Mungkin hatinya kini sedang terluka. Mungkin kini dadanya sedang sesak. Bahkan mungkin dia sedang menahan tangis. Namun Ryan, lelaki baik namun malang ini, tetap mengantarkanku pulang kerumah, memastikan aku pulang dengan selamat.
Sepanjang perjalanan, dia terus berusaha menjaga obrolan agar tak ada canggung. Dan aku sekuat tenaga menjawab pertanyaanya. Dia bercerita tentang hari-harinya selama diluar kota. Aku bertingkah seperti sangat tertarik dengan ceritanya, padahal tidak. Pikiranku sudah pulang dari tadi.
"Ra, nanti akan ada waktunya kamu pun akan ditugaskan di kantor pusat untuk sementara waktu, bersiaplah" ucap Ryan.
"Iya Kak, jadwalnya sudah keluar kok, bulan depan giliran aku dan Dhea yang bertugas di kantor pusat" jawabku.
Kami berusaha menghilangkan kikuk sepanjang jalan pulang kerumahku. Yang entah mengapa, malam itu terasa lebih jauh dari biasanya.
*
*
Ryan mematikan mesin mobilnya didepan pagar rumahku. Kami terdiam sejenak. Lalu keheningan usai ketika tiba-tiba Ryan berkata "Ra im okey! Tidurlah dengan nyenyak tanpa rasa bersalah. Jangan tidur dalam keadaan menangis. Aku tau kamu perempuan yang baik. Aku tak menyangka lukamu begitu dalam. Bukan salahmu jika tak bisa menerimaku, meski hatimu adalah milikmu, tapi terkadang kamu tak punya kendali atas itu. Aku tak menyalahkanmu Ra, sungguh"Dia masih bisa menghiburku, padahal dia mungkin sedang tak baik-baik saja. Aku hanya berdoa semoga tak kusesali malam ini. Melepaskan lelaki seperti Ryan, semoga tak kan memberiku sesal dikemudian hari. Aku hanya masih belum merasa layak untuk siapapun saat ini. Aku masih tak berdaya mengusir Ricky pergi. Sekuat tenaga aku berusaha, belum menujukkan hasil. Aku masih saja merindukan si pemberi luka ini.
"Makasih yaa Kak, aku sungguh-sungguh minta maaf atas ketidakberdayaanku. Aku tak mau, lukaku akan memberi luka pada yang lain"
Aku berkata dengan wajah tertunduk dan air mata yang ingin terjun melewati pipiku."Masuklah Ra, istirahat, sampai ketemu dikantor besok pagi yaa Ra"
Lalu aku keluar dari mobilnya. Kutunggu hingga dia hilang dari pandangan. Terlihat lambaian tangan Ryan dibalik kaca mobilnya yang gelap.
Dengan sisa tenaga yang ada pada diriku, aku berjalan menuju kamar tidurku. Ku rebahkan tubuhkku diatas tempat tidurku. Kutatap lampu kamarku, tak berapa lama, tangisku pecah juga. Air mata tak terbendung lagi.
Menolak cinta seseorang juga sangat menyakitkan untukku. Semoga saja, semua perasaan bersalah, akan terbuang bersama air mata yang jatuh, lalu menguap dan hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sex Partner | COMPLETE (21+)
General FictionRara, seorang single parent yang baru saja berpisah dengan kekasih barunya . Tapi ada yang tak bisa membuat mereka benar-benar terpisah . Antara cinta dan sex . Bisakah Rara terlepas dari belenggu sex bebas ?