Braga Street

10.3K 213 2
                                    

Dia masih tertidur pulas. Tidur kami dimulai pukul 3 pagi. Lampu kamar telah padam sejak tengah malam. Namun belum habis cerita yang ingin kami bagi satu sama lain. Tertawa untuk hal-hal yang bahkan tak lucu. Apapun tentangnya selalu menarik, entah.

Ricky adalah sebuah samudra yang luas. Kedalamannya adalah sebuah misteri. Riuh deburannya tak selalu lembut menyapa pantai, terkadang ia juga keras menghantam karang. Meski sangat panas, tapi sepoy-sepoy anginnya bahkan bisa menghadirkan kantuk. Dan rasa rindu akan seketika datang sesaat setelah birunya tak terlihat lagi oleh pandangan.
*
*
Kecupan di pipi kiri berkali-kali,sebagai ucapan selamat pagi dariku untuknya.
"Aku ke kantor dulu yaa " bisikku di telinganya.
"Hmm hati-hati yaa" sahutnya dengan mata terpejam.
Kutarik selimut menutupi seluruh tubuhnya yang masih tak berbusana. Sebelum ku buka pintu kamar hotel, ku pandangi sekali lagi Ricky yang akan melanjutkan tidurnya. Masih ingin terbenam dibalik selimut bersamanya, tapi aku masih harus bekerja hari ini.
*
*
Kulihat jam berkali-kali. Waktu seakan dua kali lebih panjang dari biasanya. Tak sabar untuk pulang, ke tempat dimana Ricky sedang menungguku sendiri.

Akhirnya jam kerja usai. Secepatnya aku bergegas membereskan meja kerjaku.
"Ra mau ikut gak? Kita mau makan bareng dulu nih" ajak Oky.
"Duh aku udah ada janji nih" tolakku halus.
"Cieee, sama cowo ganteng itu ya Ra?" Goda Oky membuatku tersadar jika Julian tak menghubungiku sejak kemarin. Ah baguslah, aku sedang kehabisan ide untuk berbohong, jika tiba-tiba Julian bertanya "kamu sedang apa Ra?".
*
*
Sesampai dia hotel, Ricky masih tertidur. Kali ini dengan baju lengkap dan rapi. Sepertinya dia kembali tidur selepas mandi, menonton Tv hingga kembali pulas.
*
*
"Kita gak jadi pergi nih?" Tanyaku sambil memeluknya. Kurebahkan wajahku diatas dadanya.
"Jadilah, aku udah mandi nih" jawabnya.
"Ayolah bangun !" Ajakku.

Lalu kami bergegas menuju tempat yang ingin sekali dia singgahi. Braga street. Aku tak pernah sesemangat ini pergi kesana. Karena kali ini aku pergi bersama Ricky, kini sekedar berjalan sore disana terasa sangat menyenangkan.

Kami mulai dengan makan nasi goreng disebuah gang. Penjualnya sepasang lansia yang sangat romantis. Bagaimana tidak, mereka bekerjasama mencetak pundi rupiah berdua, bahkan hingga usia senja. Saling berbagi beban hidup. Menjadi penopang satu sama lain.

"Ra fotoin donk, gokil tempat ini jadul banget yaa, keren nih kayanya kalo foto disini"
"Tumben banget kamu minta foto, biasanya aku suruh juga gak mau" tanyaku heran.
"Ya gak apa-apa, kan bagus tempatnya Ra"

Kuambil beberapa foto Ricky menggunakan handphoneku, sambil sedikit gemas dengan tingkah Ricky yang tak biasa. Bagai menemukan sisi lain dari Ricky yang baru kulihat sore itu.

Selesai makan, kami berjalan santai menikmati gedung-gedung tua yang cantik disepanjang jalan. Bar, coffe shop sudah mulai menerima pelanggan. Semakin sore, semakin ramai orang berlalu lalang.

"Ky mau aku fotoin lagi gak disini? Bagus nih spot fotonya" biasanya sih Ricky menolak, tapi kali ini dia sangat bersemangat.
"Boleh Ra !" Jawabnya.

Entah berapa puluh foto yang kuabadikan dihandphoneku. Aku senang, akhirnya tak harus diam-diam mencuri foto ketika dia tertidur pagi hari.
*
*
Hari berganti malam. Jalan semakin penuh dengan anak-anak usia tanggung. Malam minggu adalah waktu untuk pasangan-pasangan muda bertemu melepas rindu. Meski kami bukan sepasang kekasih lagi, dan juga tak berada diusia mereka namun, tapi kami juga sedang mengobati rindu masing-masing.

My Sex Partner | COMPLETE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang