Julian's hometown

11K 228 0
                                    

Menjatuhkan hatiku pada Julian. Itu bukan hal yang sulit, jika Ricky tak terus menerus datang lalu pergi sesuka hatinya. Dia datang ketika rindu mencekiknya, namun pergi saat merasa dia akan baik-baik saja tanpaku.

Julian lelaki tampan nan rupawan. Semua syarat menjadi pasangan yang ideal ada padanya. Perhatian, penyabar, bahkan lembut gemuruh amarahnya. Dari segi materi dia pun telah sangat mapan. Sudah pernah kukatakan, jika cinta ini tak keras kepala, sudah pasti Julian lah tempatku melabuhkan hatiku.
*
*
Waktu seakan kehilangan makna, hari berganti hari tanpa terasa. Rasanya baru kemarin hari Senin, kini telah sampai di hari Sabtu.

Hari ini, aku janji temu dengan Julian. Entah akan diajak kemana, kuturuti saja. Daripada menghabiskan waktu dirumah, tanpa tau kapan Ricky akan datang tiba-tiba dipikiranku. Lalu merubah hariku menjadi kelabu. Lebih baik aku menghabiskan waktu dengan Julian.

06.00 WIB handphoneku berbunyi.
"Ra kamu sudah bangun kan?" Julian bertanya diujung telepon.
"Udah Kak, aku baru selesai mandi nih, kita mau kemana sih kak? Kok pagi-pagi banget perginya?" tanyaku pada Julian.
"Ketempat yang bagus pokoknya, udah kamu siap-siap yaa, jangan lupa bawa baju ganti, aku sampai kerumamu 30menit lagi yaa" begitu katanya sebelum menutup telepon.

Membawa baju? Apakah kami akan menginap? Berdua? Tapi dimana? Membayangkan aku dan Julian akan pergi berkahir pekan berdua lalu menginap, sedikit membangunkan gairahku.

Tepat pukul 07.00 Julian tiba dirumahku. Dengan celana jeans hitam, kaos polos berwarna putih, Julian tampak sangat tampan. Kulitnya yang putih bahkan tak kalah cemerlang dengan warna bajunya. Kaca mata hitam dan bibir merahnya menjadi paduan warna yang indah.

Selama ini, aku jarang melihatnya berpakaian santai. Kemeja dan celana rapi yang selalu dia kenakan jika kami bertemu selepas pulang kantor. Itupun sudah membuatnya sangat tampan.

Sepanjang perjalanan, aku berkali-kali mencuri pandang pada lelaki yang sedang mengemudi di sebelah ku. Lalu bertanya-tanya didalam hatiku.

"Benarkah lelaki setampan ini menyukaiku? Aku, wanita yang pernah gagal menikah, bahkan dia tau sisi gelapku dengan mantan kekasihku. Namun kenapa aku? Aku bukan wanita yang cantik, dan jauh dari kata baik? Kenapa aku seberuntung ini?" Ujarku

"Apakah dikehidupan sebelumnya aku pernah menyelamtkan negara dari keruntuhan? Sehingga dikehidupan ini aku dihadiahkan kasih sayang yang besar dari Julian? Lelaki yang bahkan pernah menolak tubuhku" ujarku kembali didalam hati.

Hingga pertanyaan Julian memecah lamunanku.
"Kamu tau gak Ra kita mau kemana?" Tanya Julian.
Aku hanya menggelengkan kepala.
"Kita ke sukabumi Ra, kerumahku, bertemu keluarga besarku disana, kebetulan sedang ada acara kumpul keluarga, orangtua ku dari Bandung juga sudah tiba disana sejak kemarin sore"

"Wait ! Whaaatt?!! Kok baru kasih tau sekarang sih Kak?" Aku antara kaget dan kesal, tapi ada sedikit rasa senang juga. Karena berati Julian tidak main-main denganku. Rasanya sudah tepat jika aku berniat benar-benar membuka hati untuknya.

Tapi, bisakah keluarganya menerimaku? Menerima anak lelaki kebanggan keluarga memilih seseorang yang pernah gagal menikah? Bisakah mereka menerima statusku seperti Julian menerimaku?

My Sex Partner | COMPLETE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang