BAB 12 part 2

1.4K 157 6
                                    

Hi Wellcome Back!
Hope you enjoy my story🖤

🖤HAPPY READING🖤
--------------------------------------------------------

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kantor.

"Masuk," jawab Axele.

Pintu ruangan terbuka, masuk seorang pria dengan rambut kuning terang dan kulit putih bersih. Dia memakai setelan kemeja berwarna biru pastel. Pria itu terlihat terkejut saat menemukan Axele tidak sendirian.

"Apa aku menggangumu, Dude?" Dari logat bicara dan perawakannya, terlihat dia seorang pria blesteran.

"Masuklah, kami baru saja makan. Mau bergabung?"

Pria itu menutup pintu ruangan. " Tidak, terima kasih. Aku sudah makan tadi." Dia menatapku dengan senyuman yang tidak aku mengerti. "Lalu, siapa wanita cantik ini, Xel?"

"Max, ini istriku Kayle. Kayle, ini Maxvelius Macqueen. Dia CEO di sini." Axele memperkenalkan kami berdua.

"Sekaligus satu-satunya teman yang dia punya," tambah Max diselingi tawa kecil. Dia menghampiriku, mengulurkan tangannya dan berjabat tangan denganku. "Salam kenal, Mrs. Archiller. Senang bisa bertemu denganmu."

Aku mengulurkan tanganku dan tersenyum ramah. "Cukup panggil aku Kayle."

Maxvelius tersenyum. Lalu pandangannya beralih pada Axele dan makanannya. "Kamu baru makan siang?"

"Kamu bisa melihatnya dengan matamu sendiri, bukan?"

Max menatap Axele miris, lalu duduk di sofa yang berada di seberang kami. "Sepertinya kamu harus melunakkan sifat kerasnya, Kayle. Kamu juga harus memarahinya, sebelum maag itu membunuhnya."

"Aku tidak yakin dia akan mendengarkanku," jawabku dengan senyum ragu.

"Jika dia menikahimu, aku yakin manusia ini memiliki perasaan khusus untukmu." Max mendekatkan wajahnya ke arahku dan berbisik. "Percayalah, aku hampirnya mengira dia gay karena tidak pernah melirik wanita manapun. Bahkan sekertarisnya sendiri tidak ada ketertarikan lawan jenis."

"Jika tidak ada hal penting lainnya, lebih baik kamu keluar dari kantorku," usir Axele dengan nada ketus, tanpa mengalihkan fokus dari makanannya.

Max menjauhkan wajahnya kembali sembari menghela napas. Dia menatap Axele dengan tatapan menyedihkan. "Aku datang untuk memberikan laporan ini." Max meletakan sebuah binder tebal berwarna biru donker di atas meja.

"Letakan di meja kerjaku. Aku akan memeriksanya setelah makan."

Max meletakan binder itu di meja kerja Axele, lalu kembali duduk di sofa. Kedua tangannya digantung santai di atas sandaran sofa dan salah satu kakinya menumpu di atas kaki lainnya. Dia terus menatap Axele, yang tengah menyantap makan siangnya dengan tenang.

Ruangan begitu hening, hanya terdengar suara embusan angin dari AC. Aku terjebak di dalam suasana canggung ini.

Merasa ada yang terus menatapnya, membuat Axele menghentikan makannya dan menatap Max kesal. "Apa lagi? Kurang banyakkah pekerjaanmu sampai masih duduk santai di sini?"

Max tersenyum dan menatap Axele lekat-lekat. "Aku mendengar sebuah gosip panas hari ini." Max melirikku sekilas dan kembali menatap Axele. "Dan, aku hanya... penasaran."

"Kamu mendengarkan gosip sekarang?" Axele hendak mengambil tabletnya. "Sepertinya pekerjaanmu memang terlalu sedikit."

Max menahan tangan Axele yang tengah memegang tabletnya. Dia tersenyum menampakkan gigi putihnya dan menatap Axele dengan wajah penuh arti.

Perfect Villains✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang