Sisi lain

9.1K 221 7
                                    

Tak tahan juga lama-lama. Menghadapi dia yang marah entah apa sebabnya. Melihat wajahnya yang begitu suram, tak perlu dijabarkan jika itu adalah wajah kesal.

Lalu apa sebenarnya yang salah. Ku runut kembali apa saja yang kami lakukan sejak pagi. Bagian mana yanh membuatnya begitu marah padaku. Ricky tak membiarkanku mendekat. Bahkan kini tak menjawab pertanyaanku.

Ku ambil handphonku dan bungkus rokokku. lalu aku bergegas keluar. Aku tak mau ada amarah yang meledak. Biar, aku menghindar dulu. Biar kuhirup dulu udara malam yang dingin diluar. Disini terlalu pengap.

Aku keluar tanpa pamit, dan Ricky bahkan tak bergeming sedikitpun. Matanya tetap fokus menonton Tv. Padahal aku keluar hanya dengan celana pendekku, biasanya dia akan sangat marah jika kupertontonkan pahaku diluar.

Baru kulangkahkan kakiku beberapa langkah keluar dari lift lobby hotel, handphoneku berbunyi. Ricky mengirimiku pesan. Bila boleh aku tebak, mungkin isinya adalah "kamu mau kemana?" atau "jangan pergi aku minta maaf" . Tapi bukan Ricky jika tak mudah ditebak. Isi pesannya adalah

"Ra kamu mau kebawah ya? Aku titip beli makanan yaa, aku laper banget!"

Haha thats my boy Ricky si tak tau malu. Antara kesal dan lucu. Bisa-bisanya dia masih ingat makan di situasi seperti ini. Tapi aku yang lebih aneh, tanpa menjawab pesannya, aku kembali lagi ke kamar dan berkata "mana uangnya ?!!"
Ricky menyodorkan selembar uang padaku, tanpa basa basi aku raih dengan secepat kilat, dan buru-buru keluar lagi.
*
*
Sambil menjinjing keresek makanan aku kembali ke kamar dan menyodorkannya pada Ricky. Beserta seluruh uang receh kembalian. Tanpa banyak kata aku meninggalkannya sendiri. Sambil berjalan aku matikan handphoneku, jaga-jaga dia mengganggu niatku yang ingin sendirian dulu.
*
*
Kali ini aku pergi ke rooftop, ada kolam renang dengan pemandangan kota disana. Lampu kelap-kelip ingin menyerupai langit berbintang. Tak ada yang kulakukan, hanya terduduk sendirian, kubiarkan angin malam menembus rongga-rongga kulitku.

Wahai semesta malam, jika boleh aku bertanya. Mengapa kau pilih Ricky sebagai yang kucintai? Apa dari dirinya yang begitu memikatku hingga terjerat dan sulit terlepas.

Dari jauh kulihat Ricky berjalan mendekat. Melangkah perlahan kearahku. Aku tak mau berharap, dia sering menghadirkan sebuah plot twist diluar dugaanku.

"Ra, pinjem korek !"
Lalu berlalu pergi lagi menuju kamarnya.

Benar kan? Dia mencariku sampai kesini bukan untuk meminta maaf atau menyuruhku kembali ke kamar, mengingat cuaca sudah sangat dingin. Tapi hanya untuk sebuah korek. Aneh !

Mataku dan hidungku sudah mulai berair karena kedinginan. Ditambah perutku mulai merasa mules tak bisa diajak berkompromi untuk merajuk lebih lama. Tak ada gunanya berdiam disini, berharap ada adegan percis FTV, dimana si wanita di rayu-rayu oleh si pria. Mimpi !

Bergegas ku berjalan ke kamar, sekilas kulihat 2 buah korek diatas meja sebelum aku masuk ke dalam toilet. "Dia punya korek, ngapain tadi nyamperin keatas buat meminjam korekku" pikirku. "Eh bukannya dia gak punya rokok ya? Roko dia kan abis!" Masih didalam pikiranku.

Sambil melakukan hajatku di dalam toilet, kuhidupkan handphoneku kembali. Suara notif pesan beruntun terdengar. 9 pesan dari Ricky.

21.20 "Kamu mau kemana lagi Ra?"

21.25 "Pakai celana pendek?"

21.27 "😡"

21.32 " Ra lagi ngapain sih?"

21.35 "mulai ngeselin yaa !!"

21.47 "ditelepon malah gak aktif pula, macem2 aja nih orang "

22.02 "Ra ☹️ !"

22.03 "Kemana sih Ra ☹️"

22.05 "maaf 😓"

Pesan-pesannya membuatku tersenyum sendiri. Kami dua orang dewasa yang telah 30tahunan. Tapi terkadang tingkah kami melebihi anak baru lulus SMP minggu kemarin. Dia memang laki-laki yang terlihat dingin diluar, bukan karena kejam, dia hanya tak tau bagaimana mengungkapkan perasaanya.
*
*
Kurebahkan tubuhku disamping tubuh Ricky. Disampingnya yang masih berpura-pura fokus dengan film yang sedang dia tonton. Film berbahasa Inggris yang aku yakin dia tak benar-benar menyimak ceritanya. Dia itu sangat males membaca subtitle, i know him so well.

"Ky, udah boleh peluk belum sekarang?"
"GAK !"
"Kapan bolehnya?"
"Besok pagi"
"Ohh okey deh, Goodnite !" Aku menutup percakapan malam itu. Ricky masih ingin meneruskan acting marahnya sampai pagi. Aku ingin cepat-cepat tidur dan tak sabar menunggu esok pagi.

My Sex Partner | COMPLETE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang