BAB 40

1K 116 21
                                    

Hi Wellcome Back!

Hope you enjoy my story🖤

🖤HAPPY READING🖤
--------------------------------------------------------

Sudut mataku menangkap seseorang yang sedang berdiri di pintu masuk dan menatap ke arahku. Aku terperanjat melihat siapa yang masuk ke dalam.

"Axele," kataku pelan, bahkan hampir tidak terdengar.

Dia berjalan ke arahku dan menatap dengan wajah yang tidak aku pahami. Lebih tepatnya dia melihatku seperti orang asing.

Memangnya apa yang bisa kuharapkan?

Aku menertawakan diriku dalam hati. Dia benar-benar lupa padaku. "Ah, terima kasih sudah datang menolong, tapi bawa ibu itu keluar dari sini lebih dulu. Atap ini―"

Tanpa mendengarkanku, dia tiba-tiba menarik tubuhku mendekat padanya. Salah satu tangannya merangkul dan memegang punggungku, tangan lainnya memegang kakiku. Kemudian dia menggendongku.

"Tunggu, anda harus selamatkan ibu itu. Saya bisa jalan sendiri," kataku cepat.

"Jelas kamu tidak bisa jalan sendiri. Biar aku menggendongmu keluar."

"Atapnya hampir runtuh. Turunkan saya sekarang!"

Dia menghiraukan perkataanku.

"Axele!"

Langkahnya terhenti. Dia menatapku sebentar dan menarik napas panjang.

Aku membalas menatapnya serius. Aku tidak berbohong saat memintanya menurunkanku. Walau aku senang dia peduli padaku, tapi aku tidak bisa membiarkan Lia kehilangan kelurganya lagi karena aku.

"Sebaiknya kalungkan tanganmu dan jangan banyak bergerak, Chessy. Kamu prioritasku saat ini."

Dia menyebut namaku. "Ka— kamu tahu namaku?"

"Ya," jawabnya. "Bukankah tadi Judith memanggilmu dengan nama itu? Apa aku salah?"

"Ah, tidak." Aku tersenyum miris. Sekarang aku merasa seperti pembuluh darah di jantungku tersumbat dan membuatku sesak napas dan kesakitan. Saking sakitnya aku ingin berteriak dan menangis.

Tiba-tiba aku mendengar suara kayu yang patah dan beberapa barang saling bertumbukkan. Atap itu tidak bisa menahannya lebih lama. "Axele cepat turunkan aku di sini. Aku sudah aman sekarang, cepat selamatkan ibu itu."

"Tidak, kamu harus jauh dari reruntuhan."

"Axele! Bisakah kamu mendengarkanku untuk sekali saja?!" teriakku.

"Tidak," jawabnya cepat dan jelas. "Jika itu membuatmu dalam bahaya, maka aku menolak opsi lain yang kamu berikan."

Axele menggendongku sampai ke tempat Judith. Dia menurunkanku dan berjalan kembali ke arah rumah itu. Tiba-tiba suara runtuhan terdengar keras dan aku bisa melihat runtuhan yang berada sepuluh meter di depanku itu ambruk ke bawah. Axele yang baru berjalan dua langkah, berhenti dan berbalik menatapku.

Aku menatap runtuhan itu dan Axele bergantian. "Semua karenamu! Wanita itu mati karena kamu tidak mau mendengarkanku!"

"Chessy, cukup!" Judith menatapku dengan tatapan kesal. "Dia menyelamatkanmu, bodoh!"

Aku menatap Axele nanar, lalu berdiri dengan salah satu tangan memegang pinggangku. Aku menahan sakit untuk bisa berjalan ke arahnya. Belum sempat sampai di depannya tiba-tiba aku kakiku lemas, dan jatuh ke tanah.

Axele langsung menghampiriku dan menangkapku. Dia menahan pundakku, dan membantuku untuk berdiri.

"Kenapa kamu masih peduli?" Dia menatapku tanpa mengatakan apapun. "Jawab Axele!"

Perfect Villains✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang