BAB 45 part 1

944 91 3
                                    


Hi Wellcome Back!

Hope you enjoy my story🖤

🖤HAPPY READING🖤
--------------------------------------------------------

Aku menekan gagang pintu itu, lalu tanganku berhenti. Aku rasa kali ini lebih baik memberikan waktu untuk Judith sendirian. Judith adalah orang yang santai. Dia tidak akan pernah mau mengambil pusing semua masalah yang ada. Bisa membuatnya emosi seperti tadi―Aku sendiri bahkan tidak pernah melihatnya semarah itu.

Dengan berat hati, aku merapatkan kembali pintu kamarnya. Aku berbalik badan dan hendak pergi dari sana. Tiba-tiba Axele mendatangiku dengan raut wajah yang tidak terbaca.

"Apa dia baik-baik saja?" tanyanya.

"Siapa? Judith?"

"Apa ada orang lain selainnya yang tinggal di kamar ini?"

Aku tersenyum, memincingkan mata menyelidikinya. "Aku hanya kaget waktu kamu bertanya soal Judith."

"Kamu cemburu dengan sahabatmu sendiri?" Axele menaikkan salah satu alisnya dan menatapku sembari menyungging senyum.

"Tidak! Hanya saja, Judith pernah cerita kalau kamu yang begitu jahat padanya. Kamu tidak pernah berterima kasih, apalagi menyebut namanya." Aku menatapnya dengan tatapan menghakimi.

"Lalu?" tanyanya tidak peduli.

"Lupakanlah." Aku menghela napas, dan menatapnya malas. Aku heran bagaimana bisa aku jatuh hati pada manusia seperti ini. "Jadi, apa yang membuatmu kemari?" Dilihat dari jawabannya, tidak mungkin Axele hanya datang untuk menanyai kabar Judith.

"Aku mencarimu. Gulungan kabel yang kuminta untuk beli, dimana?"

"Oh, itu ada di mobil hitam yang biasa kamu bawa."

"Kamu membawanya?" Axele tampak terkejut. Pasalnya itu mobil sport yang paling sulit dibawa dari mobil-mobil lainnya.

"Iya. Aku hanya penasaran dengan kecepatan mobil itu sampai kamu begitu mencintainya."

"Aku hanya mencintaimu. Mobil itu hanya favoritku."

Aku hanya menanggapinya ucapannya dengan senyum paksa. Kalau ada papan tulis di sini, mungkin aku akan menuliskan kembali perkataanya dan menggaris bawahi kata 'mencintaimu' dan 'favoritku'. Itu terdengar aneh, aku tidak menyukainya.

"Kamu mau menggunakan kabel gulung itu untuk apa?"

"Untuk mengikatmu."

"Axele." Aku menatapnya tajam. Itu sama sekali bukan bahan bercandaan yang bagus.

"Aku merakit bom," jelasnya lagi.

"Kamu serius?"

"Apa aku masih terlihat bercanda?"

"Tidak. Hanya saja kamu tidak terlihat seperti seorang jenius yang bisa merakit."

"Kalau aku bisa membangun rumah di hatimu, permasalahan bom hanya urusan kecil."

"Apa kamu terbentur sesuatu saat jatuh dari helikopter?" Aku langsung memegang kepalanya dan memeriksa semua sisi. Siapa tahu ada sebuah luka atau benjolan yang bisa membuatnya tiba-tiba mengatakan semua hal aneh.

"Chessy." Dia menahan tanganku yang tengah sibuk mengeksplor kepalanya. "Aku baik-baik saja. Jangan membuatku terlihat seperti orang idiot."

Aku tertawa lebar. "Kamu memang terlihat seperti orang sakit, Axele. Bagaimana bisa mendadak kamu jadi punya mulut yang manis."

"Tidak ada yang mendadak. Aku mencintaimu, dan aku hanya berusaha menghibur." Axele tampak menggantungkan kalimat terakhirnya. "Aku tahu seberapa buruknya aku dalam hal flirting."

Perfect Villains✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang