Rara si Jalang

14K 230 13
                                    

Sejak malam itu, tak ada kabar lagi darinya. Sepertinya dia kembali ke Jakarta. Aneh, sejujurnya didalam hatiku yang terdalam, aku berharap dia masih disini, menungguku. Tapi ada lega juga disana, paling tidak aku tidak harus sekuat tenaga menghindarinya lagi, sungguh aku amatir untuk hal itu.

Bukan, bukan karena aku tak lagi menyayanginya. Rasa rinduku pada Ricky aku telan setiap malam. Namun aku sedang mencoba menerima sayang yang sama besar seperti yang kuberi pada Ricky. Meski bukan darinya, meski dari pria lain.
*
*
Kamis sore dengan rinai hujan. Kunikmati tarian air langit jatuh setitik demi setitik di balik kaca mobilku. Diluar, hiruk pikuk kendaraan dan manusia-manusia yang bergegas mencari tempat berteduh.

Kuraih handphoneku ketika tiba dilampu merah. Sekedar mengusir bosan diperjalanan yang lumayan jauh dari kantor menuju rumahku.

Tak seperti aku biasanya, aku buka status whatsapp dikontakku. Sekedar ingin tau, apa yang mereka lakukan dikala huja seperti ini.

Sarah, rekan kantorku memposting satu loyang brownies coklat dengan caption "its yumeeyy". "Dasar tukang makan" gumamku. Lalu Oky yang memposting dirinya sedang berteduh disebuah warung kopi kecil pinggir jalan dengan caption "terjebak hujan".
Lalu Ricky, memposting secangkir kopi dan sebungkus roko dengan caption "Bandung dingin"

Hah? Apa?? Kamu masih di Bandung? Ini adalah hari ke tiga setelah aku berbohong padanya jika aku sedang bertugas diluar kota. Jangan bercanda.

Seketika dadaku terasa panas, debar jantungku tak ada di irama biasanya, dia kini lebih cepat. Namun bunyi klakson mobil dibelakangku, memecah keherananku pada apa yang baru saja kulihat.

"Gak mungkin Ra, gak mungkin dia masih disini, mustahil dia masih menunggumu" ucapku pada diriku sendiri.

Rasa penasaran mengalahkan kewarasanku sekali lagi. Ku telepon Ricky saat itu juga.

"Hallo .." ucapku
"Hai Ra, akhirnya kamu nelepon aku juga, gimana kerjaan kamu? Kamu masih diluar kota?" Tanya Ricky. Tak kujawab pertanyaanya, dan malah balik memberinya pertanyaan.
"Kamu dimana? Kamu gak lagi diBandung kan?" Tanyaku.
"Aku di Bandunglah, aku kan nunggu kamu pulang, kamu udah pulang?" Jawab dan tanyanya bersamaan.
Aku terdiam tak percaya. Bisa-bisanya lelaki satu ini, selalu saja bertindak semaunya. Tanpa tau jika sekecil apapun tindakannya, sangat berpengaruh untuk hari-hariku. Hatiku sudah hampir goyah lagi.
"Hallo Ra, kok diem ?!"
"Eehh Gak apa-apa, kamu selama 4 hari di Bandung ngapain aja? Kenapa gak pulang aja sih ke Jakarta? Kenapa malah nunggu aku? Kamu kan gak tau kapan aku pulang ! Terus kenapa kamu gak ngabarin aku??" Tanyaku.
"Iyaa maaf maaf, aku gak mau ganggu kerjaan kamu, kalo aku ganggu-ganggu terus kapan kamu pulangnya kan?"
"Pulang donk Ra, aku bosen setengah mati nih Ra, seharian aku diem dikamar hotel nih Ra, aku liat-liat di IG tempat- tempat bagus disini, tapi aku mau perginya sama kamu Ra hehe"

Habis semua kata-kataku, entah respon apa yang harus kuberi. Sungguh aku benci dia yang seperti ini. Aku benci pada dia yang selalu membuatku goyah. Membayangkan dia sendiri dan kesepian sungguh membuatku gila.

"Aku udah pulang, kamu dimana?" Akhirnya aku kalah sekali lagi padanya. Yaa benar, aku masih Rara si jalang. Baru kemarin aku berjanji untuk menerima Julian dan melupakan Ricky. Bahkan bibirku masih basah dengan ikrar yang kuucapkan pada diri sendiri. Aku bahkan kini kehilangan muka pada semesta yang menjadi saksi.

"Kamu udah pulang Ra? Akhirnyaaa, aku shareloc lokasi aku yaa Ra, cant wait to see you Ra"

Lalu kututup telepon Ricky.

My Sex Partner | COMPLETE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang