Cafe ini tak terlalu besar, berada di deretan ruko-ruko di pinggiran kota. Namun tempatnya sangat nyaman dan cozy. Bernuansa forest yang sejuk.
Kami memilih sofa di paling pojok. Seperti biasa, kami selalu bersebrangan ketika duduk di sebuah tempat makan.
Kulihat sekeliling, Julian ada di setiap sudut ruangan cafe ini. Ya, ini adalah tempat favorit Julian. Hampir setiap janji bertemu, selalu tempat ini yang menjadi tujuan.
Aku memang jahat, tapi tak sejahat ya yang kalian pikirkan. Sungguh, kini dadaku terasa sesak memikirkannya. Padahal ada Ricky di hadapanku. Dan aku yakin, aku sangat mencintainya. Hanya dia.
Ini memang aneh, semua kadang terlalu kacau. Saat bersama Julian aku merindukan Ricky. Namun ketika bersama Ricky, seringnya rasa bersalah menyergap rongga pernafasanku hingga sesak.
*
*
"Boleh gak aku pulang duluan?" Tiba-tiba saja pertanyaan itu terlontar entah darimana asalnya.
"Hah? Kenapa pulang?" Tanya Ricky yang juga heran dengan ucapanku.
"Gak apa-apa sih, aku cuma ingin sekali-kali jadi orang yang meninggalkan, setiap kamu kesini selalu aku yang terpaksa melihat mobil yang kamu tumpangi pergi dan menghilang diujung jalan" pernyataan dariku ini malah jauh lebih aneh. Ricky hanya terdiam, wajahnya berubah murung seketika.
Wajah yang membuatku tak tahan, aku benar-benar tak bisa melihatnya bersedih, hatiku tiba-tiba bagai dicubit dan sakit.
"Boong denk hahaa" kataku membatalkan niatku.
"Aku pikir kamu benar-benar akan meninggalkanku sendiri Ra, please jangan !" Jawab Ricky.
"Hah?" Aku merasa kalimatnya benar-benar ambigu.
*
*
Tak cukup disitu,Ricky mengajakku ke sebuah resto ala Korea tak jauh dari cafe tempat kami makan barusan.
"Gak salah yah? Kita baru saja makan dan kamu ajak makan lagi?"
"Tadi kan sarapan, sekarang kan udah masuk jam makan siang Ra !" Jawab Ricky sambil cengengesan.Kami memesan paket daging panggang, aku tak ikut makan, perutku sudah hampir meledak. Aku kagum dengan kemampuan Ricky untuk makan. Meski kini kecepatan makannya lebih lambat dari tadi pagi. Tapi dia berhasil melahap habis seluruh makanannya.
*
*
Selesai makan, kami duduk diluar resto. Ricky sedang memesan ojek online untuk mengantarnya ke travel. Aku sudah menawarinya tumpangan namun dia menolak. Alasannya karena tak searah dengan rumahku."Ada gak?" Tanyaku.
"Belom nih, gangguan kayanya" jawab Ricky.
"Masa sih? Disini banyak kok ojek online.
Hampir 30 menit kami menunggu, padahal jika Ricky menerima tawaranku, mungkin kami sudah sampai ke travel sejak tadi."Nah itu dia ojek kamu datang Ky"
"Ohh iya betul, aku pulang dulu ya Ra, sampai ketemu lagi Ra" Pamitnya padaku, bergegas menaiki motor, lalu melambaikan tangannya dan melemparkan senyuman manis favoritku.Apa? Sampai ketemu lagi? Kamu masih ada niat bertemu denganku lagi? Kenapa tak kau nikahi saja aku? Mengapa kau biarkan aku luntang lantung dengan perasaanku sendiri?
Jika mau masuk ke hatiku, masuklah ! Dengan senang hati akan kusambut kau dengan gegap gempita.
Namun jika ingin pergi, pergilah tanpa menoleh padaku lagi. Jangan hiraukan aku yang menangis dan terluka. Aku akan sembuh seiring waktu.
Tapi, jangan berdiri ditengah-tengah pintu hatiku. Membuat Julian kesulitan untuk masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sex Partner | COMPLETE (21+)
General FictionRara, seorang single parent yang baru saja berpisah dengan kekasih barunya . Tapi ada yang tak bisa membuat mereka benar-benar terpisah . Antara cinta dan sex . Bisakah Rara terlepas dari belenggu sex bebas ?