Cahaya malam utuh

12.5K 256 24
                                    

Rasanya terlalu malu untukku membuka mata pagi ini. Aku sudah terbangun daritadi, namun kupaksakan mata ini agar terus terpejam. Sembari memikirkan apa yang harus kulakukan mulai hari ini di depan Julian. Haruskah aku bertingkah seperti tak terjadi apa-apa semalam? Berpura malu-malu? Atau berlagak marah karena dia tiba-tiba menciumku hingga aku tak berdaya? Tapi kenyataanya aku tak menolak dan malah menikmatinya, bahkan hingga tak sadar seluruh pakaianku telah berada dilantai.

Dan kenapa aku melanjutkan tidur dikamarnya? Kenapa tak tidur dikamarku saja semalam? Malah menambah perasaan kikuk pagi ini.

Ketika aku membalikan badanku kearah berlawanan, bisa kurasakan jika Julian ada disampingku. Hangat nafasnya terasa diwajahku dengan mata yang masih kupaksa terpejam. Kuberanikan diri membukanya perlahan. Sial !! Julian sudah bangun, dia sedang tersenyum memandangiku. Kutarik selimutku, kubenamkan wajahku dibaliknya.

"Pagi Ra !" Sapa Julian lembut.
"Pagi !" Jawabku dari balik selimut.
"Mau kopi dulu atau membahas tentang semalam ?" Goda Julian padaku.
"Coba aja kalo berani bahas, aku timpuk bantal ya kamu!" Sahutku.
"Hahaha oke okee, kopi dulu deh kalo gitu. Ohiya, bi Sari sudah ku suruh tak usah datang hari ini" Julian memberitahuku.
"Lho kenapa?" Tanyaku, sambil mengintip dibalik selimut.
"Aku gak mau dia kaget aja, kamu keluar dari kamarku dengan rambut berantakan" Julian menggodaku lagi.

Dia berjalan menuju kedapur. Entah kapan dia mengganti bajunya. Dia kini memakai kaos hitam berlengan pendek dan celana bergaris warna navy yang memperlihatkan pahanya yang mulus.
*
*
Kami duduk dimeja makan tempat kami bercinta semalam. Menikmati kopi pagi dan beberapa helai roti yang Julian buat untukku. Sesekali kulihat Julian disebrangku tersenyum kecil, entah apa yang dia pikirkan, namun tiba-tiba saja aku malu karenanya.

"Kita mau kemana kak sekarang? Pulang ?!" Tanyaku
"Jangan pulang dulu lah, kita jalan-jalan dulu selagi disini" ajak Julian padaku.
"Okee deh .."
Lalu kami bersiap-siap, lebih pagi lebih baik, jadi semakin banyak waktu kami untuk berjalan-jalan dikota kelahiran Julian. Sukabumi.
*
*
Julian mengajakku ke sebuah pantai, lumayan banyak pengunjung disini. Mungkin karena ini hari Minggu. Ombak menyapa pasir dengan keras. Angin bertiup cukup kencang. Di sekeliling banyak keluarga yang sedang menikmati waktu libur mereka. Tawa lepas bahagia hadir disana.

"Kamu tunggu disini ya Ra, aku mau beli minuman dulu!"
"Aku ikut aja deh kak!" Kataku.
"Jangan Ra, kamu disini saja jagain tas  dan sandalku!" Canda Julian.
Tapi sepertinya bukan, karena memang kenyataanya aku terduduk di pasir pantai dengan tas dan sandal Julian.

Anehnya, deburan ombak yang memecah karang, langit biru cerah namun terik, butir-butir pasir yang panas terpanggang matahari ini, justru mengingatkan ku pada yang lain. Padanya yang entah kini dimana.  Apakah langit ini juga yang sedang dia pandangi?.

Mengapa dia bahkan sanggup menyelinap kedalam pikiranku disaat seperti ini? Di hiruk pikuk pantai yang ramai, di panas terik mentari yang mulai menghanguskan kulitku, bahkan di sepoi-sepoi angin pesisir yang meniup helai-helai rambutku.

Kulihat Julian berjalan kearahku dengan dua botol minuman ditangannya. Dia tampan dari jauh, ah dilihat dari manapun dia memang tampan. Tak hanya rupanya, namun juga hatinya. Julian bagai tercipta dari cahaya malam yang utuh dan penuh. Sangat indah dan menenangkan. Namun malam selalu menghadirkan kerinduan, sayangnya kerinduan itu masih bukan miliknya.

My Sex Partner | COMPLETE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang