Psikolog

26.3K 338 6
                                    

Aku masuk kedalam sebuah caffe dengan nuansa tropis yang hommy. Sengaja kupilih tempat yang nyaman dan tenang. Hari ini aku ada janji bertemu kawan lamaku semasa SMA. Anna namanya. Sepanjang perjalanan hidup, dia adalah teman terjujur yang pernah kukenal. Sangat asik diajak bercerita. Meskipun kita harus bersiap-siap mendengar perkataanya yang kadang sangat sadis tapi fakta. Lonte, anjing, babi adalah panggilan sayangnya kepada siapapun lawan bicaranya. Tapi paling tidak dia itu psikolog, meskipun kata-kata nya kasar, namun disertai ilmu yang dia pelajari semasa kuliah. 15thn berteman,aku sudah sangat kebal jika tiba-tiba dia memanggilku "Iblis kau yah !"
*
*
"Sorry sorry gue telat yah ?" Anna yang terhuyung-huyung menuju kemejaku lalu duduk tepat di hadapanku.
"Aku juga baru datang kok!" Jawabku.
"Gimana gimana? Ada cerita apa?" Tanya nya to the point.
"Minum dulu kali Nna !"
Tapi karena akupun sudah tak sabar mendengar pendapatnya tentang Ricky. Aku bercerita panjang lebar. Dari mulai awal pertemuan, perpisahan yang pahit, dan hubungan kami yang aneh saat ini.

"Heh lonte, babi kau yah, anak bujang kau goda-godain!"
Sumpah serapah yang kudengar pertama darinya hari itu.
"Dengan semua yang terjadi lu masih nanya dia sayang atau enggak sama lu? Bego amat sih jadi cewek! Lu pikir deh, lelaki tuh makhluk anti ribet. Perkara mau ngewita doank ngapain datang kesini? Emangnya kesini gak pake duit?! Dengan duit yang dia keluarkan setiap nemuin Lo, udah cukup kok buat dia sewa lonte!"

Jawaban Anna sama percis dengan jawaban Ricky kemarin. Aku mengerti maksudnya, hanya saja aku hanya mau jawaban simpel seperti Ricky masih menyayangiku, bukan hanya tentang sex, tapi juga kerinduan.

"Masih inget kan gue pernah bilang, lelaki itu adalah makhluk yang sangat mempesona diawal, lalu dia akan berubah biadab, semakin biadab, nanti ditengah-tengah dia akan bertaubat, tapi berubah biadab lagi"
Aku tertawa mendengar semua yang Anna ucapkan.

Dengan segala keliaran hubungan ku dengan Ricky, mungkin dia satu-satunya yang mengerti dan menganggap itu wajar.

"Heh cun, ngesex itu kebutuhan biologis semua orang dewasa. Gue gak mau ikut campur kalo masalah itu. Itu hak lo! Tapi kalo lu nanya cowo lu masih sayang atau nggak, gue akan jawab, masihlah gila lu! Kalo nggak ngapain dia dateng kesini cuman buat ngesex? Pasti ada rasa kangen juga disana. Cuman tau sendirilah laki itu sifat egosinya satu kebon, dan kita wanita itu terlahir pemaaf. Lagian lo kalo masih pacaran sama dia mau sampai mana? Kalian kan beda agama, mungkin itu yang menjadikan dia gak meminta balikan,  tapi juga belom bisa sepenuhnya lepasin Lo! "

Aku hanya mengangguk-ngangguk pertanda setuju dengan analisa Anna tentang Ricky.

"Kalo Lo emang nyaman dengan hubungan seperti ini, ya jalanin aja. As long as you happy. Tapi kalo Lo udah ngerasa gak nyaman, jangan pernah takut dan menunda untuk menolak. Lu udah sama- sama tua lah, tau kan setiap resiko dari perbuatan Lo?!"
Perkataan Anna dari awal sampai akhir benar-benar membuat aku mendapat sedikit pencerahan.

Dia tidak menjugde perbuatanku, tapi juga tidak membenarkannya. Dia hanya mau aku ikuti hati dan pikiran aku. Lakukan apapun yang aku suka, tapi harus siap dengan segala resikonya.

"Emang kehidupan sex bebas itu mengasikan" candaanya memecahkan tawa kami berdua.

My Sex Partner | COMPLETE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang