BAB 36 part 1

1K 123 30
                                    

Hi Wellcome Back!

Hope you enjoy my story🖤

🖤HAPPY READING🖤
--------------------------------------------------------

Kutarik sebuah kursi dari depan meja rias ke samping tempat tidur, dan duduk di sebelahnya. Melihat selang oksigen yang terpasang di hidungnya, dan selang infus menancap di punggung tangannya membuat perasaanku teriris.

Aku rindu bagaimana dia menatapku tajam, dan senyum tipisnya ketika berhasil membuat pipiku semerah tomat.

"Axele," panggilku meski tahu dia tidak akan menjawab. Hanya saja ada rasa ingin terus menyebut namanya setelah sekian lama.

Semua yang terjadi pada Axele saat ini adalah salahku. Beberapa kejadian tiba-tiba terputar kembali di kepala, tepat seperti kaset rusak. Tubuhku meremang, aku tidak tahu harus berbuat apa di hadapannya. Bahkan kata maaf tidak cukup untuk menghilangkan penderitaannya.

Lamunanku tersadar saat jari-jemarinya bergerak. "Axele?" panggilku lagi.

Mata Axele berkedut. Perlahan, dia membua matanya. "Kayle― Ah, maksudku... Chessy."

"Tidak apa, kamu bisa memanggil aku dengan nama apa saja jika itu memudahkanmu."

"Lalu bagaimana dengan Nyonya Archiller?" Dia menyungging senyum dan berbicara dengan suara lemah. "Aku rasa kita harus mengurus ulang surat nikah itu."

Perkataannya membuat sayatan tak kasat mata di dadaku. Bagaimana bisa aku menyakiti pria yang begitu menyayangiku?

"Kamu baru sadar, jangan terlalu banyak bicara. Istirahatlah, aku akan panggil dokter Matt untuk memeriksamu." Perkataanku membuat senyum di wajahnya memudar.

Ketika menutup pintu kamar itu, seperti ada emosi yang siap diledakkan saat itu juga. Mati-matian aku berusaha untuk tetap tenang.

"Dokter Matt," panggilku ketika melihatnya di depan ruangan Fredella. "Axele sudah sadar."

"Aku akan segera ke sana," kata dokter Matt padaku, kemudian dia berteriak ke arah dalam kamar. "Jika butuh sesuatu telepon aku."

Dokter Matt berjalan cepat ke arahku, dan kita langsung menuju ke kamar Axele.

"Dokter untuk Fredella sudah datang?" tebakku.

"Iya, dan benar dugaanku. Belum ada dokter yang bisa memindahkan sebuah file berbentuk data ke dalam otak manusia."

"Maksudmu?"

"Fredella memang dijadikan wadah oleh Axele, tapi dia tidak pernah bisa memindahkan data ke dalam otak manusia. Dia memasukkan sebuah microsd card ke leher bagian belakang Della," jelas dokter Matt sembari menunjuk tulang lehernya dengan jari telunjuk.

"Tapi intinya... Kita memiliki data VSA?"

"Hanya itu yang kamu pedulikan?" tanyanya tampak tidak senang.

"Iya."

Dokter Matt terdiam, wajahnya ditekuk kesal. Dia mempercepat langkah kakinya, dan langsung masuk ke dalam kamar Axele.

"Bagaimana lukamu, merasa lebih baik?" tanya dokter Matt sewaktu memasuki pintu.

"Tentu. Dia ada di sini, itu seperti mendapat vintamin tambahan." Axele tersenyum ke arahku. "Apa yang kamu lakukan di ambang pintu?"

Aku tetap terdiam walau tahu dia tengah bertanya padaku. Berada di dekatnya sekarang, hanya akan membuat perasaanku semakin berantakan.

Dokter Matteo menatap Axele lekat-lekat. "Axele, aku serius."

Perfect Villains✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang