku berubah pikiran." Dia berdiri membelakangiku dan jalan menuju pintu kamar. "Jika kamu berani memperlakukanku seperti itu lagi, akan kupastikan kamu menyesal, Kayle. Ingat itu."

Axele membuka pintu kamarku dan keluar. Jantungku serasa dicekik hingga tidak berdetak beberapa detik. Bersamaan dengan suara pintu ditutup, aku menghembuskan napas lega.

Sebenarnya aku tidak benar-benar telanjang. Aku masih memakai dalaman di balik bathrobe. Tapi tetap saja, apa jadinya jika tadi Axele cukup bajingan untuk tidak memalingkan wajahnya.

Perfect Villains✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang