Hi Wellcome Back!
Hope you enjoy my story🖤
🖤HAPPY READING🖤
--------------------------------------------------------Perilaku Max pada Judith, dan bagaimana dia bereaksi, tanpa sadar membuatku mengerutkan dahi. Bahkan Axele menatapku dengan wajah bertanya-tanya. Sepertinya bukan hanya aku yang merasa ada sesuatu di antara mereka.
Max duduk bersandar di salah satu sofa yang ada di ruangan. Walau jarak sofa yang cukup jauh dari tempat kami berdiri, dia terlihat cukup memperhatikan kami dari kejauhan.
"Jadi... bisa kamu jelaskan, bagaiaman itu bekerja?" tanya dokter Matt. "menghapus ingatan orang," tambahnya.
"Lebih tepatnya aku tidak menghapusnya, tapi memanipulasinya. Hm... bagaimana aku harus menjelaskannya." Kepalaku berusaha merangkai kata-kata yang sederhana untuk mereka.
"Cincin yang aku pakai ini," kataku menggantung sembari menunjukkan tanganku. "Ini sebenarnya adalah senjata dari VSA yang sudah di desain dengan frekuensi gelombang tertentu. Cara kerjanya berhubungan dengan gelombang dan metafisika. Konsepnya menghantarkan gelombang elektromagnetik berfrekuensi rendah antara satu pikiran dengan pikiran yang lain. Sederhananya seperti menghipnotisnya, hanya saja cara ini lebih awet."
"Itu artinya siapapun dengan cincin itu bisa melakukan seperti yang kamu lakukan?"
"Tidak. Walau terdengar mudah, semua ini perlua adanya pelatihan dan pemahan dasar psikologis. Bisa dibilang seperti pedang bermata dua. Salah mengucapkan sesuatu, bisa berakibat salah memanipulasi memori, atau bahkan menyebabkan hilang ingatan permanen."
"Kamu masih memiliki senjata dari VSA, apa mereka bisa melacaknya?" tanya Max tiba-tiba.
Aku menatap Judith meminta bantuan. Terus terang posisiku di VSA tidak sekuat itu untuk mengetahui apa rencana VSA. "Cincin itu aman. Aku bisa menjamin itu karena aku sendiri yang memantau proses pembuatannya."
Max membulatkan mulutnya "Jadi... kalian, dua agen dari VSA yang memutuskan memberontak." Dia menganggukan kepalanya pelan. "Menarik."
"Selain itu, ada satu hal yang menganggu kepalaku," kata dokter Matteo. "Foto wanita yang kamu tunjukan tadi, IHP-879 ―"
"Namanya Octavia," kataku membenarkannya.
"Baik, Octavia." Dokter Matt tampak berpikir keras. "Kenapa kalian berdua memiliki karakteristik fisik yang serupa, kecuali..."
"Benar, aku putri keduanya." Ucapanku sontak membuat semua orang yang ada di ruangan terkejut.
"Dia... ada anak lain?" tanya Judith.
"Kayle Dursley, dia anak pertamanya. Kita satu ibu beda ayah. Aku tidak tahu bagaimana kabar Kayle atau Ibu kandungku sekarang, tapi yang pasti ayahku sudah meninggal. Dia dieksekusi mati atas tuduhan pemberontakan. Singkat cerita, VSA tidak tahu kalau Octavia berhasil melahirkan anak kedua yaitu, aku. Jadi pada akhirnya, bunda Friska yang merawatku. Yang mana sebenarnya dia adalah adik ipar ayahku."
Hening, tidak ada yang bersuara. Penjelasanku mungkin membuat mereka kehabisan kata-kata. Baru kali ini mereka mendengar cerita sebodoh itu. Aku yang pernah bekerja di bawah naungan sebuah organisasi, yang mana adalah tempat yang paling dijauhi oleh orang tuaku. Aku sendiri bahkan bingung, apa yang sebenarnya selama ini aku tuju.
Aku berpikir kalau selama ini memiliki kehidupan normal seperti orang pada umumnya. Tumbuh dewasa, bekerja sesuai dengan passion, menikah, memiliki anak. Hidup yang sederhana, tapi nyataya tidak sesederhana itu.
"Tolong katakan sesuatu, atau setidaknya bereaksilah," ucapku lirih diiringi tawa kesal.
Axele kemudian bersuara. "Nama ayahmu. Kamu tahu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Villains✅
RomancePublished : 02/02/2020 ✖ DON'T COPY MY STORY‼✖ Axele Archiller, dia tidak lebih dari seorang pria yang punya masalah dengan EQ tingkat rendah dan untungnya dia terlahir kaya dan tampan. Hanya saja nasibnya kurang beruntung karena harus menikahi seor...