Sarapan Pagiku

9.3K 230 22
                                    

Biar semilir angin malam membawaku kemana saja dia mau. Biar rintik hujan membasahiku dengan rindu kepada siapapun tuannya.

Tak bisa kupilih salah satu, kubiarkan saja hatiku terbelah. Hingga salah satu atau dua dari mereka muak padaku, lalu pergi dan hilang.

Akan kuterima ajakan Julian meminum secangkir kopi jika sempat.
Dan akan kutemui Ricky yang rindu, jika kumau. Takkan kupaksa hatiku sekuat tenaga melupakan yang satu, atau mencinta dengan sedalam-dalamnya yang satunya. Biar waktu yang menjawab.
*
*
Ricky : " selamat bekerja Ra, jangan telat makan yaa !"

Julian :" kalo badan kamu kerasa gak enak lagi, telepon aku ya Ra, nanti aku jemput ?"

Aku : OK !!

Begitulah kini isi chat whatsAppku. Dua-duanya berlomba memberi perhatian. Aku mengerti dengan Julian, tapi Ricky ? Entah untuk apa dia masih berusaha keras memberiku perhatian, bukankah dia yang bilang kami takkan bisa bersatu?

Untuk sekarang, biar kunikmati saja. Paling tidak, aku tak tersiksa sendirian.
*
*
Pagi-pagi buta kulajukan mobilku. Bahkan jalan tol belum terlalu ramai dijam itu. Aspal jalan masih abu gelap akibat basah oleh hujan semalam. Asap keluar dari mulut penjaga tol, dingin masih menusuk.

Entah apa yang menghasutku, tiba-tiba saja aku ingin kerumah Julian. Memberinya sedikit kejutan sebagai tanda terimakasih. Beberapa bahan makanan bahkan telah kusiapkan sedari malam. Aku berencana menyiapkan makanan untuknya.

Aku tiba dirumahnya yang sama-sama berhawa dingin. Warna biru muda mendominasi hampir seluruh tembok rumahnya luar dalam. Taman depan rumahnya penuh dengan bunga warna warni. Dia menanam dan merawatnya sendiri aku Julian padaku. Bahkan ada bunga matahari yang  bibitnya dia pinta dariku. Kini mulai tumbuh meski belum berbunga.

Ku ketuk pintunya beberapa kali.
"Pasti masih tidur" ujarku.
Kuketuk lagi, belum juga ada tanda-tanda seseorang datang membuka pintu.

"Kliikk" suara seseorang membuka kunci. Julian dengan memakai kaos hitam polos dan celana pendek, sangat pendek dibalik pintu.

"Rara ?!" Katanya kaget.
"Hi Kak, selamat pagi " sapaku
"Ayo masuk Ra " Julian masih kebingungan.
Wangi semerbak menyentuh hidungku. Khas wangi rumah pagi-pagi setelah dibersihkan.

Rumahnya sangat rapi dan bersih. Terdengar suara mesin cuci sedang berkerja dilantai dua. Piring-piring tersusun rapi, masih meneteskan air pertanda baru selesai dicuci. Penanak nasi mengeluarkan asap mengepul. Ini masih pukul 7 pagi. Tapi sepertinya Julian sudah sibuk dengan pekerjaan rumahnya.

"Sebentar ya Ra, aku selsaikan dulu cucianku diatas, ohiya kamu mau minum apa?" Tanya Julian.
"Nanti aku ambil sendiri aja deh " jawabku.

Lalu Julian bergegas menuju lantai dua rumahnya. Diam-diam aku mengikutinya, langkahku terhenti ditangga, kulihat foto-foto Julian selagi kecil terpajang didindingnya. Dia memang tampan sedari kecil.

Bahkan lantai dua rumahnya juga sangat bersih dan semerbak. Julian memang salah satu yang terbaik. Dia one of a kind.

"Udah selesai Kak?" Aku mengejutkannya lagi.
"Eh kok kamu ikut kesini?"
"Pengen liat cowok cakep cuci baju" godaku.
"Haha bisa aja, cowok cakep kalo gak pake baju nanti disangka orang stress, makanya mau gak mau harus cuci baju!" Jawabnya.

Aku duduk di kursi sebelah mesin cuci. Sambil melihat Julian menjemur baju-bajunya.

Pemandangan pagiku, lelaki tampan dengan paha putih mulus yang terlihat, sedang menjemur baju. Wajahnya diterpa sinar mentari pagi yang mulai hangat menyapa. Sebutir keringat menetes dipelipisnya, membuatnya semakin mempesona.

Ini bahkan lebih baik dari roti gandum, omlete dan sosis goreng diatas piring. Julian yang menjemur baju terlihat sangat sexy. Membuatku tiba-tiba kenyang.

My Sex Partner | COMPLETE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang