BAB 45 part 2

907 94 10
                                    


Hi Wellcome Back!

Hope you enjoy my story🖤

🖤HAPPY READING🖤
--------------------------------------------------------

"Lalu, bagaimana dengan El?"

"Terserah." Axele mengambil gulungan kabel dari bagasi mobil dan menutupnya dengan keras. Dia berjalan masuk ke rumah dan menghilang di balik pintu. Aku bisa mendengar teriakan Lia yang tengah protes karena Axele membiarkan Elphizo begitu saja.

Aku tidak tahu apa yang membuatku berani menghadang Axele. Tubuhku bergerak begitu saja saat tembakan ketiga berhasil menembus perut Elphizo.

"Chessy," panggil Elphizo.

Aku menatap Elphizo sebentar, lalu memandang nanar ke arah pintu rumah. Semua orang masuk ke dalam rumah, meninggalkan kami di tengah hujan. Mereka kesal, aku bisa merasakan itu.

Aku hanya berharap keputusan ini tidak salah. Kutarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Aku membantu Elphizo untuk berdiri dan memapahnya masuk ke dalam rumah.

Elphizo sedikit meringis kesakitan ketika aku mendudukkannya di sofa ruang tamu. Dia masih menahan luka tembaknya dengan tangan.

"Pelurunya harus dikeluarkan, dan aku akan bicara dengan dokter Matteo soal itu. Sementara tunggu di sini. Aku akan mengambilkan perban dan pakaian untukmu." Saat aku hendak pergi, tiba-tiba tanganku ditahan olehnya. "Apa?"

"Terima kasih." Dia tersenyum hangat dan menatapku lembut.

Berbeda dengan sebelumnya, Axele dan El berada dalam satu tempat. Aku mengalihkan pandanganku agar tidak menatap langsung di matanya. "Aku hanya melakukan apa yang menurutku harus. Lagipula tidak ada yang gratis, kamu harus berguna di sini atau aku akan membiarkan Axele menjadikanmu santapan buayanya."

"Aku tahu." Walau aku menjawab setiap ucapannya dengan dingin. Dia masih tetap tersenyum dan berbicara dengan suara lembut.

Sebelum dia membuatku semakin ragu dengan perasaanku sendiri. Aku segera meninggalkannya, dan mengambil beberapa barang yang dia perlukan. Ukuran tubuh Max seharusnya tidak jauh berbeda dengan Elphizo.

"Max," panggilku ketika menemukannya tengah berdiri di belakang kursi Judith. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan di belakang sana, tapi kelihatannya dia menganggu Judith.

Hanya firasatku atau memang dia sedikit terkejut saat melihatku. "Iya?"

"Apa boleh aku pinjam satu set pakaianmu untuk Elphizo?"

Dia membelalakan mata. "Termaksud celana dalam?"

Pertanyaannya membuatku merasa ditelangjangi. "Aku tidak tahu, tapi berikan saja satu set."

"Akan kubawakan. Dia di ruang tamu, kan?"

"Iya." Aku tersenyum canggung. "Kalau begitu aku akan mencari dokter Matt dulu."

"E...Chessy." Panggilannya membuat langkahku terhenti, dan kembali menatapnya penuh tanya.

"Kamu yakin Elphizo tidak berbahaya? Dia salah satu petinggi di VSA. Posisi sebesar itu, maksudku... kamu tahu, tidak mungkin dia menyerahkannya begitu saja."

"Aku tidak melihat ada hal mencurigakan darinya. Dia seperti Elphizo pada biasanya," kataku sedikit menggantung, lalu aku menatap Judith yang sejak tadi memilih cuek dengan semua yang terjadi di sekitarnya. "Bagaimana menurutmu, Jud?"

Judith langsung mengalihkan perhatiannya dari ponsel di tangannya. "Aku tidak tahu. Hanya saja apa yang dia katakan tadi, semuanya benar."

"Artinya... kamu masih bisa bertemu dengan keluargamu?" tanyaku hati-hati.

Judith tersenyum miris. "Selama ini kupikir aku sendirian, tapi ternyata mereka yang tidak mencariku."

"Mereka pasti punya alasan, Jud."

"Setelah masalah VSA selesai, aku akan mencari tahu apa alasan itu. Sekarang kita hanya perlu fokus menghancurkan organisasi biadab itu." Judith kembali memainkan ponselnya.

Aku terdiam sejenak, lalu menatap Judith dan Max secara bergantian. "E... ada satu hal yang mengganggu pikiranku," kataku menggantung. "Kalian berdua... ada suatu hubungan?"

"YA."

"TIDAK."

Mereka menjawab bersamaan. Max menjawab, iya, sedangkan Judith menjawab, tidak. "Jadi mana yang benar?"

"Kamu percaya omong kosong buaya darat satu ini?" Melihat Judith sedang tidak dalam kondisi mood yang bagus. Aku memutuskan untuk tersenyum dan diam.

Aku jarang mendapatinya menjadi sosok yang tempramen, bahkan tidak pernah. Berbeda saat ada Max di sekitarnya. Sepertinya Max berhasil mengobrak abrik ketenangan Judith. 



TBC.

Jangan lupa Vote dan Comment untuk support yaa, agar author makin semangat bikin ceritanya❤

Hope you enjoy this story(*^3^)/~♡

See you soon. Love you guys!!

🖤THANKYOU🖤

Perfect Villains✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang