Hari ini, hari kepulangan Ricky ke Jakarta. Tapi dia memintaku mengantarnya kesebuah outlet dan memilihkan baju untuknya.
Kupikir Ricky sangat kejam, dia seperti sengaja membiarkanku masuk lebih dalam dihidupnya, tapi selamanya aku hanyalah seorang tamu yang tak bisa menetap. Dan tentu akulah si bodoh, yang tak punya kekuatan untuk menolak. Aku terus saja berjalan kearahnya. Meski semak belukar berduri yang harus kulewati.
Kupilihkan kemeja putih berlengan panjang. Celana berwana coklat kupasangkan dengannya. Bahkan aku menunggu di luar fitting room, persis bagai pasangan yang baru menikah. Tak lama Ricky keluar "Ra gimana? Oke gak ?!" Tanya Ricky mencoba baju yang kupilihkan. Aku jawab diujung lorong "Okee " sambil ku acungkan jempol ku.
Dalam hatiku, apakah Ricky akan selalu ingat aku setiap memakai baju itu? Aku akan bahagia jika jawabannya adalah iya.Karena bosan menunggu di pintu kamar pas, aku berjalan melihat-lihat sekitar. Lalu tak berapa lama, kulihat Ricky keluar dari sana, dengan muka kebingungan, matanya menyapu sekitar. Kulambaikan tanganku, tapi dia tak melihatnya. Terlihat sekali jika dia sedang cemas. Aku berjalan kearahnya. Tapi handphoneku tiba-tiba berbunyi.
Itu Ricky, Ricky yang meneleponku. Seketika aku tersadar, jika cemas dan bingung diwajah Ricky itu untukku. Langkahku terhenti, ingin kunikmati dulu pemandangan ini. Ketika Ricky begitu gelisah ketika tak menemukanku di tempat aku tadi terduduk. Lalu bagaimana dengan aku? Aku yang kini tak menemukanmu lagi dihari-hariku.
*
*
Sore harinya aku mengantarnya ke travel. Untuk yang kedua kalinya aku terpaksa melepas dia pergi. Pikiran dan hatiku berada ditempat berbeda.
Kusandarkan kepalaku diatas bahunya. Aku senang dia tak keberatan. Sekali lagi, orang takan percaya, bahwa kami adalah dua orang yang sedang terluka hatinya. Oh tidak! Maksudku, aku satu-satunya yang terluka, dan ku sandarkan tubuhku pada yang telah melukaiku.Aku masih bingung, apa yang harus kuucapkan sebagai salam perpisahan?
"selamat tinggal" atau "sampai bertemu lagi".Mengapa selalu ada kontradiksi jika denganmu? Otakku berkata "sudahi ini, jangan sampai terperangkap kenikmatan semu, kau hanya sedang memelihara luka!" . Ditempat lain didalam hatiku, "Tak apa sakit, tahanlah!! Kamu kuat!! Bukankah lebih tersiksa jika tak bersamanya ?!"
"Ricky, aku pulang yaah.." kataku pada Ricky, entah kenapa aku ingin jadi yang meninggalkan hari itu. Aku tak mau melihatnya berlalu, lalu aku disini terpaku melihat kepergiannya.
"Lho kok pulang sih? Keberangkatanku kan masih 30menit lagi, aku BT nanti nunggu sendirian!"Ricky si lelaki sedingin es ini, bahkan tak mau duduk sendirian. Aku ini hanya sebuah pajangan agar dia tak kikuk menunggu seorang diri. Bukan karena dia masih ingin bersamaku lebih lama, bukan! Karena meski aku disampingnya yang dia ajak bicara adalah layar handphonenya. Didalam sana ada kawan-kawannya, mungkin juga ada kekasih barunya.
Aku yang terduduk didepanya, hanya bisa melihatnya asik dengan dunianya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sex Partner | COMPLETE (21+)
General FictionRara, seorang single parent yang baru saja berpisah dengan kekasih barunya . Tapi ada yang tak bisa membuat mereka benar-benar terpisah . Antara cinta dan sex . Bisakah Rara terlepas dari belenggu sex bebas ?