Julian House

15.6K 273 8
                                    

"Bangun dong Ra !" Terdengar suara Julian yang maskulin disebrang telepon.
"Aku udah bangun kok, cuman masih betah diatas tempat tidur" jawabku dengan suara masih serak.
"Nanti sore aku jemput ya Ra !" Ajak Julian.
"Mau kemana emang?" Tanyaku.
"Kerumahku " katanya.
"Hmmm, jangan jemput di kantorlah, di mini market sebelah kantor aku aja yaa !" Pintaku, mengingat Ryan yang mungkin saja akan melihatku dijemput pria lain, aku hanya tak mau dia salah paham padaku dan Julian.

Saling berkunjung kerumah sering aku dan Julian lakukan sejak lama, sebelum aku bersama Ricky.

Kami lebih senang diam dirumah, mengolah makanan, mendengarkan musik dan menceritakan cerita-cerita lucu.

"Oke Ra !" Jawab Julian tanpa banyak  bertanya.
*
*
Selepas jam kantor, aku bergegas menuju tempat yang sudah aku sepakati bersama Julian. Secepat kilat aku berlari keluar dari kantorku. Aku masih tak punya nyali bertatap muka dengan Ryan. Seharian ini sekuat tenaga aku menghindarinya. Beberapa kali aku melihatnya dari kejauhan, Ryan masih sama. Dia tetap lelaki mempesona dengan sejuta kharisma.
*
*
Butuh waktu 1 jam untuk sampai dirumah Julian. Berada dipinggiran kota, berhawa cukup dingin dan sepi.

Julian tinggal seorang diri dirumah yang dia beli dari hasil kerja kerasnya 6thn lalu. Rumahnya sangat bersih dan rapi. He is a husband material.

"Kamu mau minum apa Ra? Kopi?" Tawar Julian padaku.
"Boleh deh kopi" jawabku.

Tak berapa lama kopi dengan asap mengepul diatasnya telah berada dihadapanku.

"Makasih yaa " kataku
"Oke, sekarang ayo cerita, aku sudah siap dengar !" Tiba-tiba saja Julian memintaku bercerita padanya.
"Cerita apa ?" Tanyaku.
"Semua ! Semua yang kamu alami ketika tak bersamaku, tentang hari-harimu, tentang Ricky misalnya, jangan berpura-pura didepanku Ra, aku tau kamu sedang tidak baik-baik saja. Aku mungkin bukan teman berbagi perasaan denganmu, tapi berjanjilah untuk datang padaku kapanpun kamu terluka, paling tidak jadikan aku teman berbagi kesedihanmu Ra" kalimat yang keluar dari bibir merahnya yang terlihat sangat manis.

Entah kenapa, hanya air mata yang mengalir deras tanpa henti didepan Julian. Dia mendekat dan meraih tanganku.

Segala sesak dan pengap selama ini, menguap ketika Julian disebelahku. Dia biarkan pundaknya menjadi tempatku berair mata.

Betapa menyedihkan, aku masih saja merindukan sang pemberi luka, padahal ada yang lain yang seharusnya ku beri kesempatan. Salah satunya Julian.

My Sex Partner | COMPLETE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang