BAB 59

891 81 6
                                    

Hi Wellcome Back!

Hope you enjoy my story🖤

Di baca sampai habis yaaa....

🖤HAPPY READING🖤

--------------------------------------------------------

Keluar seorang wanita pakaian serba hitam dari rimbunan pohon. Dia membuka penutup kepalanya dan memperlihatkan wajahnya.

"Apa aku berhalusinasi?" Lia membulatkan matanya tidak percaya.

Semua orang tampak terkejut dengan yang mereka lihat. Embusan angin kencang di tengah teriknya matahari membuat mereka semua panas dingin.

"Ka-kamu, bukankah seharusnya―" Wajah Elphizo memucat.

"Mati?" tebak wanita itu cepat. Di wajahnya terukir senyum tipis yang perlahan mengembang. "Kenapa? Kamu ketakutan sekarang?"

"Jika kamu masih hidup, lalu siapa orang yang melakukan operasi itu?"

"Siapa lagi kalau bukan orang lain, yang pastinya bukan seorang IHP." Wanita itu menahan senyum dan melirik jahil ke arah Matteo. "Dokter Matt, apa kamu bisa membantu Elphizo menjawab pertanyaannya? Kira –kira apa yang akan terjadi jika jantung manusia yang diimplan ke tubuh IHP?"

Matteo terlihat tersentak akibat pertanyaan yang dilontarkan Chessy. "IHP itu akan mati dalam beberapa jam."

"Ups, bukankah itu sangat bahaya?" Chessy memasang mimik muka khawatir.

"Kamu... beraninya kamu memper―"

"Apa kamu pikir hanya kamu yang bisa membuat rencana terselubung? Jangan lupa, aku juga pernah menjadi seorang agen dan kamu sendiri yang bilang bahwa IHP unggul sepertiku harusnya bisa mengalahkanmu, benar?"

Chessy tersenyum dan melangkah mendekat ke arah Elphizo. "Coba aku lihat." Chessy melirik arloji tangannya. "Kalau tidak salah hitung sudah tujuh jam setelah proses pemindahan jantung. Mungkin kamu masih ada dua jam untuk melakukan operasi ulang."

Tiba – tiba Elphizo terbatuk – batuk. Perlahan suara batuknya terdengar kasar dan terakhir dia memuntahkan darah dari mulutnya.

"Ups, aku tidak jago dalam matematika." Chessy melipat kedua tangannya dan menatap Elphizo dengan senyum tajam. Tidak lama Judith datang dari arah gerbang masuk area pemakaman.

Elphizo tersenyum miris. "Hah! Aku mengerti sekarang. Kalian berdua sudah merencanakan ini sejak awal."

"Anggap saja itu balasan karena sudah menipuku. Bisakah kamu bayangkan bagaimana jika aku benar-benar berkencan dengan pamanku sendiri, yang bahkan hampir setua kakekku?"

Di saat bersamaan Elphizo ambruk ke tanah dan muntah darah. "Terima kasih untuk saranmu, aku memang harus hidup untuk memastikan kamu mendapat balasan yang setimpal." Saat itu juga napas Elphizo terhenti. Chessy berdiri dan menatap semua orang yang ada di sana. Matanya terhenti pada Axele, tanpa dia sadari kakinya sudah melangkah ke arah Axele.

Tanpa mengatakan apapun, Chessy menunduk dan memeluk Axele yang terduduk di kursi roda.

"Maaf, aku benar-benar minta maaf. Aku―" lirih Chessy.

"Sssh...yang terpenting kamu baik-baik saja." Axele membelai rambut Chessy pelan.

"Jadi... bisakah kalian jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" Pertanyaan Max membuat Chessy melepaskan pelukanya.

♠ ♠ ♠ ♠ ♠

"Ayo pulang," ajak Axele.

"Aku akan menyusulmu."

Axele menjawabku dengan anggukan. Dikecup lembut puncak kepalaku. Kemudian, dia pergi meninggalkanku yang masih berdiri menatap ke arah makam Judith.

Selang beberapa detik, suara pijakan seseorang diatas rerumputan terdengar. Suara langkah kaki terdengar jelas sedang mendekat ke arahku. Langkah itu berhenti tepat di sampingku. Aku melirik untuk melihat siapa yang datang. Seorang pria yang memakai jaket hitam dengan topi yang menutupi wajahnya.

"Kamu datang untuk menemuinya juga?" tanyaku tanpa memalingkan wajah dari makam Judith.

"Ya," jawabnya singkat.

Aku menatapnya penasaran. "Kamu... kerabatnya?"

Pria itu mengalihkan pandangannya dari makan Judith dan menatapku. Dia berbicara tanpa suara.

Dia adalah aku, kata pria itu tanpa suara.

Chessy menatap tidak percaya ketika berusaha membaca gerak mulut pria itu. "Jud―"

"Jangan sebut nama itu," potongnya cepat.

"Kamu benar – benar masih hidup?" tanya Chessy dengan mata berbinar-binar.

"Iya," kata Judith dengan suara pelan.

"Bagaimana bisa?"

"Karena memang sejak awal aku tidak dibunuh― Tunggu, aku tidak punya waktu untuk menjelaskannya. Intinya ini hanya sebuah penawaran dari Papa untuk kembali ke VSA dan membocorkan rencana kalian."

"Dan kamu melakukannya?"

"Aku tidak punya pilihan lain. Kerabatku mereka jadikan tawanan."

"Nomor tidak di kenal itu? Kamu juga yang mengirim pesan rahasia ke ponselku?"

"Iya, aku punya rencana. Yang penting adalah aku butuh kerja samamu dan Matteo, lalu ingat untuk berhati – hati dengan Elphizo. Dia adalah pemimpin VSA yang sebenarnya. Papa adalah dia."

"Apa? Sebentar, tidak bisakah kamu ceritakan semuanya?"

"Aku tidak punya waktu. Akan bahaya jika petugas keamanan di VSA sadar kalau aku hilang dari ruang isolasi."

"Kamu diisolasi?"

"Fokus Chessy! Dengar baik- baik, begini rencananya―"



TBC.

Jangan lupa Vote dan Comment untuk support yaa, agar author makin semangat bikin ceritanya❤

Hope you enjoy this story(*^3^)/~♡

Nite all 😴😘✨

See you soon guys.

🖤THANKYOU🖤

Perfect Villains✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang